Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Minggu, 21 Oktober 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Bijaksana Seperti Raja Salomo

Posted: 21 Oct 2012 11:50 AM PDT

OPINI | 22 October 2012 | 01:50 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

Bertiga berbaring di pantai, memandangi Langit berbintang. Aku dan dua sahabat baikku (mereka pasangan muda, menikah 4 Oktober 2012)

Langit tidak begitu cerah sehingga bintang yang tampak tak begitu banyak (tak begitu banyak dalam keterbatasan pandangan manusia) namun langit malam Pulau Tidung pastinya lebih baik dari langit malam Jakarta. Jarang bintang berkelap-kelip di langit Jakarta.

"Itu bintang ku" Vera menunjuk salah satu bintang yang paling terang

"Mana bintang mu Bang?" tanya Vera pada suaminya, Ricky.

"Itu" Ricky menunjuk ke langit.

"Ayo Ka, mana bintangmu?"

Dalam hati aku berujar, kok serasa berada dalam drama Korea atau Taiwan ya.

"Hmmm….yang mana ya"

"Ka, kalau misalnya ada bintang jatuh, kau mau make a wish apa?" tanya Ricky

"Hmm…" aku mikir bentar."Aku mau bijaksana seperti Raja Salomo, kalau Raja Salomo punya  banyak istri berarti aku punya banyak suami" aku terkekeh. Memangnya hanya kalian berdua yang bisa candain aku.

Mereka berdua langsung pasang tampang masam.

13508450892039297225

Vera dan Ricky sepedaan di Pulau Tidung

Pulau Tidung, 13 Oktober 2012

Siapa yang menilai tulisan ini?

Jelaga Kerinduan Membalut Jiwa

Posted: 21 Oct 2012 11:50 AM PDT

Menyikapi Pluralisme

Posted: 21 Oct 2012 11:50 AM PDT

OPINI | 22 October 2012 | 01:40 Dibaca: 1   Komentar: 0   Nihil

Bila yang dimaksudkan pluralisme adalah ide diantara orang-orang yang berfaham liberal, yang mengatakan bahwa agama itu semuanya sama, tentu akan menabrak pilar utama kehidupan beragama yaitu claim of truth atau klaim kebenaran.

Pluralisme harus dimaksudkan sebagai ketersinggungan umat yang tak dapat dihindari dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang terdiri dari berbagai ras, suku dan agama.

Dengan demikian wilayah yang harus didekati hanya sebatas yang berkaitan bagaimana masing – masing agama tersebut berperan sebagai rahmatan il alamin : membuahkan rahmat Tuhan untuk kemaslahatan hidup di dunia. Adapun wilayah imanensi dan transendensi adalah wilayah kebenaran dari masing-masing agama tersebut.

Dalam konteks ini, umat dan ulama agama dituntut untuk menggali agama yang diyakini, kemudian mengupasnya dan selanjutnya melakukan syiar, mengumandangkan  bahwa agamanya adalah yang paling agung, mulia serta sempurna, tanpa mematikan hak hidup agama lain karena kebenaran akhir adalah hanya Tuhan yang mengetahui dan memiliki.

Dengan demikian tidak benar bahwa "pluralisme" menjadi penyebab keraguan pemeluk sebuah agama untuk meyakini kebenaran agamanya.

Bila konsep pluralisme seperti ini - walaupun telah mereduksi pengertian pluralisme ekstrim- masih mengganggu mereka yang tetap menganggap  bertentangan dengan Aqidah Islam, dapat diganti dengan kata Pluralitas yang lebih memberikan pengertian realitas keberagaman yang diakui Islam, bersandar pada ayat : "Lakum dinukum waliyadin", "Bagimu agamamu. bagiku agamaku", cermin tingkatan moral tertinggi dalam hierarki moral Kohlberg : universal perspective morality.

Siapa yang menilai tulisan ini?

Parmin Pengekspor Sirih

Posted: 21 Oct 2012 11:50 AM PDT

PENERAPAN PANCASILA

Posted: 21 Oct 2012 11:50 AM PDT

OPINI | 22 October 2012 | 01:14 Dibaca: 8   Komentar: 2   Nihil

Pada sila pertama yaitu ketuhanan yang Maha Esa. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya pada Tuhan Yang Maha Esa. Dari butir sila ini, tersirat kalau kita harus mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing masing juga membina kerukunan antar pemeluk umat agama.

Sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Dari butir sila ini, tersirat kalau kita harus memperlakukan manusia secara adil sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Kita harus memperlakukan sesama manusia secara adil tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, keturunan dan lain sebagainya.

Sila ketiga, yaitu persatuan Indonesia. Dari butir sila ini, tersirat kalau kita harus mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Sila keempat, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dari butir sila ini, tersirat kalau setiap Warga Negara Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dan mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

Sila kelima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dari butir sila ini, tersirat kalau kita harus mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan serta mengembangkan sikap adil terhadap sesama manusia.

Siapa yang menilai tulisan ini?

edelweis di dasar danau

Posted: 21 Oct 2012 11:50 AM PDT

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar