Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Kamis, 16 Januari 2014 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Nostalgia mesum

Posted: 16 Jan 2014 11:32 AM PST

Buku Pintar bagi Calon Penulis

Posted: 16 Jan 2014 11:32 AM PST

13898946951483840279

Sumber : Dokumen Pribadi

Sebelumnya maaf ya…bukan bermaksud menggurui atau berpromosi buku. Namun lebih kepada berbagi sesama teman. Belajar menulis secara otodidak memang banyak memiliki tantangan. Salah satu tantangannya adalah kita belum tahu tulisan ini sudah layak baca atau belum. Sebenarnya penulis juga baru dalam taraf belajar nulis, namun ada buku panduan sebagai pedoman untuk belajar menulis agar tidak salah arah. Buku panduan itu adalah "Mahir Menulis" foto ilustrasinya ada di atas.

Dan pada kesempatan ini penulis juga tak hendak membuat resensi buku, wong buku tersebut juga belum tuntas dibaca. Namun tergerak oleh keinginan menulis, maka langsung praktek nulis di Kompasiana. Penulis menyadari lebih baik praktek nulis ketimbang terlalu banyak baca buku teori. Ini berarti bukannya kita nggak mau terlalu teoritis. Buat apa tahu teori dan selalu mengkritik tulisan orang kalau kita sendiri dalam menulis juga masih acak adul.

Maka praktek nulis di Kompasiana ini menjadi ajang bagi penulis untuk berlatih. Bukan untuk mencari popularitas tapi lebih kepada praktek nulis. Kita belajar memang perlu teori, tapi hendaknya juga didukung oleh praktek juga. Dan penulis merasa senang ketemu dengan Kompasiana karena ini merupakan wadah yang dapat digunakan untuk praktek nulis. Hasilnya ya berupa komentar dan vote dari teman kompasianer yang lain. Bonusnya ya berupa HL, TA, dan Highlight. Walau sebenarnya penulis menyadari saat ini baru dalam tahap Highlight belum sampai ke taraf HL dan TA. Gak papa.

Dengan adanya bonus HL, TA, dan Highlight penulis menyadari inilah honor yang sebenarnya dari menulis di Kompasiana. Beda kalau kita ingin diseleksi layaknya menulis di harian Kompas. Kalau lolos seleksi di harian Kompas tentu bonusnya adalah honor berupa rupiah. Bisa hepi deh jadinya. Tapi menulis di sini mendapatkan komentar, vote dan bonus lainnya juga sudah hepi apalagi kalau memenangkan suatu sayembara dan dapat penghargaan wuihh…senangnya bukan main deh.

Membaca tulisan Pak Faisal Basri saja penulis merasa kagum. Tadinya sewaktu melakukan pertemanan sempat mencoba berulang-ulang akhirnya jadi juga melakukan pertemanan. Tulisan Bapak Faisal Basri kalau bicara soal ekonomi kayaknya didukung oleh data dan fakta yang lengkap maka tak heran jika langsung mendapat posisi Headline alias HL. Kalau boleh menunjuk tulisan beliau adalah "Ketimpangan Kian Memburuk" — Kompasiana/16 Januari 2014.

Walau baru dibaca oleh 488 pembaca hingga saat ini pukul 1:21 AM 17 Januari 2014. Penulis berpendapat tulisan Bapak Faisal Basri nampaknya didukung oleh data dan fakta yang jelas dan akurat. Dan untuk sekapasitas Bapak Faisal Basri penulis berfikir pasti data dan fakta itu didapat bukan dengan cara yang ngawur. Dan inilah sebenarnya contoh penulis yang bertanggung jawab. Beliau bertanggung jawab terhadap artikel yang ditulis karena didukung oleh data dan fakta yang tidak asal comot.

Kalau menulis artikel opini dengan gaya yang asal alias tidak didukung oleh data dan fakta yang jelas ya terkesan memang mirip surat pembaca sih. Dan penulis yakin apa yang ditulis oleh kompasianer di sini juga memenuhi kriteria kelayakan sebuah berita dengan unsur aktual, penting, unik, ada asas keterkenalan tokoh seperti Pak Jokowi, ada asas kedekatan seperti kasus banjir Jakarta, ada asas magnitude seperti liputan sepak bola, dan terakhir adalah trending articles.

Dan sekarang penulis pun sedang belajar menulis sekaligus mengamati fenomena jurnalisme warga yang semakin digemari oleh masyarakat kita. Kompasiana  mungkin sebagai salah satu contoh media online yang termasuk ke dalam kategori jurnalisme warga. Walau di dunia maya sekarang juga banyak bertebaran model-model jurnalisme warga yang hampir mirip dengan kompasiana. Sebut saja ketikketik.com, media ini juga memproklamasikan sebagai jurnalisme warga walau secara penampilan agak berbeda dengan kompasiana.

Mengamati fenomena jurnalisme warga yang semakin ngetrend di masyarakat kita nampaknya menarik juga. Dan ini sebenarnya bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa ilmu komunikasi yang tertarik terhadap ilmu jurnalistik dapat dijadikan bahan riset atau kajian atau wadah untuk praktek menulis layaknya seorang wartawan. Walaupun di kompasiana kita juga dilarang mengaku-aku sebagai wartawan Kompas. Kita adalah jurnalist warga dengan sebutan kompasianer, tidak lebih dari itu.

Ok, deh sekali lagi penulis tak bermaksud untuk menggurui, namun tepatnya ingin berbagi. Berbagi pengalaman dan praktek nulis di Kompasiana. Walau baru dalam taraf atau level Highlight yah gak papa. Inilah hasil nyata dari praktek nulis ketimbang bicara teori tanpa hasil. Teori perlu, tapi praktek lebih utama jika kita ingin jadi praktisi di bidang jurnalistik. Kalau di bidang ilmu elektro ya teori juga perlu tapi apakah berani praktek memegang setrum listrik tapi kita tidak mati ???

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Sajak Merah Putih

Posted: 16 Jan 2014 11:32 AM PST

Mencari Mr.Hart di New York

Posted: 16 Jan 2014 11:32 AM PST

Maulid, Mulud dan Moled

Posted: 16 Jan 2014 11:32 AM PST

saat kalender 2014 memasuki minggu keduanya, maka semua dapat melihat ada tanggal merahnya. yach, selasa 14 januari merupakan peringatan maulid nabi muhammad SAW. namun ada satu hal yang menggelitik terhadap perayaan tersebut, sehingga penulis memberikan opininya dengan judul maulid, mulud dan moled.

sudah tradisi disetiap daerah melaksanakan peringatan maulid nabi besar muhammad SAW. namun apakah kebiasaan didaerah ini sudah sesuai dengan ajaran nabi atau tidak. nabi memang tidak pernah mengajarkan umatnya untuk memperingati hari kelahirannya, namun sebagai pencerminan dari diri nabi, kita pun diharapkan mengenang dan selalu mengikuti ajaran rasulullah tersebut.

dalam serangkaian acara peringatan, teramati terdapat 3 (tiga) peristiwa yang terjadi :

1. mulud

Mulud ini saya pandang sebagai suatu acara peringatan dengan melaksanakan acara memasukkan sesuatu ke mulut alias makan-makan. bahkan dibeberapa daerah pun menjadi suatu acara khusus yang intinya saling berkunjung dan saat menghadiri acara tersebut diawali dengan doa dan ditengahi bahkan sampai berakhir pun dengan acara makan-makan. masyarakat yang tergolong berkemampuan rendah pun tidak segan-segan untuk pinjam uang kesana kemari demi bisa melakukan mengundang orang ke rumahnya untuk makan-makan dengan acara muludan.

2. moled

acara ini lebih seru lagi, karena dikoordinir oleh pemuka masyarakat dan acara utama adalah moled atau muter muter perut alias menari atau sering kita kenal dengan dangdutan. belum lagi penarinya dengan pakaian seronok dan seksi. para penonton pun bergoyang sambil minum minuman keras. astagfirullahaladzim.

3. maulid

acara ini dilaksanakan pada umumnya dimasjid masjid. diawali dengan pembacaan kalam ilahi dan dengan acara puncak hikmah maulid nabi yang disampaikan oleh ustadz atau kiyai.

semoga kita dapat memilih mana yang lebih sesuai dan membawa keberkahan dan sesuai dengan tuntunan agama yang menjadikan islam sebagai rahmatan lilalamin. semoga…!

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Setelah Acara Debat di TV One, Facebooker Hujat Ridwan Saidi dan TV One

Posted: 16 Jan 2014 11:32 AM PST

Setelah acara debat di TV One yang menayangkan budayawan betawi Ridwan Saidi, Facebooker yang kebanyakan dari komunitas pendukung Jokowi Menghujad TV One dan Ridwan Saidi.

1389897000443671870Berbagai Comment, Cercaan danMakian para Facebooker yang jelas sangat menjatuhkan reputasi TV One selama ini yang kesannya Imformatif dan Edukatif.

Sangat disesalkan TV One menampilkan bahkan mempunyai kesan memanfaatkan Ridwan Saidy yang sebenarnya pola pemikiranya tidak update bahkan bahasanya pun tidak layak tayang diacara debat bergengsi tersebut. Berikut Capture dari status2 yang menghujat tersebut:

1389897268700564931Hujatan-hujatan tersebut masuk dalam status secara spontan tepat saat acara debat tersebut memberikan kesempatan pada Ridwan Saidi untuk berbicara

13898976081601901207Bahkan sebagian besar menganggap bahwah TV one  sudah tidak seimbang lagi dan menjadi alat salah satu partai peserta pemilu.

13898977072090213943Akibat nila setitik rusaklah susu sebelanga, maksud hati mencari perhatian pemirsa malah yang didapat sebaliknya, dibenci dan ditinggalkan oleh pemirsa dan yang lebih memiriskan orang tua yang seharusnya dihormati dan disegani generasi muda bangsa ini malah dicaci maki dengan sumpah serapah para Face booker.

Mudah-mudahan kejadian ini menjadi pelajaran berharga untuk TV One.

13898982161108561309

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar