Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Selasa, 14 Januari 2014 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Untuk Abdul Munir Sara, Samad Memelas ke Anas Bukan Misteri (Sebuah Tanggapan)

Posted: 14 Jan 2014 11:39 AM PST

Salam kenal Abdul Munir Sara yang konon katanya dari NTT. Selamat, anda telah berhasil mengaduk-aduk hati pembaca agar simpatik kepada Anas, semoga anda menulis dengan hati yang "suci" tidak hitam. Tetapi melihat dari posisi anda saja, ketika ditanya oleh para kompasianer, nampaknya anda tidak memiliki posisi, apakah loyalis Anas, pengagumnya atau bukan, selalu dijawab anda seorang yang belajar menulis. Itu menunjukan dari pekerjaan anda yang memulai belajar, jangan-jangan sebagai pemula yang mulai "belajar" anda sudah tersesat, karena menunjukan diri anda saja berada dipihak mana juga tidak jelas. Lebih tepatnya anda ini bermuka dua.

13897278492086122004

Gamabar: merdeka.com, Anas Urbaningrum dan Loyalis PPI sedang konfrensi pers sebelum memenuhi panggilan KPK

Setidaknya anda lebih patut dihargai sebagai penulis, terima kasih banyak karena rela menjawab komentar teman-teman kompasianer, kalau mau dibandingkan dengan Sri Mulyono anda ini lebih bertanggung jawab dari pada loyalis PPI itu yang sangat pecundang bagi saya. Kalau sekiranya Mas Munir ketemu dengan Mas Mulyono tolong sampaikan kalau mau datang menulis di Kompasiana apalagi menulis isu skala nasional, menjadi perhatian negeri ini, tolong ditanggapi komentar yang "kontra" atas tulisannya, termasuk tolong ditanggapi artikel saya yang menyangga tulisannya kemarin yang menyetir bahwa KPK melakukan kebohongan publik.

Mas Munir yang saya hormati semoga anda sudah pernah membaca buku-buku politik, dan semoga pula anda singgah di lapak loyalis Anas, Mas Mulyono, di sana mas Mul mengakui kalau ternyata KPK adalah produk politik. Sayapun sebagai sarjana hukum sulit memungkiri kalau memang terpilihnya jabatan ketua KPK ditentukan oleh lobi-lobi politik pula. Sehingga dipastikan ada panggung belakang dan panggung depan. Di panggung belakang itulah sering terjadi lobi politik yang mas Munir namakan misteri, di panggung depan ya pasti siapa nantinya yang dipilih oleh DPR. Jadi, kalau mas Munir tahu apa yang dimaksud politik dramaturgi berarti  peritiwa Samad pernah memelas ke Anas bukanlah misteri bagi orang yang mengerti benar dengan ilmu politik.

Sungguh amat disayangkan pernyataan Mas  Munir, Gede Pasek, Sri Mulyono ketika Anas sudah ditahan, lalu sekarang mengungkit-ungkit jasa-jasa Mas Anas sehingga terpilih Pak Abraham sebagai ketua KPK. Bayangkan saja, dari kampung yang kecil, anda tidak perhitungkan, beliau tidak pernah dikenal di ibu kota Negara, tetapi dia memiliki niat dan hati yang bersih dan tulus, ingin sekali menegakkan hukum, memberntas korupsi di tanah air, namun karena jalur politik dia harus mundur menjalankan niatnya itu. Pak Abraham tidak demikian, dia berani menelusuri labirin gelap susahnya menjadi penentu dalam pemberantasan korupsi, melakukan lobi politik, demi mendapatkan panggungnya untuk benar-benar memberantas korupsi.

Mas Munir, perlu kita ketahui bersama, karakter yang susah dilepaskan dari orang Timur adalah yang namanya balas budi, baik di era kolonial hingga zaman sekarang. Di kampung saya, Makassar, terdapat sejarah, al-kisah Raja Bone Arung Palakka terpaksa menyerang kerajaan Galesong di tanah Jawa yang mana saudara sepupunya sendiri, karena Arung Palakka sudah terlanjur merasa berutang budi dengan Spelman yang sudah membantunya mempertahankan daerah kekuasaannya dari ancaman raja Sultan Hasanuddin.

Saya tidak bisa menggeneralisasi, apakah suku jawa, suku bugis, Mas Munir (mungkin suku Asmat atau suku Dani karena di profilnya tertuliskan dari NTT), diakui dalam kesetiakawan kita pasti berat menanggung utang budi. Andaikan saya sebagai Abraham dengan adanya balas budi Anas, dipastikan saya tidak dapat menjebloskan Anas ke tahanan, karena saya masih kental pula dengan kebiasaan menanggung "utang balas budi". Namun di situlah istimewanya Pak  Abraham demi hati nurani, demi penegakan hukum, demi jutaan rakyat Indonesia dia rela menanggalkan tradisi "utang budi" yang membiarkan kita semua bisa tersesat, dan kebenaran hanya milik para politisi. Bagi saya tersangkanya AU itu biasa-biasa saja untuk AS, kalau selalu menyangkutpautkan dengan "utang balas budi". Bagaimana dengan Andi Mallarangeng yang nyata-nyata dari kampung yang sama berjuang di tanah perantauan (pada idi), toh AM juga ditahan oleh KPK

Sulit Mas Munir memungkiri kalau anda bukan orang dekat atau loyalis Anas, semua keterangan anda yang didapatkan dari tanggal kejadian pertemuan AS dengan AU, tempat, waktu, hingga meneguk kopi dan merek Mobilnya AS waktu itu anda bisa tahu semua. Bahkan anda yakin kejadian itu masih ada rekam CCTV-nya. Kecuali anda ini  Mak Lampir ya boleh-boleh saja tahu semuanya, mungkin langsung melihat dari "cermin air" anda, apa yang AS dan AU sedang perbincangkan. Ataukah yang lebih rasional, mungkin Mas Munir sudah memasang CCTV di rumah AU, sehingga dengan runut dan lengkap semua data-data itu anda muda dapatkan. Sungguh terlalu Mas Munir menyangkal, anda bukan loyalis Anas, bangunan tulisan anda di sana sudah terbaca, siapa sesungguhnya anda.

Dikalimat yang lain Mas Munir,  berdalil bahwa karena PD terbelah dalam dua faksi, faksi Cikeas, dan faksi Durian sawit, emang nama durian sawit sudah dikenal itu dari dulu?. Kembalilah membaca dan memperbaiki analisi politik anda. Bahwa  di kongres PD ketika Anas terpilih sebagai ketua umum PD, disitulah mulai terbentuk faksionalisasi, yakni ada faksi Anas, dan faksi Mallarangeng yang konon katanya direstui SBY namun tidak terpilih. Persoalan internal faksi kalian (PD) yang jelas itu bukan urusan KPK.

Kalau Pak Abraham memilih jalur yang anda sebutkan yakni "AS memilih Cikeas dan seabrek kekuasaan" dari mana data ini anda bisa yakinkan kepada saya, dan terlebih lagi kepada publik. Kekuasaan apa yang sekarang didapatkan oleh AS dari Cikeas ketika sudah menetapan AU sebagai tahanan KPK. Tolong dibuktikan dalil anda ini, kalau punya rekaman CCTV AS dan SBY misalnya dijanji akan menjabat menteri atau jaksa agung, boleh saja anda berdalil demikian, apalagi ini sudah akhir pemerintahan SBY, kekuasaan apa lagi yang mau dibagi. Dimana konsistennya Mas Munir, menganjurkan kompasianer yang berkomentar ditulisan anda, harus belajar ilmu hukum, sementara anda saja selalu membangun asumsi AS menetapakn AU sebagai tersangka karena janji kekuasaan dari SBY. Naïf, dan sangat naïf tuduhan anda

Jika Mas Munir menganjurkan agar AS memperlakukan AU secara adil dihadapan hukum, itu sudah adil Mas. Sebelum AU diperingati dia akan dijemput paksa, AU sudah dikirimkan surat panggilan, bukan langsung dijemput paksa. Kalau anda menganjurkan saya harus berdalil hukum saya akan kutipkan Pasal 51 ayat 1 Kitab Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menegaskan "Untuk rnempersiapkan pembelaan: a). tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai." Kalau mau mengetahui apa maksud dari proyek lain-lain tersebut, harus dilakukan pemeriksaan, lantas bagaimana mungkin AU menuntut haknya, sementara untuk diperiksa pada selasa 7 Januari kemarian dia mangkir.  Mestinya AU dan kawan-kawannya, berterima kasih yang tuluslah (jangan berterima kasih kepada AS dan para penyidik atas nama-nama yang disebutkan karena dia mantan kader HMI lalu "seolah-olah" ingin menciptakan chaos sesama kader nantinya) kepada AS karena AU sudah diperlakukan dengan adil. Namun ironisnya, AU dan kawan-kawan masih membangun asumsi-asumsi politik di luar sana, temasuk menyerang KPK, terkait adanya pertemuan BW dengan Deny Indrayana di Cikeas.

Akhirnya, yang beringas dan kejam itu bukanlah Pak Abraham Samad, yang beringas itu adalah prosedur hukum yang menuntut kepada tersangka harus patuh pada kewenangan yang telah diberikan kepada KPK berdasarkan KUHAP dan UU KPK. Kalau toh terbukti AU nantinya bersalah di pengadilan, bukan pula hukum yang kejam apalagi culas, tetapi itulah pertanggungjawaban hak-hak rakyat kepada AU, dari uangnya yang telah "dirampok" oleh pejabat yang sudah diberikannya amanah.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Andai Aku Presiden

Posted: 14 Jan 2014 11:39 AM PST

Kepada Yth,

Rakyat Indonesia

Andai aku menjadi Presiden Indonesia maka sebagian besar kegiatanku memimpin negara ini akan aku selalu gunakan untuk mengunjungi rakyatku, menyapa rakyatku, serta menyeka air mata mereka. Aku akan menjadi pendengar setia keluhan rakyatku selama ini dan saat itu juga aku akan ambil tindakan…

Andai aku menjadi Presiden Indonesia aku akan dengarkan keluh kesah rakyatku.. Soal kehidupan mereka, soal pribadi mereka, soal pekerjaan mereka. Apapun yang menjadi beban pikiran rakyatku…

Bukan aku yang curhat kepada rakyatku tapi biarlah rakyatku yang curhat kepadaku karena saat ini posisiku Presiden, pemimpin mereka. Ibaratnya aku orang tua mereka. Aku harus bisa mengayomi rakyat dan punya sifat asih, asah dan asuh.

Jika ada satu saja rakyatku mengeluh tidak mampu menyekolahkan anaknya karena praktek pungutan dan biaya pendidikan mahal serta merajalela, maka kebijakanku hanya satu: memberhentikan menteriku

Meski menteriku berdalih keluhan itu hanya kasus kecil. Dibanding prestasi kerja yang dia sampaikan setiap hari didepanku tapi hanya retorika formal

Meski menteriku juga beralasan biaya operasional sekolah itu sekarang mahal, sekolah butuh dana besar agar bisa menjadi lembaga pendidikan yang berstandar internasional, dsbnya.

Karena sebagai Presiden, untuk mencari tahu fakta keluhan rakyatku, aku cukup menugaskan wartawan media massa dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk melakukan investigasi setiap ada keluhan masyarakat. Apakah di lapangan demikian adanya. Agar bukan fitnah dan informasi berimbang.

Karena aku Presiden dari latar belakang orang biasa. Bukan doktor atau profesor. Aku hanya bekerja dengan naluri pemimpin.

Secara sederhana aku wajibkan bawahanku si menteri untuk bekerja dengan target: pendidikan sampai jadi dokter harus gratis. Karena aku sadar bahwa anggaran terbesar di APBN atau 20 persen dialokasikan untuk pos pendidikan, guru digaji negara. Masak, ada orang tua menyekolahkan anaknya masih dipungut biaya?? tak masuk akal.

Karena aku bukan Doktor dan bukan orang ahli. Makanya sebagai presiden aku hanya bisa mengganti menteriku dengan orang yang bisa berjanji kepadaku jika dia aku tunjuk jadi menteri, dia punya target membuat rakyat nyaman dalam hal pendidikan.

Tak ada lagi rakyat mengeluh tak bisa menyekolahkan anaknya jadi dokter, insinyur karena harus keluar uang puluhan juta. Muncul diskriminasi pendidikan, sekolah-sekolah elit berstandar internasional hanya untuk orang kaya dan berada, dsbnya.

Andai aku jadi Presiden Indonesia, aku mungkin presiden tidak pintar teknis. Modalku sebagai presiden cukup tegas dan berani menindak bawahan yang tidak bekerja optimal. Karena presiden punya kekuasaan mengangkat dan memberhentikan pejabat menteri. Jika mereka tak mampu kerja buat apa membantu aku.

Andai aku jadi presiden, saat memilih menteri aku akan ancam bahwa mereka jadi menteri kerjanya bukan menjilat aku dengan laporan retorika njlimet diatas kertas.

Aku hanya butuh menteri atau pejabat yang pandai merayu dan mengambil hati rakyatku dengan cara mengabdi dan melayani rakyatku ibarat melayani presiden

Andai aku jadi presiden aku paling tidak suka menteri atau pejabatku arogan dan sok berkuasa di hadapan rakyatku

Andai aku jadi Presiden, istana negara terbuka buat rakyat… Jika ada satu saja rakyatku datang kepadaku dan mengeluh karena biaya masuk rumah sakit dan biaya operasi mencapai puluhan juta. Maka aku akan berhentikan menteri kesehatan ku.

Meski sang menteri mengatakan itu hanya satu kasus saja pak, kami punya layanan gratis buat orang miskin, dsbnya. Berdalih berdasarkan statistik layanan kesehatan mengalami peningkatan.

Sebagai Presiden aku tidak suka uang rakyat dan uang negara dibelikan mobil mewah untuk menteri (sedan mewah) dan Dirjen (mobil jenis SUV).

Aku akan bilang ke menteri sekretarisku agar memberikan jatah mobil murah buat menteriku. Kalau perlu aku minta menteriku naik angkutan umum, jika sebagian besar rakyatku masih hidup dibawah layak…

Andai aku jadi Presiden, aku juga akan larang menteriku sesuka hatinya menggunakan dan menghambur-hamburkan uang rakyat untuk biaya  memajang wajahnya di billboard di jalanan sambil berkampanye programnya.

Andai aku jadi presiden aku juga tidak akan membuat peraturan yang menguntungkan pejabat dengan memberikan berbagai fasilitas kesehatan VIP, fasilitas mobil.

Aku akan buat peraturan yang mewajibkan pegawai negeri sipil melayani rakyat sepenuh hati. Jika sampai aku mendengar ada rakyatku dipersulit hidupnya, maka cuma satu sanksinya: pejabat atau pegawai itu diberhentikan.

Aku akan menyuruh menteriku untuk menggunakan uang rakyat buat melayani rakyat membelikan kebutuhan mereka. Layanan pendidikan gratis, kesehatan gratis, rumah gratis, dan peradilan yang adil.

Andai aku jadi presiden, utang luar negeri aku coba kurangi. Karena aku ingin jadi bangsa berdikari. Caranya? aku akan ajak rakyatku produktif, pegawai negeri akan aku kurangi, sehingga beban negara tidak berat. Rakyat akan aku ajak kerja produktif bukan cuma menggantungkan hidup pada negara

Berbagai lembaga negara yang tidak penting dan memboroskan uang negara aku bubarkan. Aku akan dorong swasta bangun usaha yang menyediakan jutaan lapangan kerja.

Jika usaha yang menyediakan banyak lapangan kerja merasa tidak aman karena diteror preman maka aku akan perintahkan tentaraku bantu polisi amankan wilayah. Semua aparat keamanan bahu membahu menciptakan rasa aman

Andai aku jadi presiden aku akan ajari rakyatku agar tidak malas dan jadi pengemis, berharap dari pemerintah berbagai bantuan sosial. Aku akan ajak rakyatku hidup bergotong royong

Membangun sawah secara gotong royong, membangun kemandirian pangan secara gotong royong, membangun pabrik secara gotong royong… Sehingga semangat nenek moyangku yang meletakkan landasan ideologi negara Pancasila: yakni Gotong Royong bisa aku wujudkan.

Hasilnya digunakan buat seluruh rakyat Indonesia

Karena aku presiden. Presiden itu tidak harus pintar. Pemimpin rakyat tak perlu orang ahli.

Aku diberi amanah Tuhan jadi presiden bukan karena aku doktor, profesor atau apapun jabatan intelektual. Tapi Tuhan tahu aku dijadikan pemimpin rakyat karena aku peka penderitaan rakyat dan mampu memimpin bawahanku menteri, pejabat, pns dan rakyatku agar sejahtera dan berkeadilan

Jakarta, 15 Januari 2014

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Masyarakat Awam, Antara Harapan dan Benih Penyesalan

Posted: 14 Jan 2014 11:39 AM PST

OPINI | 15 January 2014 | 02:10 Dibaca: 2   Komentar: 0   0

Pilpres 2014 kian dekat, harapan akan terciptanya perubahan terhadap masa depan bangsa ini kian menggelora. Mesin politik mulai dipanaskan, masing2 partai politik peserta pemilu mulai bermanuver menjalankan strategi untuk merebut tongkat estafet kepemimpinan negeri ini. Pukulan demi pukulan mulai dilayangkan, drama2 politik mulai dimainkan. Kegalauan politik merebak lebih awal hingga jauh ke pelosok2 desa. Wacana demi wacana mencuat silih berganti dengan berbagai grand designnya. 

Nama figur yg digadang2 menjadi calon RI 1 pun jauh-jauh hari sudah memenuhi beranda opini di setiap media yg ada. Dengan berbagai macam cara, mereka mulai adu strategi guna merebut simpati grassroot. Targetnya jelas, masyarakat awam yg tdk memiliki ideologi politik dan floating mass yg belum menentukan representasi politiknya. Kedua element tersebut adalah sumber suara terbanyak pada perhelatan pesta demokrasi nantinya. Dan kelak, kedua unsur tersebut pulalah yg paling berpotensi menuai penyesalan jika menjatuhkan pilihan pada sosok yg tak mampu membawa perubahan. 

Nasib indonesia 5 tahun kedepannya, ditentukan oleh kejelian dan kecerdasan masyarakat dalam memilih. Jeratan masalah ekonomi, korupsi dan ancaman disintegrasi telah menjadikan indonesia menjadi bangsa penyakitan. Modal popularitas tidak cukup menjadi acuan menentukan pemimpin negeri ini. Masyarakat indonesia harus belajar melupakan aspek primordial dan representasi identitas ketika memilih. Kemilaunya strategi branding politik serta popularitas figur yg dibentuk oleh media hanyalah refferensi untuk melengkapi paradigma kita dalam memilih pemimpin yg tepat. Inilah saatnya kita harus menatap bijak, atau kembali terperangkap dalam periode penyesalan.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Definisi Teman Yang Salah Kaprah Di Kompasiana

Posted: 14 Jan 2014 11:39 AM PST

Jumlah teman saya di Kompasiana ini adalah sebanyak member Kompasiana, tapi sampai hari ini teman saya menurut "definisi" Kompasiana hanya 25, tidak sesuai dengan jumlah member Kompasiana, karena saya memang tidak sejalan dengan definisi "pertemanan" di Kompasiana.

Lantas kenapa saya ikuti juga dengan teman yang 25, sejujurnya jika kosong , rasanya penilaian teman-teman dan admin Kompasiana akan minus , seberapa besar sebenarnya fungsi "Jadikan Teman" ? , sejujurnya saya tidak melihat fungsi apapun, lebih gila lagi (maaf) ada fasilitas "Hapus Pertemanan"… gila ..ini benar-benar diluar jangkauan pikiran saya.. .

Tidak salah jika Maia Maisy sampai membuat artikel khusus yang mengatakan di Kompasiana banyak Kompasioner Banci, saya komen pada Maisy, teganya, teganya, teganya. Ya Maisy tidak salah sampai berpendapat seperti itu, karena dipicu oleh definisi "teman" yang salah kaprah oleh Kompasiana sendiri.

Saya dan mas Arief Firhanusa , Maia Maisy, serta beberapa lainnya pun tidak berteman menurut definisi Kompasiana, namun kami tetap saling menyapa,tetap berinteraksi, malah tidak segan , tidak sungkan meminta mas Arief mengajari saya menulis.

Sekian saja curhat saya mas Admin, saya tegas meminta HAPUS saja fasilitas JADIKAN TEMAN dan HAPUS PERTEMANAN… kami semua member Kompasiana adalah TEMAN.

Salam KKK, bukan Ku Klux Klan yaa.. tapi Kompasiana Kaulah Kamuku….

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Aksi Pencurian Tas di Supermall Karawaci — DPO CCTV3

Posted: 14 Jan 2014 11:39 AM PST

REP | 15 January 2014 | 01:58 Dibaca: 5   Komentar: 0   0

Para pelaku merupakan sindikat pencuri tas terorganisir yang memanfaatkan kelengahan korban (Lihat : DPO CCTV3 & DPO CCTV4). Aksi ini terjadi pada Sabtu, 11 Januari 2014, sekitar pukul18:39 WIB, di Restoran Yoshinoya, Supermall Karawaci, Tangerang. Para pelaku menjadi target pencarian Polsek Kelapa Dua, Tangerang.

Ini videonya : http://youtu.be/imSNfWYXCQY

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

CDX001:**Kaspersky Removal Tools 2014 Apps P3K Untuk Menyembuhkan & Merepair PC Yang Terinfeksi Oleh Virus/Malware Dengan Kondisi Super Parah**

Posted: 14 Jan 2014 11:39 AM PST

From Softpedia

From Softpedia

Kaspersky Removal Tools 2014 adalah free software yang di kembangkan oleh kaspersky lab dari russia, software ini bisa di bilang adalah sebuah software p3k yang dapat kita gunakan dalam keadaan darurat untuk menyembuhkan pc kita yg sakit di sebabkan oleh serangan virus dan malware.

Keunggulan Kaspersky Removal Tools 2014

1.Software ini gratis/free anda tidak memerlukan biaya untuk mendownload & menggunakannya

2.Software ini mampu membantai & menghancurkan berbagai type virus,malware,rootkit & trojan di komputer anda tingkat keberhasilan hingga 1000% dan memulihkan kembali pc anda seperti semula sehat walafiat.

3.Mudah di gunakan dan tidak memberatkan kinerja pc anda

4.Mampu merepair file-file .exe yang di hancurkan oleh virus seperti sanity dan file program .exe anda akan pulih kembali seperti sediakala

Ingat setelah anda merepair pc anda dengan kaspersky removal tools anda tetap harus menginstall program anti virus,karena pada dasarnya apps ini adalah sebuah tool untuk merepair pc kita dan tidak memiliki fitur update database. Jika anda menginginkan program kaspersky removal tools versi terbaru maka anda harus mendownloadnya kembali. Fungsi utama apps ini adalah di gunakan untuk situasi darurat.

Kaspersky Removal Tools Software Di Kutip Dari Softpedia:

Written by Bogdan Popa on January 30th, 2012

No matter how carefully one uses the computer, they are still exposed to online threats and malware attacks, so the importance of having a correctly-configured antivirus solution should not be underestimated. However, in case the infection has already reached the PC and the security software has been neutralized, there is one more tool that can be tested: Kaspersky Virus Removal Tool.

In most cases, when the virus is already on the target PC, there is nothing much one can do because the malware typically does not allow users to install or update any antivirus software. Kaspersky's tool on the other hand has taken some protective measures: it can be installed on infected computers, even in Safe Mode, and it can automatically remove viruses, Trojans, rootkits, adware or spyware.

Installation is extremely quick and the scanning process is very fast, with the application remaining quite friendly with the computer resources. The interface of Kaspersky Virus Removal Tool is equally intuitive, and users can only press the Scan button and continue with their work, as the process will run in the background.

If the results of the automatic scanning are not satisfactory, one can also try the Manual Disinfection which performs an in-depth analysis of the computer, then generates a detailed report that can be sent to Kaspersky for further processing.

Alternatively, one can also choose the target type of data that needs to be scanned, thus restricting the area of analysis, and the time of the scan, but this is only advisable when users are aware of the location of the infection. Also, modifying the security level to High can result in longer scanning times.

Last but not least, Kaspersky Virus Removal Tool allows users to choose the action they want to take when a threat is detected, so experts can attempt to manually process the issue.

Overall, in case viruses and other infections have reached one;s computer, Kaspersky's tool can come to the rescue. But one should note that keeping a computer clean comes down to installing a full version of an antivirus solution, with real-time protection and periodic updates.

Here are some key features of "Kaspersky Virus Removal Tool":

  • Simplified interface.
  • Can be installed to an infected computer (Safe Mode supported).
  • Composite scan and disinfection system: signature detection and heuristic analyzer.
  • Gathering system information and interactive creation of scripts for disinfection.
  • Automatic and manual removal of virus, Trojans and worms.
  • Automatic and manual removal of Spyware and Adware modules.
  • Automatic and manual removal of all types of rootkits.

Link Download Kaspersky Removal Tools 2014

http://www.softpedia.com/get/Antivirus/Kaspersky-Virus-Removal-Tool.shtml

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar