Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Jumat, 12 Oktober 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


The science of difference

Posted: 12 Oct 2012 11:29 AM PDT

< ?xml:namespace prefix = o ns = "urn:schemas-microsoft-com:office:office" /> 

The
science of difference

 

Existensi adalah kontradiksi. Ini terlihat sangat jelas dalam benda hidup seperti
manusia dan pikirannya. Atau ini juga susah untuk melihatnya (?) karena kita
tak pernah memperhatikan keberadaan kita adalah kumpulan jutaan kontradiksi
dalam tubuh kita maupun dalam pikiran kita. Gampangnya mungkin kalau dilihat
dari keberadaan kita atau sel-sel tubuh kita yang terdiri dari molekul, atom,
neutron dan elektron. Dalam setiap atom ada kontradiksi kekuatan yang
bertentangan, saling tolak atau saling tarik. Keseimbangan (balans,
equillibrium) kekuatan-kekuatan bersebrangan ini adalah syarat kestabilan
sebuah atom, dan begitu juga kehidupan kita. Begitu juga terjadi dalam pikiran,
kalau tak ada keseimbangan, orang jadi sakit atau gila.

 

Sameness leaves us in peace but it is contradiction
that makes us
productive (Johann Wolfgang Von Goethe, 1749-1832)

Von Goethe seorang penulis Jerman bisa menyimpulkan
formulasi pertentangan dalam kehidupan dan pikiran 250 th lalu, seperti juga
penulis kontradiksi pada zamannya (Kant, Hegel) adalah segerombolan filosof
Jerman yang pertama-tama melihat kehidupan dari segi kontradiksi.

 

Jauh
sebelumnya tentu orang-orang Yunani kuno seperti Heraklitos, dan di China
pengikut Tao. Di Karo juga sudah lama ada gambaran kehidupan alam orang Karo
Kuno dari segi kontradiksi dan dialektika seperti pantarei Karo aras jadi
namo, namo jadi aras
(aliran dan pergantian tak henti-hentinya bagian yang
deras dan yang tenang satu aliran sungai), atau juga dalam dialektika pikiran
thesis-antithesis-syntetis Karo dalam seh sura-sura tangkel sinanggel (begitu
cita-cita sampai muncul lagi kesusahan). Ini semua menggambarkan satu
proses tak henti-hentinya dan juga sekali gus adalah proses yang menggambarkan
pertentangan. Itulah kehidupan digambarkan oleh orang Karo kuno, orang Yunani
kuno, Tao, maupun kemudian filosof Jerman dalam abad 18-19.

Sameness bikin tidur dan
kontradiksi bikin aktif kata Von Goethe. Saya yakin bahwa dia memang lebih
senang tidur kalau tak ada kontradiksi. Tapi saya lebih yakin lagi bahwa dia
selalu melihat kontradiksi dalam pikirannya sehingga bisa terus menulis. Kita
lihat juga dalam milis kita, kalau tak ada kontradiksi atau hanya ada satu
pendapat, hahaha . . . kita semua memang lebih suka tidur. Tapi coba kalau ada
kontradiksi muncul, atau sama halnya kalau ada orang teriak "ada
maling", atau "ada kebakaran", semua orang terbangun dari
tidurnya. Dan saya kadang tertawa sendiri juga, apakah harus ada maling atau
kebakaran untuk menghidupkan milis atau untuk menghidupkan diskusi pada
umumnya?

Tapi memang kontradiksi
yang bikin hidup dan produktif kata Von Goethe.

 

Haruskah kita ciptakan
kontradiksi? Satu pertanyaan yang simple dan kompleks, terutama kalau kita
kembali melihat kesimpulan selama ini bahwa kontradiksi-lah sebagai tenaga
penggerak perubahan dan perkembangan. Adakah kontradiksi dalam kamar Von Goethe
ketika dia menulis? Mari sumbangkan pikiran dan share.

 

Kontradiksi pada pokoknya
adalah perbedaan, atau perbedaan dalam fase lebih tinggi karena disitu sudah
terlihat kekuatan-kekuatan bertentangan yang saling berhadapan (ini sudah
sering kita jumpai dimilis kita). Dan seterusnya kekuatan-kekuatan itu akan
saling menghancurkan dan kembali lagi dengan perbedaan baru atau kontradiksi
baru dalam proses thesis-antithesis-synthesis atau dalam proses seh
sura-sura tangkel sinanggel
kata orang Karo kuno.

 

Pengetahuan tentang
perbedaan berarti adalah pengetahuan tentang kontradiksi. Dalam kontradiksi
sudah ada 'gerakan', karena disitu juga sudah terlihat gerakan dari
kekuatan-kekuatan yang bertentangan, dibandingkan dengan perbedaan saja yang
lebih statis.

 

Mari kita kembali lagi
dengan perbedaan dan kontradiksi yang terdekat dalam hati kita: Karo adalah
Batak (sameness) kontra Karo Bukan Batak (difference).

Kita masih ingat dimilis
Karo, bagaimana perbedaan ini meningkat jadi kontradiksi, dan sangat hidup
tadinya. Semua kita tadi bisa menyaksikan dua kekuatan, atau gerakan dua
kekuatan yang sangat keras berhadap-hadapan dimilis Karo dan banyak media maya
Karo. Mengapa sekarang tidak lagi sekeras atau setajam semula?

Itulah tandanya dimilis
kita bahwa satu diantara dua kekuatan yang berhadapan itu sudah mulai menurun
dari puncaknya. Kekuatan lama (thesis) sudah tak mungkin lagi memobilisasi
kekuatan (lama) untuk menghadapi kekuatan baru (antithesis), dan selanjutnya,
lewat proses pendek atau panjang akan melahirkan synthesis (kontradiksi baru)
yang kita belum bisa membayangkan bagaimana bentuknya.

 

Pengetahuan tentang
perbedaan ini sangat berperan penting sekarang dalam perubahan perkembangan
dunia. Perbedaan antara berbagai kultur atau etnis/nation dunia ditambah lagi
dengan diikutkannya pula susunan molekuler genetiknya (DNA) telah mengangkat
kontradiksi antara sameness dan difference dari segi kultur dan budaya
kedalam fase baru yang akan menentukan perkembangan politik dunia selanjutnya
dalam era pertarungan kultur The Clash of Civilization.

 

Perbedaan
adalah kebalikan dari persamaan. Karena itu pengetahuan tentang perbedaan
muncul dan berkembang berdampingan dengan perkembangan pengertian tentang
persamaan. Kontradiksi antara persamaan dan perbedaan telah mencapai puncaknya,
artinya dominasi persamaan dalam abad 20 telah digantikan oleh dominasi
pebedaan dalam abad 21.

 

Abad 21
adalah abad perluasan dan pendalaman tentang perbedaan, dilihat dari segi
kultur dan budaya atau sivilisasi. Abad 20 adalah perluasan dan pendalaman
tentang persamaan, seperti tergambar misalnya dalam multikulturalisme,
internasionalisme, 'persatuan dan kesatuan', 'satu nusa satu bangsa', dsb.
Pengertian
dan penerimaan gelombang multikulturalisme sudah mencapai puncaknya pada
permulaan keruntuhan blok Timur, dan sejak itu politik 'multikulti' dan
sebangsanya mulai menurun dan merosot total. Gelombang besar dunia menyamakan
kultur pada abad lalu, sekarang abad 21 malah digantikan dengan gelombang
besar dunia dari segi sebaliknya yaitu soal membedakan kultur/civilisasi, terlihat
dibuku P Huntington tsb, atau The
Geopolitics of Emotion
tulisan Dominique Moisi.
Secara simpel dan praktis dikatakan oleh PM Jerman Angela Merkel:
'multikulti' does not work, 'the approach has failed totally'.

 

Menyama-nyamakan
kultur seperti terlihat dalam multikulturalisme atau internasionalisme sudah
tak masuk akal sama sekali. Perbedaan dan Kontradiksi serta Pengetahuan tentang
perbedaan dan kontradiksi, itulah yang terpenting sekarang.

 

 

Perbedaan/kontradiksi
yang antagonis atau non-antagonis

 

Perbedaan/kontradiksi
antara berbagai kultur/etnis sering jadi antagonis, bisa terlihat jelas dengan
berkembangnya kontradiksi yang meningkat jadi perang etnis, perang terkejam
paling tak berperikemanusiaan yang terpaksa dilalui oleh berbagai etnis/kultur
berbeda. Tak ada nama lain yang lebih cocok kalau sudah sampai ketingkat ini.
Perang ini dilengkapi dengan dendam yang sangat membara sebagai akibat dari
dominasi berjangka panjang atas etnis/kultur tertentu dengan daerahnya (tanah
ulayat) yang tertentu pula.

 

Soal tanah
ulayat dan budaya orang Tibet Dalai Lama katakan:

Tibet's culture and identity is "nearing
extinction."

We are seeking genuine autonomy to preserve Tibetan
culture, Tibetan language and the Tibetan environment. Tibetan culture could be
"finished" in 15 years if China does not allow the region to govern
itself.

 

Antara
Tibet dengan China bisa dikatakan adalah kontradiksi antagonis, karena dominasi
China atas Tibet (dominasi adalah penjajahan). Tetapi Dalai Lama mengambil
jalan kompromi, jalan perang tak mungkin karena pasti bunuh diri.

 

Perang
etnis di Kalteng 2001 antara pendatang Madura dan etnis asli Dayak Kalteng
berubah jadi antagonis karena bom dendam yang sudah membara puluhan tahun.
H Charles Badarudin,
seorang tokoh Dayak di Palangkaraya menceritakan sikap warga Madura banyak yang
tidak mencerminkan peribahasa "di mana bumi dipijak, di situ langit
dijunjung"
.
Ia mencontohkan salah satunya dalam soal tanah. Banyak
warga Madura yang baru datang ke Kalteng meminjam tanah kepada warga Dayak. Di
atas tanah itu kemudian dibangun rumah, atau kadang ditanami sayur mayur.
Status tanah itu sebenarnya tetap pinjaman, warga Dayak tak menarik sewa.
Setelah beberapa tahun, tanah itu pun diminta karena suatu keperluan. Tapi,
bukan tanah yang dikembalikan, namun celurit yang justru dikeluarkan.
"Ketika ditunjukkan surat kepemilikan tanah, orang Madura bilang, kamu
punya suratnya, saya punya tanahnya," ujar Charles, yang mengaku kemenakan
pahlawan Kalteng, Tjilik Riwut.

 

Kedua
contoh perbedaan dan kontradiksi diatas pada prinsipnya bisa berjalan diatas
rel non-antagonis, tergantung dari faktor utama yang bisa menentukan
jalannya proses kontradiksi yaitu badan KEKUASAAN. Sekiranya badan KEKUASAAN
ini memahami arti "dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung" . . .

 

Di Tibet
badan kekuasaan ini berada ditangan pendatang China, sebagai penjajah, mereka
tak mengerti pepatah ini. Di Kalteng KEKUASAAN ini juga ditangan pendatang atau
yang memihak pendatang ketika itu. Mereka juga tak mengerti arti pepatah ini,
dan berlainan dengan di China, di Kalteng ada memungkinkan berperang dengan
pendatang, dan penduduk asli menang dalam perang etnis yang kejam.

 

Di Dairi
Karo Kampong th 1946 perang etnis antara Karo dan Toba (Batak), intermezo
antagonis dalam perjalanan sejarah dunia antara dua etnis Sumut yaitu Karo dan
Batak. Ini juga tidak lepas dari persoalan yang sangat hakiki seperti diatas,
"dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung", satu
pribahasa negeri kita yang akan masih menentukan perjalanan nasib berbagai
etnis/kultur nation Indonesia dimasa-masa mendatang ini.

M U Ginting

korupsi menyengsarakan rakyat miskin

Posted: 12 Oct 2012 11:29 AM PDT

Beberapa waktu yang lalu, sejumlah media nasional ramai memberitakan reaksi atas pernyataan Denny Indrayana melalui sebuah akun jejaring sosial. Melalui akun sosial tersebut, Denny Indrayana, yang juga merupakan Wakil Menteri Kementrian Hukum dan HAM, menyatakan bahwa "Advokat koruptor adalah koruptor, Yaitu advokat yang asal bela membabi buta yang tanpa malu menerima uang bayaran dari hasil korupsi ". Pernyataan pribadi tersebut, ternyata mendapat berbagai respon baik yang mendukung ataupun keberatan dengan pernyataan tersebut.

Salah satu reaksi dipertunjukkan oleh salah satu advokat senior, O.C.Kaligis dengan melaporkan Denny Indrayana ke Polda Metro Jaya dengan nomor Laporan: TBL/2919/VII/2012/ 2012/PMJ/Ditreskrimum. Menurut O.C. Kaligis, pernyataan Denny Indrayana tersebut telah melanggar Pasal 310,311, dan 315 KUHP Juncto Pasal 22 dan 23 UU No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Sejumlah advokat memang merasa bahwa pernyataan Denny Indrayana tersebut merupakan suatu bentuk penghinaan terhadap profesi advokat dan melakukan generalisasi terhadap profesi advokat.

Tanpa bermaksud membela Denny Indrayana, kita seharusnya dapat melihat esensi dari pernyataan beliau. Bahwa pada faktanya memang terdapat sejumlah advokat yang melakukan pembelaan dengan menghalalkan segala cara. Bahkan tidak sedikit pula advokat yang tertangkap dan diproses secara hukum karena berusaha melakukan penyuapan kepada Aparat Penegak Hukum. Membela seorang yang telah menjadi tersangka ataupun terdakwa adalah sebuah keharusan bagi seorang advokat. Pembelaan yang dilakukan oleh seorang advokat bertujuan agar seorang tersangka atau terdakwa tidak kehilangan hak – hak konstitusionalnya dan sebagai implementasi dari asas Praduga tak Bersalah. Akan tetapi, strategi pembelaan sebaiknya tidak menghalalkan segala cara, yang pada akhirnya tidak memunculkan rasa keadilan bagi masyarakat.

Korupsi adalah Warisan Kolonial

Kedatangan bangsa kolonial ke nusantra, pada dasarnya dilakukan oleh sebuah sebuah badan dagang, yakni VOC ( Vereenigde Oostindische Compagnie/ Perserikat Perusahaan Timur Belanda). Sejumlah catatan sejarah memperlihatkan bahwa pada tahun 1603 VOC memperoleh ijin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilan dan pada tahun 1610, Pietr Both, diangkat sebagai Gubernur Jendral VOC pertama ( 1610-1614), namun dia memilih Jayakarta sebagai basis administrasi VOC.

Setelah melakukan aktivitas selama hampir 200 tahun di nusantara, pada 31 Desember 1799, VOC dibubarkan karena memiliki utang 136,7 Juta gulden. Semua aset yang dimiliki oleh VOC kemudian diambil alih oleh Pemerintahan Republik Batavia yang merupakan bagian dari Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Pembubaran VOC  terjadi dikarenakan beberapa hal, antara lain :

  • Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi
  • Banyak pengeluaran untuk biaya peperangan contoh perang melawan Hasanuddin dari Gowa
  • Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan pegawai yang banyak
  • Pembayaran Devident (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan setelah pemasukan VOC kekurangan
  • Bertambahnya saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis
  • Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang demokratis dan liberal menganjurkan perdagangan bebas.

Dari sejarah diatas terlihat sekali bahwa mental korup merupakan warisan dari VOC dan pemerintahan Kolonial Hindia Belanda selama 350 tahun berada di bumi nusantara. Diawal kemerdekaan Indonesia ( 1954-1966 ) permasalahaan korupsi tidak menjadi permasalahan pokok, karena para pemimpin Indonesia disibukkan dengan berbagai perang baik upaya untuk pendudukan kembali oleh negara asing ataupun sejumlah pemberontakkan yang terjadi disejumlah wilayah.  Selain itu, kondisi politik yang tidak stabil memberikan pengaruh yang cukup kuat di awal kemerdekaan Republik Indonesia.

Setelah bergantinya pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, secara perlahan namun pasti kestabilan politik dan pembangunan mulai terjadi. Hal tersebut dapat tercapai setelah pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto menerapkan gaya kepemimpinan tirani dan militeristik. Telah menjadi rahasia umum, selama 32 tahun menjadi penguasa negeri ini, Soeharto beserta keluarga dan kroninya diduga telah menyalahgunakan dan melakukan korupsi yang memperkaya diri sendiri. Data yang dimiliki Transparency International, Soeharto beserta keluarga dan kroninya telah menggelapkan uang negara dengan perkiraan 15-35 Bilion  US Dollar selama 32 tahun berkuasa.

Krisis ekonomi pada tahun 1997, akhirnya menjadi pemicu awal kejatuhan pemerintahan orde baru. Hingga pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden RI dan menyerahkannya kepada Wakil Presiden saat itu, B.J. Habibie. Dengan jatuhnya rezim orde baru, secara politik dan ketatanegaraan terjadi beberapa perubahan, mulai diterapkannya konsep Otonomi daerah, hingga pemilihan langsung pemimpin eksekutif ( Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota ) dan anggota legislatif ( DPR,DPD,DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota ).

Pada masa ini, perhatian utama bagi negeri ini adalah pemberantasan terhadap tindak pidana korupsi. Sejumlah peraturan perundang – undangan dan lembaga ad hoc negara, seperti KPK didirikan dengan tujuan menghentikan tindak pidana korupsi di Indonesia. Namun, setelah 14 tahun sejak jatuh rezim orde baru, pemberantasan praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme sepertinya masih menjadi pekerjaan rumah yang cukup besar bagi negeri ini.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementerian Dalam Negeri RI, sepanjang Oktober 2004 hingga Juli 2012 terdapat ribuan pejabat daerah yang terlibat kasus korupsi, yang melibatkan setiap lapisan pejabat daerah mulai dari gubernur, walikota, bupati, hingga anggota DPRD. Kementerian Dalam Negeri RI mencatat sepanjang tahun 2004-2012 terdapat 277 kepala daerah ( gubernur, walikota, bupati ) yang terlibat kasus korupsi. Jika dihitung dengan bawahan kepala daerah tersebut, diperkirakan 1.500 pejabat daerah terlibat dalam tindak pidana korupsi. Sementara itu di tingkat provinsi, dari total 2008 anggota DPRD di seluruh Indonesia, setidaknya terdapat 431 anggota DPRD Provinsi yang terlibat korupsi. Sedangkan ditingkat kabupaten/lota dari total 16.267 Kepala Daerah terdapat 2,553 kepala daerah yang terlibat kasus.

Tidak hanya sejumlah para pejabat negara dan PNS yang terlibat korupsi, sejumlah oknum aparat penegak hukum seperti hakim, jaksa, polisi, dan advokat juga terlibat tindak pidana korupsi dan penyuapan. Padahal aparat penegak hukum adalah ujung tombak pemberantasan korupsi di negeri ini.

Dari sejarah diatas, terlihat jelas bahwa mental korup merupakan warisan pemerintahan kolonial Hindia Belanda, yang telah ada dan terpelihara hingga hari ini, dan tidak tertuntaskan.

Korupsi adalah Musuh Bersama

Tingginya korupsi yang dilakukan oleh aparatur negara akan berdampak langsung pada rendahnya tingkat  kesejahteraan rakyat. Sehingga tidak mengherankan apabila pemenuhan terhadap hak – hak ekonomi sosial budaya banyak banyak terlanggar. Selain anggaran untuk pemenuhan hak – hak ekonomi, sosial, dan budaya, anggaran untuk pembangunan infrastruktur juga selalu menjadi "lahan basah" untuk di korupsi.

Seperti yang kita ketahui bersama, korupsi merupakan suatu tindakan mengambil uang negara dan penyalahgunaan kewenangan untuk keuntungan diri sendiri, keluarga, ataupun kelompok tertentu. Sehingga tidak mengherankan apabila semakin hari rakyat Indonesia semakin sengsara dan menjadi korban dari buruknya kualitas infrastruktur publik. Akan tetapi pemberantasaan korupsi akan berjalan lambat apabila para pemangku kebijakan tidak memiliki good will untuk memberantas korupsi.

Oleh karenanya, sudah saatnya rakyat Indonesia, menjadikan korupsi sebagai musuh bersama dan mendesak para pemangku kebijakan untuk mengambil tindakan – tindakan tegas dan konkret dalam memberantas korupsi. Sudah saatnya, Rakyat Indonesia mulai menerapkan sanksi sosial kepada para pelaku yang telah terbukti melakukan korupsi.  Karena dari perbuatan seorang koruptor saja dapat menyengsarakan ratusan ribu rakyat Indonesia.

Keanehan kata “Salah Satu”

Posted: 12 Oct 2012 11:29 AM PDT

Coba perhatikan judul-judul diatas yang ada kata salah satunya, kata salah satu biasanya dipakai untuk menunjukkan hal yang lebih dari satu seperti contoh-contoh diatas, yang benar-benar ga habis pikir itu yang salah  siapa?Apanya yang salah kenapa harus pakai kata salah? emang ada yang salah?tidak kan?harusnya yang lebih pas benar satu.hehe.  jadi seperti salah satu contoh dibawah ini : ekh salah satu lagi,he.

Mengapa Orang Arab Kalo Ngomong Suka Teriak_teriak?

Posted: 12 Oct 2012 11:29 AM PDT

135006461499763480

TKi Dubai berbusana Arab. dok pribadi

Ketika sedang dalam sebuah pusat perbelanjaan di Dubai saya menemukan sebuah sudut yang menjual buku, majalah dan koran. Di salah satu rak ada sebuah buku saku, imut banget dan lucu bentuknya,  saya amati buku  itu dan mulai membuka halaman demi halamannya yang imut.

Buku itu di tulis oleh Ali, dia seorang anak muda Arab yang peduli dengan budaya negerinya, dalam  bukunya dia bercerita tentang Dubai, dia menyarankan kalo anda mau berkunjung ke Dubai ada baiknya anda membaca bukunya agar dapat punya gambaran yang pas tentang negeri kecil yang lagi gilanya berinvestasi di Hospitality Industry.

Budaya Dubai saat ini sudah " terpecah", mereka anak-anak muda Arab Dubai tidak sedikit yang mengalami kegamangan, mereka terpesona dengan budaya-budaya baru yang di bawa oleh para pendatang, untunglah di antara mereka masih ada yang mati-matian mempertahankan tradisi Arab termasuk di dalammnya Ali.

Dalam sosok Ali saya menemukan sebuah perpaduan yang unik, dia sangat terbuka dengan para pendatang tapi dia sangat bangga dengan budayanya sendiri, dengan perasaan senang dia menulis bagaimana seharusnya pendatang menyikapi budaya orang-orang Arab.

Ketidaktahuan atau keacuhan dengan budaya lokal Arab tidak jarang membawa sebuah permasalahan besar bagi sebagian  pendatang apalagi kalo mereka sudah memutuskan untuk tinggal di Dubai, Buku kecil yang ringkas yang di buat oleh Ali saya rasa cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang budaya orang Arab di UEA khususnya di Dubai.

Tidak perlu waktu lama untuk membaca buku ini, karena emang sangat ringkas, selain berbicara tentang budaya buku ini juga berisi tentang aturan-aturan keadministrasian, misalnya bagaimana sikap anda ketika pertama tiba di bandara, menghadapi petugas bandara dan lain sebagainya.

Tempat-tempat yang wajib anda kunjungi, apotik, rumah sakit, tempat penukaran uang, nilai mata uang ada di buku ini. nomor-nomor darurat yang dapat anda hubungi jika dalam keadaan genting, bahkan dia juga membahas tentang potret pemimpin UEA di setiap kantor pemerintah.

Dia memberikan nama-nama para pemimpin itu, seperti Sheikh Zayed  dan Sheikh Rashid almarhum semoga Tuhan mengampuni beliau berdua,  ada juga gambar Sheikh Khalifah anaknya Sheikh  Zayed. selain itu ada gambar sheikh Mohammed anaknya sheikh Rashid.

Inilah satu penjelasan  tentang budaya Arab yang di tulis oleh Ali

My country and Middle Eastern culture has evolved from a deep-rooted belief in Islam, which is a total way of life that governs every activity and decision that is made in daily life. Ethics and good manners are the ground we stand on. Hospitality, generosity and respect are essential virtues we almost been fed with along with our mothers' milk. However, we are kind of conservative in regard to our dress code, behavior and interaction with others. Men are not expected to wear tight or above knee shorts while women can't be wearing sleeveless shirts or short tight skirts"

Tentang mengapa orang Arab kalo ngomong suka teriak-teriak? Ali menjelaskan itu adalah cara orang Arab meyakinkan lawan bicaranya, jadi keliru kalo ada yang menyangka orang Arab itu suka gampang marah, mereka berteriak bukan berarti mereka marah tapi itu emang dari sononya. hihihi.

Ketika pertama bertemu orang Arab, saya juga dulunya sempet berfikir seperti itu, tapi sekarang setelah mengalami dan bergaul dengan orang -orang Arab, saya baru menyadari kalo mereka sebenarnya sangat asyik, ada sih yang menjengkelkan tetapi pada umumnya orang Arab itu ramah-ramah, blak-blakan dan apa adanya.

Semua budaya harus kita hormati, karena sebagai manusia yang beradab tidak ada waktu bagi kita untuk mencela atau menghina  etnis tertentu hanya karena budayanya yang terlihat "aneh". Budaya teriak kencang kalo lagi ngomong orang Arab ini agak miriplah dengan budaya ngomong orang-orang sumatera khususnya orang Medan.

Selamat malam…

13500644641478972096

Para TKI Dubai Ketika berbusana ala orang Arab. dok pribadi

Asmaradana Terlarang (9)

Posted: 12 Oct 2012 11:29 AM PDT

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar