Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 04 Januari 2014 1 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


kamu? (kembali)

Posted: 04 Jan 2014 11:06 AM PST

Aduh Neng Shelly, Jangan Bahas Agama Dong! (Larangan Perayaan Tahun Baru)

Posted: 04 Jan 2014 11:06 AM PST

Aduh Neng Shelly, Jangan Bahas Agama Dong! (Larangan Perayaan Tahun Baru)

1388859664517932184

Akhir tahun 2013 lalu saya membuat sebuah status kontroversial di Facebook (FB) dan memang benar-benar jadi kontroversial karena bukan hanya saja ramai komentar, bahkan salah seorang teman sampai meremove saya dari daftar pertemanannya. Waduh! Nah ada beberapa point komentar dari teman FB yang ingin saya bahas dengan sesama Kompasianer, sbb :

1.  Agama adalah urusan individu, jadi tidak perlu dibuka di forum.

Ya betul, agama adalah urusan individu artinya pilihan untuk memeluk agama A, B atau C adalah hak setiap orang yang tidak bisa dipaksakan. Tapi untuk berdiskusi lintas agama bukanlah lagi menjadi urusan individu. Ketika banyak non Muslim lainnya bertanya-tanya dihati bahkan mungkin saja bergunjing di belakang mengenai isu fatwa pelarangan ucapan Natal dan perayaan Tahun Baru, saya memilih secara betina bertanya langsung di muka umum. Dengan bertanya kemungkinan besar saya akan mendapatkan jawabannya dan jika tidak bertanya maka sudah pasti saya hanya akan ikut-ikutan membuat bermacam-macam persepsi sok tau saja. Bukankah selama ini perpecahan manusia yang berbeda agama juga salah satunya disebabkan ketidaktahuan dan ketidakmengertian satu sama lain? Mereka tidak mengerti dan tidak berani bertanya, hanya bisa memendam kebencian karena prasangka buruk.

2. Sebaiknya tidak membuat status atau membahas agama di social media karena dikhawatirkan ini menjadi topik yang sensitif dan akan menimbulkan polemik.

Hehehe…bolehkah saya bertanya mengapa Anda harus jadi orang yang sensitifan? Orang yang sensitifan itu sulit lho bergaul dengan warna warni perbedaan hidup. Well, patokan saya selama tidak menghina cara beribadah, nabi, kitab suci atau Tuhan dalam agama orang lain maka sah-sah saja berdiskusi. Saya percaya bahwa jika setiap dari kita tidak emosian, berkepala dingin dan tidak menganut paham "pokoknya menurut gw" maka semoga penjelasan-penjelasan dalam setiap diskusi dapat dijadikan pembelajaran bersama.

3. Sebagai non Muslim sebaiknya saya tidak membahas isu-isu yang terjadi dalam Islam.

Ini lucu buat saya. Nah apakah masyarakat awam juga tidak boleh bahas politik karena mereka bukan politikus? Jika saya hanya boleh mencari tahu tentang kaidah dalam agama yang saya anut, berarti saya tidak akan pernah mengerti kaidah ajaran agama lain. Sementara beberapa kenalan saya yang Nasrani dan Muslim pernah berkata "Semoga nanti kamu bisa jadi murid Yesus ya Shel" atau "Semoga suatu hari nanti kamu dapat hidayah dari Allah ya Shel." So, apakah perkataan macam itu hanya basa-basi, jika saya baru menanyakan pertanyaan simple seperti itu, reaksi yang diberikan sungguh defensif. Bagaimana kalau nanti saya mau menanyakan pertanyaan yang lebih rumit? Aaaah…macam mana pula ini?!

Saya sendiri tidak sensitif dan marah ketika ada teman yang bukan Bhuddist bertanya "Koq sembayangnya kudu pake hio dan buah sih Shel?" atau "Kenapa sih Bhiksu koq gak boleh makan daging ya Shel?" Justru saya senang mereka bertanya agar mereka tahu jawabannya. Tahu jawabannya bukan berarti mereka harus memeluk agama Buddha, tapi setidaknya mereka paham dan tidak membuat persepsi asal-asalan.

Sebenarnya simple saja ketika ada orang lain yang membahas mengenai agama. Jika kita memang memiliki kapasitas untuk menjawab ya monggo menjawab dengan kebenaran tanpa mengarang fiksi. Jika belum memiliki kapasitas, tidak perlulah marah, sensitif apalagi alergi. Ini akan memperlihatkan kepada publik bahwa Anda memang belum matang secara emosi dan pengetahuan. Lebih baik anteng nyimak saja, tidak usah ikut menjawab, menunggu yang punya kemampuan dan pengetahuan untuk menjawab. Bahasa kerennya jadilah silent reader. Gitu aja koq repot sih? :D

4. Kalau mau mengerti Islam tanyakanlah langsung kepada ulama atau MUI.

Waduh, ini lagi! Ini adalah jawaban yang tidak menjawab. Apakah besok-besok kalau ada orang bertanya kepada saya "Shel, kenapa sih koq Bhiksu harus botak?", nah apakah saya harus menjawab "Tanyalah kepada Walubi atau tanya kepada Bhiksunya langsung saja ya!" Teng tooooong O.o

Honestly, saya akan senang jika bisa bertanya langsung ke ulama non radikal. Ini benaran lho, bukan basi-basi! Tapi sayangnya sampai hari ini, di antara begitu banyak teman Muslim yang saya kenal, belum ada satupun yang jadi ulama. :)

Nah dari seringnya diskusi saya secara langsung maupun ketika menjadi silent reader atas diskusi orang lain, ini adalah 2 sudut pandang saya terkait fatwa pelarangan ucapan Natal dan perayaan Tahun Baru.

A. Saya Sepaham

Saya sepaham bahwa sebaiknya memang umat Islam tidak perlu mengucapkan selamat Natal jika tujuannya adalah meyakini bahwa adanya Tuhan selain Allah. Jika dengan mengucapkan selamat hari raya agama lain dapat menggoncangkan keimanan kita (termasuk saya), maka sebaiknya kita tidak memberi ucapan selamat hari raya kepada saudara atau kenalan yang berlainan agama.

Saya sepaham jika perayaan tahun baru merupakan sebuah kegiatan yang cenderung bersifat hura-hura negatif seperti mabuk-mabukan, pesta narkoba, pesta seks bahkan nekat membeli kembang api yang harganya tidak murah padahal uang sekolah anak 3 bulan belum sanggup dibayar maka sebaiknya tidak perlulah acara tahun baru, lebih baik dekatkan diri kita kepada Sang Pencipta. I absolutely agree with this!

B. Saya Tidak Sepaham

Saya tidak sepaham untuk tidak mengucapkan selamat hari raya agama lain jika tujuan saya sekedar memberi perhatian, menabur kedamaian dan berbahagia atas kebahagiaan saudara atau kenalan saya yang sedang bersukacita menyambut hari kebesaran di agama mereka masing-masing.

Saya tidak sepaham untuk menolak perayaan tahun baru jika kegiatan yang dilakukan sekedar makan-makan kumpul keluarga, barbequan dengan teman-teman atau acara seru-seruan lainnya yang masih positif. Saya juga mendukung adanya kembang api tahun baru jika itu dibeli dengan uang halal oleh mereka-mereka sang jutawan baik untuk kepentingan pribadi atau perusahaan (biasanya mall atau hotel).  Keindahan kembang api yang bermekaran di langit akan menjadi tontonan gratis berjuta-juta pasang mata termasuk kaum duafa yang jarang sekali menerima hiburan gratis. Jika ada yang secara mantap bilang "Daripada uangnya buat bakar-bakar petasan lebih baik disumbangkan kepada fakir miskin." Nah ada 1 satu saran dan 1 pertanyaan dari saya untuk mereka. Saran : Monggo tanyakanlah langsung kepada yang beli kembang api, siapa tahu mereka memang donatur tetap panti asuhan lho. Pertanyaan : Apakah Anda merokok? Jika iya, mengapa uang Anda digunakan untuk bakar tembakau? Kenapa tidak disumbangkan saja? Jangan bilang kembang api haram kalau Anda masih berasik masyuk dengan harumnya asap tembakau.

Oke, ini adalah opini saya, sekali lagi ini adalah opini. Tidak perlu ada amarah murka untuk menanggapi opini saya. Jika Anda setuju, marilah kita toss! Jika tidak setuju, monggo saya sangat mengijinkan Anda untuk beragumen yang logis. Silahkan menambahkan apa yang masih menjadi kekurangan saya dan silahkan mengkoreksi apa yang menjadi kesalahan saya. Jika ada salah-salah kata, saya mohon maaf lahir dan batin. Salam damai! ^^

13888597851800832258

Jakarta, 4 Januari 2014

Shelly Lansritan

I Write…I Live!

Artikel Terkait :

http://sosbud.kompasiana.com/2012/12/26/apa-tujuan-anda-ketika-mengucapkan-selamat-hari-raya-agama-lain-518880.html

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Pak Ahok, Mari Kita Lokalisasi

Posted: 04 Jan 2014 11:06 AM PST

Pak Ahok yang terhormat,

Beberapa waktu yang lalu saya menyimak rencana bapak yang ingin melokalisasi prostitusi yang ada di DKI, statement itu mengingatkan saya pada era Gubernur Ali Sadikin yang melokalisir para PSK di kawasan Kramat Tunggak, Jakarta Utara. Waktu itu pertimbangan beliau adalah agar para PSK mudah dibina dan tidak berkeliaran sembarangan tanpa pengawasan. Tapi itu terjadi di masa tahun 1980-an, yang pastinya jauh lebih terbelakang dari masa-masa kini di mana kecanggihan teknologi telah berhasil membuat manusia modern ter-kebiri.

Sejalan dengan rencana bapak, ternyata menteri kesehatan RI dan persatuan gereja indonesia juga sependapat dengan apa yang bapak usulkan. Meski pasti akan banyak pertentangan yang terjadi, namun langkah bapak adalah salah satu wujud kemanusiaan yang tidak manusiawi. Pengulangan kebijakan seperti yang sudah terjadi di era Ali Sadikin, jika pun terlaksana itu menandakan kurang cerdas dan kreatifnya pemerintahan yang sekarang dalam menangani masalah turun-temurun di DKI.

Jika saya boleh berkomentar perihal tersebut, akan saya katakan "mari Pak kita lokalisasi" ide-ide bapak yang berkeliaran sembarangan. Agar tidak sampai pada kebijakan menyesatkan yang pasti akan lebih menyengsarakan. Mungkin pelokalisasiannya adalah melalui beberapa langkah berikut;

1. Dengan niat luhur untuk memanusiakan manusia, kita bisa berusaha kumpulkan sebanyak mungkin PSK di DKI. Data mereka, beri mereka pendidikan dan keterampilan.

2. Dengan niat ikhlas demi kemanusiaan, kumpulkan semua pengusaha dan pemilik modal yang ada di DKI. Yakinkan mereka bahwa untuk meningkatkan derajat manusia, kita harus pula memanusiakan manusia. Ajak mereka agar mau membuka lapangan pekerjaan bagi para PSK jalanan.

3. Jika terjadi kesepakatan, sinergikanlah mereka. Maksudnya pertemukan para pengusaha dan pemilik modal dengan PSK yang ada.

Memang itu semua tidak mudah, tapi tidak ada salahnya bila dicoba. Dari pada mengulangi kesalahan yang sama di masa lalu, lebih baik berkreasilah yang cantik dalam menangani masalah ini. Apalagi tahun ini tahun politik, saat-saat dimana para caleg mengobral janji.

Daripada berjanji, berikanlah sedikit bukti berupa pembinaan dan pemberian pekerjaan bagi para PSK jalanan. Walaupun mungkin tidak terpilih nantinya, setidaknya telah memberikan kontribusi demi kemajuan negeri tanpa harus terlebih dahulu duduk di kursi.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Modal Usaha Wajib ‘Ngutang’

Posted: 04 Jan 2014 11:06 AM PST

Dunia usaha atau bisnis selalu asyik untuk di bicarakan dan tidak ada bosan-bosannya, bahkan menulis tentang bisnis juga ngak susah-susah amat, lebih mudah lagi dari menulis tentang usaha adalah mengaplikasikan ide-ide yang banyak bertengger di otak-otak kita.

Judul di atas muncul saat asyik diskusi dengan teman lama di Facebook, dia bertanya "Apakah harus memulai usaha dengan modal ngutang?" dari pertanyaan tersebut saya ingin mengutarakan pendapat saya sendiri bahwa memulai usaha kita wajib ngutang!.

Ada beberapa faktor yang menurut saya kenapa kita wajib hutang untuk memulai usaha, diantaranya;

Tidak Punya Modal

Kalau kita tidak punya modal dalam usaha, maka meminjam adalah jadi wajib kalau kita mau segera memulai usaha tersebut, sudah menjadi rahasia umum kendala utama para pemula yang mau memulai usaha selalu berkutat di masalah modal, ketika di tanya kenapa ngak di mulai saja usahanya padahal ide dan strateginya mantap dan realistis? Jawabannya selalu yang terdengar "tidak punya modal!" apakah sebegitu sulitnya mencari modal, sehingga rancana usaha menjadi gagal karna tidak ada modal, padahal kalau mau berani sedikit Anda bisa mencari pinjaman modal untuk mewujudkan kesuksesan usaha Anda. Kalau sudah begini maka wajib anda Ngutang modal buat asaha awal Anda.

Ingin Meraih Kesempatan Yang Ada

Semakin banyaknya kompetitor membuat kita harus semakin jeli mencari ceruk celah sehingga usaha yang kita kelola menjadi beda dari kompetitornya, ketika kesempatan itu muncul malah sering terkendala modal, modal untuk menambah usaha kita agar mempunyai nilai lebih dari kompetitornya sehingga usaha kita semakin menarik konsumen, agar kesempatan tersebut tidak berlalu begitu saja maka kita harus berani Ngutang modal, jika kesempatan tersebut tidak segera kita ambil bisa jadi kompetitor akan mengendus ide-ide kreatif kita, dan akibatnya usaha kita akan di tinggalkan kunsumen kita.

Agar Hati-Hati dan Waspada

Siapa sih yang tidak takut dengan hutang, semua orang pasti takut apalagi jika sampai di tagih sama depkolektor. Tapi kalau kita memulai usaha dengan modal hutang hal itu akan membuat kita semakin berhati-hati dengan mengelola usaha, semakin membuat kita waspada bahwa usaha yang kita kelola adalah dari modal ngutang, sehingga apa yang kita kerjakan akan selalu terencana dan penuh pertimbangan.

Jika kita sudah berhutang jangan lupa rencanakan pembayarannya, buat perhitungan dan perincian yang akurat untuk melunasinya, sisihkan hasil dari usaha kita untuk melunasi modal-modal tersebut, bukan tidak mungkin kalau kita cermat dan berhati-hati usaha yang kita rintis yang berawal dari modal ngutang akan terlunasi, aset dan modal tersebut akan mendari milik pribadi, jadi jangan takut ngutang kalau kita berani melunasinya.

Prinsip:

Kalau mau berhutang modal usaha (kalau bisa) jangan menurut kebutuhan usaha tapi menurut kemampuan kita bisa melunasinya…

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Bawang dari Belanda

Posted: 04 Jan 2014 11:06 AM PST

REP | 05 January 2014 | 01:17 Dibaca: 1   Komentar: 0   0

1388858690827004963

13888587071737831283

13888587311217664074

The Indonesian market for onions for human consumption is growing and estimates put the Dutch export potential at over 100,000 tonnes, or some 35 million euros.

Saya bahas isu yang tidak populer di tengah keributan bang Ahok yang memberi contoh kalau pns punya alasan melanggar aturan. (Saya nggak bilang Ahok melanggar aturan lho..) Di tengah naiknya harga LPG. Di tengah remuknya rupiah.

Saya hadirkan bawang dari negeri belanda. Ini bawang beneran, nggak pake tipu-tipu. 100 000 ton !

Kalau ada pengusaha Indonesia yang rela tanem bawang, itu potensial omzetnya bisa 35 juta euro. Bukannya itu peluang ya?

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Nilai Keringat Jokohok

Posted: 04 Jan 2014 11:06 AM PST

OPINI | 05 January 2014 | 01:16 Dibaca: 4   0

13888593182034284238

Mobil pribadi memang menjadi kembanggaan. Semakin bagus mobilnya semakin tinggi "derajatnya." Tapi tidak bagi Jokowi-Ahok. Bagi Jokowi, semakin jelek kendaraan yang dinaikinya,semakin tinggi derajatnya. Jumat pertama bulan Januari 2014, Jokowi mengendarai sepeda ke Balai Kota. Wuiih.. puja-puji mengalir ke balai kota. Sorenya, dia pulang naik Bajay..waaah pundi-pundi pujiannya bertambah buanyaaak. Keringat yang terkuras karena bersepeda dan berbajay ria terbayar lunas.

Ahok? Mobil dinas yang adem ayem tenterem malah bikin gerah. Dihujani pertanyaan yang menyebalkan. Dijawab salah,nggak dijawab salah. Seribu jurus tangkisan sudah diperagakan, tetap saja protes, sindiran, makian memenuhi pundi-pundi kebanggaanya selama ini. Selama menjadi wagub, baru kali ini dia malas membaca komentar di media. Beruntung para pemujanya masih ada juga yang membela.

Ternyata kendaraan bisa juga bikin celaka tanpa harus menabrak atau ditabrak.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Adsense Content. bottom of article

1 komentar:

Unknown mengatakan...

menawarkan pinjaman Kami adalah organisasi hukum yang diciptakan untuk membantu orang-orang dalam kebutuhan membantu,
sebagai bantuan keuangan. Jadi jika Anda mengalami kesulitan keuangan atau
Anda berada dalam kekacauan keuangan, dan Anda perlu dana untuk memulai bisnis Anda sendiri,
atau Anda membutuhkan pinjaman untuk melunasi utang atau membayar tagihan Anda, memulai bisnis yang baik,
atau mengalami kesulitan mendapatkan pinjaman modal dari bank lokal, hubungi kami hari ini melalui
Email: thomasloan3@gmail.com
Jadi jangan biarkan kesempatan ini berlalu.
Bagi mereka pikiran serius dan God fearing People.
PINJAMAN APLIKASI FORMULIR:
Nama: _________
Alamat: _________
Sandi: _________
Negara: _________
Pekerjaan: _________
pinjaman Request__________
tujuan untuk
pinjaman Duration__________
Pendapatan Bulanan: _________
Telepon: _________
Silahkan kembali ke kami melalui email kami
Email: thomasloan3@gmail.com

Posting Komentar