Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Senin, 20 Januari 2014 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Jokowi Dizolimi Para Pengagumnya

Posted: 20 Jan 2014 11:09 AM PST

Dalam seminggu ini banjir melanda berbagai daerah di Indonesia, baik di DKI dan kota-kota di jabar dan berbagai kota lainnya sampai di ujung bagian utamr indonesia yaitu Manado.

Tapi pemberitaan tentang banjir yang paling heboh adalah banjir DKI, dan tuntutan serta kritikan kepada kepala daerah yang paling santer adalah tuntutan kepada gubernur DKI Jokowi, sementara di daerah-daerah lain termasuk di sekitar DKI yang juga kebanjiran, pemberitaan tidak segencar di DKI dan juga tuntutan rakyat kepada para kepala derah sekitar DKI tidak sesanter tuntutan mereka kepada Jokowi, bahkan di Manado yang banjirnya lebih besar dan sampai memakan korban jiwa, tidak kedengaran orang yang menyalah-nyalahkan gubernur Manado bahkan nama gubernurnya pun tak disebut-sebut.

Mengapa banyak orang yang menutut Jokowi dan menyalah-nyalahkan Jokowi atas banjir DKI? Dan tidak menyalahkan para gubernur dan kepala daerah lainnya?

Selain DKI adalah ibu kota Indonesia, tuntutan kepada jokowi merupakan kilas balik dari pemberitaan dan puja-puji kepada Jokowi selama ini. walaupun di Indonesia ada 34 gubernur tapi yang paling banyak diberitakan dan disanjung-sanjung hanyalah Jokowi. Jokowi disanjung dan dipuja-puji setinggi langit. Jokowi digambarkan sebagai seorang manusia super yang punya kemampuan di atas rata-rata manusia pada umumnya. Jokowi dianggap satria paningit yang bisa menyelamatkan bangsa dari keterpurukan dan bisa membawa rakyat kepada negara yang gemah ripah loh jinawi. Jokowi didewa-dewakan seakan orang suci yang sempurna tidak punya kekurangan dan kesalahan sedikitpun.

Sanjungan dan pujian yang berlebihan ini mengakibatkan rakyat menaruh harapan yang berlebihan pula kepada Jokowi. Rakyat berharap Jokowi bisa membenahi DKI dalam sekejap, rakyat berharap setelah Jokowi menjadi gunbernur DKI maka segala persoalan DKI akan selesai dalam waktu sekejap. Rakyat sangat berharap kemacetan yang menghiasi keseharian DKI dan banjir yang menjadi langganan DKI setiap tahun akan sirna dalam sekejap oleh kedigjayaan Jokowi.

Ternyata apa yang terjadi? Setelah menjabat lebih dari setahun, Jakarta tetap macet, setelah dua kali musim hujan, banjir tetap melanda DKI. Kalau begitu di mana kehebatan Jokowi? Apa bedanya Jokowi dengan para pendahulunya dan gubernur-gubernur lainnya di Indonesia?. Ternyata sama saja. Kehebatan dan kedigjayaan Jokowi ternyata hanya omong kosong. Puja-puji selama ini terhadap Jokowi ternyata hanya isapan jempol. Maka rakyat pun kecewa, lalu mereka yang kecewa ini mulai mempertanyakan dan memikulkan tanggung jawab banjir DKI kepada Jokowi.

Inilah jawaban mengapa rakyat tidak banyak menuntut kepada para kepala daerah di luar DKI atas banjir yang melanda daerah mereka? Mereka tahu bahwa gubernur, walikota dan bupati mereka adalah manusia biasa yang punya keterbatasa dan banyak kekurangan. Sementara gubernur DKI digembar-gemborkan sebagai manusia luar biasa yang mampu mengatasi segala macam persoalan bangsa.

Ibarat orang yang kemampuan finansialnya biasa-biasa saja lalu diberitakan dan digembar-gemborkan bahwa orang tersebut kaya raya luar biasa dan sangat dermawan luar biasa, maka orang pun banyak menaruh harapan untuk mendapat bantuannya. Setelah mereka berbondong-bondong meminta uluran tangannya, ternyata mereka tidak mendapatkan apa-apa karena sebenarnya orang tersebut memang tidak seperti yang diberitakan dan digembar-gemborkan. Mereka pasti kecewa dan wajar saja kalau di antara mereka ada yang memaki dan menganggapnya kikir dan pelit, karena dalam benak mereka dia kaya-raya.

Jadi puja-puji yang berlebihan kepada Jokowi sebenarnya hanyalah memikulkan beban yang sangat berat kepadanya. Kalau misalnya manusia biasa rata-rata punya kemampuan memikul beban seberat 50kg. Lalu Jokowi yang kemampuannya sama dengan manusia biasa diberitakan dan digembar-gemborkan mempunyai kemampuan luar biasa dan mampu mengangkat beban seberat 500kg. Maka jangan disalahkan kalau orang mengharap dan menutut Jokowi memikul beban seberat itu.

Semakin tinggi pujian yang diberikan kepada Jokowi, semakin berat pula beban yang harus dipikulnya, dan semakin berat beban yang dipikulnya, maka semakin membuat dia tidak berdaya. Pujian yang berlebihan kepadanya telah membuatnya terpaksa berbuat di luar batas kemampuannya, pujian yang berlebihan telah membuat Jokowi pusing tujuh keliling memikirkan banjir, telah membuat jokowi memantau banjir sampai dini hari, telah membuat jokowi berbasah-basah sampai kehabisan baju putihnya, telah membuat jokowi dikritik, dituntut bahkan dihujat oleh orang-orang yang terlanjur berharap banyak kepadanya. maka puja-puji yang berlebihan ini sebenarnya adalah suatu kezaliman kepadanya.

Sadarlah bahwa Jokowi adalah manusia biasa sama seperti gubernur-gubernur lainnya di persada nusantara yang mempunyai keterbatasan-keterbatasan, kekurangan dan kelemahan sebagaimana manusia pada umumnya. Maka perlakukanlah dia sebagaimana mestinya dan sesuai dengan kapasitasnya, jangan memikulkan beban kepadanya di luar batas kemampuannya yang akhirnya akan membuat dia kehabisan tenaga lalu terkapar tak berdaya.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Manusia dan Non-human: Mencari Relasi?

Posted: 20 Jan 2014 11:09 AM PST

Jargon bahwa manusia adalah animal rasionale (Mahluk yang berakal) ternyata memiliki bias yang sangat besar terhadap binatang, tumbuhan dan benda lain. Defenisi ini dengan tegas memberikan pembedaan yang jelas antara manusia dan yang lain. Pembedaan berarti kita bukan mereka dan mereka bukan kita. Ketika ada yang seperti kita pun, itu bukan kita. Dengan kata lain, pembedaan ini membangun sebuah pemisahan. Binatang, tumbuhan dan benda lain tidak punya akal dan mereka (kalau boleh saya wakilkan dengan kata mereka) berada lebih rendah dari manusia. Singkatnya, inilah sebuah arogansi salah satu kelompok kecil dari penghuni bumi ini.

Pemberian predikat tersebut secara nyata membuat manusia secara sah untuk melakukan apa saja demi kelangsungan hidupnya. Manusia membangun segala bentuk argumen bahwa manusia punya hak kuasa atas mereka. Hal ini terbukti bagaimana bangunan filsafat modern yang menempatkan manusia ibarat dewa atas yang lain. Rene Descartes dengan kalimat masterpiecenya "Cogito Ergo Sum" (saya berpikir, maka saya ada) seakan-akan menjadi ayat suci bagi para filsuf dari zaman dia hingga sekarang. Kalimat ini bagaikan tempat yang sangat tinggi yang menjadikan manusia tidak bisa lagi dijangkau oleh yang lain itu. Karena, dengan ayat suci itu, yang ada hanyalah manusia. Yang lain itu tidak ada. Predikat baru yang secara langsung tertempel pada yang lain ini menjadikan derajat mereka semakin rendah di bumi ini. Bumi pun termasuk di dalamnya.

Persoalan ini secara sekilas tidak memberikan dampak yang besar. Munkin saja kita berpikir bahwa itu hanyalah otak-otik kata yang tidak berimbas. Atau, mungkin aja berimbas. Paling tidak muncul beberapa buku tentang itu. Akan tetapi, bila kita melihat lebih dalam, inilah yang membuat mengapa hutan di Kalimantan saat ini berada di ambang kemusnahan. Inilah yang membuat, mengapa gunung emas yang di Papua saat ini telah berobah menjadi lobang besar. Itulah yang membuat mengapa kita tidak lagi memiliki relasi afektif dengan alam seperti yang dimiliki oleh para leluhur kita. Manusia modern menjadi kan bumi sebagai benda yang harus memuaskan nafsu manusia.

——–

Pernahkah kita berpikir, mengapa nama-nama binatang sering menjadi kata-kata makian yang terasa sangat kasar? Sejauh yang saya tahu, hampir di dalam banyak bahasa, hal itu terjadi. Sebut saja beberapa seperti: asu, anjing, buaya darat, lintah darat, monyet dan binatang. Kalau dianalisa mengapa manusia meneriakkan itu kepada sesuatu yang dibencinya, itu berarti binatang itu memiliki nilai negatif. Dari analisis kecil ini, dapat dikatakan bahwa dalam keseharian pun manusia telah menjadikan binatang sebagai sesuatu yang rendah derajatnya.

Pemikiran sederhana di atas memberikan sedikit gambaran bagaimana manusia membangun relasi dengan yang lain itu. Dan bahkan, cara manusia berelasi yang demikian sudah dilakukan secara spontan. Seseorang ketika marah tidak lagi berpikir nama binatang apa yang lebih tepat untuk memaki orang. Munkin saja ini akan terlihat lucu ketika melihat orang marah tiba-tiba diam sejenak untuk memilih nama binatang. Dan itu tidak terjadi karena sudah secara spontan. Meminjam istilah psikologi, mungkin itu sudah tertanam dalam alam bawah sadarnya sehingga muncul begitu saja ketika marah. Dengan kata lain, relasi negatif yang dibangun manusia dengan yang lain itu sudah menjadi bagian dari manusia itu.

Selain kisah makian, ada juga kisah lain yang mungkin lebih buruk. Setiap kita pasti sepakat bahwa yang namanya tempat sampah itu selalu dekat dengan kata kotor, rendah dan bahkan jorok. Karena jorok, 'status'nya pun rendah. Berkaitan dengan sampah, banyak manusia saat ini masih melihat bahwa bumi adalah tempat sampah yang luas. Membuang sampah sesuka hati dimana saja belum menjadi persoalan. Secara tidak sadar, dia tidak sadar bahwa caranya membuang sampah adalah cara dia berelasi dengan bumi. Sekali lagi, manusia melalui sampa menunjukkan arogansinya (kesombongannya) yang sangat besar atas yang lain.

———

Hingga titik ini, manusia masih menganggap dan memahami alam seperti itu. Man is a Master. Manusia adalah tuan atas dunia. Lebih lagi ketika agama ikut-ikutan menegaskan yang sama. Kuasalailah bumi. Tidak ada lagi harapan bagi yang lain. Tidak ada lagi ruang bagi binatang karena hutan sudah ditebangi, karena gunung sudah dijadikan sebagai lembah yang dalam demi emas, karena laut, danau, sungai dan hujan sudah dicemari. Tak ada lagi kedamaian bagi semut ketika mereka tidak lagi bisa saling menyapa ketika mereka berpapasan ria. Tak ada lagi ruang bagi yang lain. Bahkan, dalih memelihara binatang dengan membangun kebun binatang menjadi alat untuk menyiksa binatang seperti yang terjadi di Kebun Binatang Surabaya.

Manusia, dengan predikat rasionale-nya, malah menjadi tidak berakal. Manusia tidak sadar bahwa alam (binatang, tumbuhan dan alam) ini adalah guru kebijaksanaan yang mengajari manusia soal persahabatan, cinta, damai dan pengorbanan. Manusia tidak lagi sadar bahwa bumi ini adalah ibu yang memberikan dia makan secukupnya. Manusia tidak lagi sadar bahwa tanpa dunia ini, manusia tidak ada. Manusia tidak sadar bahwa dia telah diatur oleh yang lain.

Memang alam tidak bisa berbicara, tetapi mereka memiliki bahasa mereka sendiri. Mereka dapat mengajari anaknya untuk bertahan hidup, bergaul dan berjuang. Bahkan, mereka kadang lebih manusiawi daripada manusia. Mereka tidak saling membunuh oleh karena emas, berlian, uang, minyak yang selama ini dijadikan manusia untuk saling membunuh. Induk ayam yang akan selalu berkotek mencari anaknya yang hilang, sementara banyak ibu yang telah membuang anaknya ke tempat sampah bahkan juga membunuh anaknya sebelum menatap dunia.

Bagaimanakah kiranya kita berelasi dengan yang lain? Masih adakah kesempatan untuk bertanya pada rumput yang bergoyang?

Subandri Simbolon

Sebuah permenungan ketika aku memandang semut di atas lantai.

Jumat, 11012014    02.03

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Malas dengan Jalan tetap Sibuk

Posted: 20 Jan 2014 11:09 AM PST

Didalam hidup ini seseorang haruslah fokus ke 3 hal didalam hidupnya, pertama apa yang menghasilkan kedua hal dimana ia bisa menjadi terbaik di dunia dan ketiga adalah hal yang menjadi hobi dan kesukaannya. Ketiga hal tersebut haruslah menjadi hal yang difokuskan didalam hidupnya dan tidak melakukan hal yang lain.

Ketiga hal ini tidaklah boleh dibalik, artinya, pertama tama kerjakanlah dahulu sesuatu yang menghasilkan, setelah itu pastikan hal tersebut kita bisa menjadi terbaik di dunia, dan yang ketiga adalah hal yang kita sukai. Inilah jalan menuju kelimpahan sebenarnya.

Kebanyakan dari kita berpikir sebaliknya, pertama tama kita mengerjakan yang kita sukai dahulu, lalu yang bisa terbaik didunia, dan yang ketiga adalah hal yang menghasilkan. Ini adalah salah dan merupakan suatu bentuk kemalasan. Tidak terhitung saya menemui ribuan orang yang berpotensi menjadi kaya tetapi hidup miskin dan mengharapkan belas kasihan orang lain. Kebanyakan mereka mempunyai masalah yang sama, perkerjaan yang mereka lakukan sekarang adalah pekerjaan yang mereka sukai tetapi tidak menghasilkan uang yang cukup untuk menunjang hidup mereka dan anak mereka.

Kebanyakan orang salah dengan melakukan hal yang disukai dahulu, baru menjadi terbaik didunia dan yang ketiga baru yang menghasilkan.Saya bertemu dengan ribuan orang yang mengharapkan belas kasihan dari orang lain, tetapi mereka sebenarnya adalah orang baik. Mereka memiliki karakter yang teliti dan terkenal ahli di bidangnya. Saat saya selidiki, mengapa mereka sampai berkekurangan, ternyata hasil penyelidikan saya mengejutkan, sewaktu mereka muda, mereka melepas pekerjaan yang menghasilkan karena mereka tidak suka pekerjaan tersebut. Seharusnya pekerjaan yang menghasilkan digali terus sampai bisa menjadi yang terbaik di dunia dan menghasilkan arus penghasilan yang tiada henti lalu didelegasikan orang lain dan barulah kemudian melakukan hal yang disukai. Kita memiliki banyak hal dengan waktu terbatas, terbalik menentukan langkah adalah berbahaya.

Banyak orang sebenarnya adalah orang yang malas, mereka melakukan banyak hal yang mereka senangi tetapi mereka mengabaikan hal yang menghasilkan. Seseorang rela memenuhi garasinya dengan mainan supaya anak anaknya tidak pernah merasakan miskin, dan bahkan berhutang kartu kredit untuk itu, tetapi ia tidak pernah memikirkan biaya kuliah dan pernikahan anaknya nantinya, Seseorang rela berjam jam memancing tetapi tidak menyisihkan waktu berdoa bersama keluarganya. Seseorang asik membaca berita, mengkomentari politik, menulis di kompasiana, membaca komik, menonton Film, dan membaca komik tetapi lupa untuk mengerjakan sesuatu yang menghasilkan. Mereka sebenarnya malas dengan jalan tetap sibuk. Mereka mabuk dengan hal hal yang mereka sukai tetapi tidak menghasilkan.

Obat untuk rasa malas adalah sedikit berpikir untuk diri sendiri dan masa depan. Saat kita melakukan hal yang kita sukai dan tidak menghasilkan dan kita tidak dapat menjadi yang terbaik di dunia, kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri, "apa untungnya hal ini untuk saya". Berpikirlah kedepan untuk diri kita dan masa depan orang orang yang dipercayakan kepada kita. Seseorang haruslah menemukan mata air penghasilan yang berbual bual untuk ia dan keluarganya kelak serta masa depan orang orang yang dipercayakan kepadanya. Tidaklah bijak untuk berhenti menggali penghasilan karena hal itu tidak menyenangkan dan beralih kepada hal yang ringan menyenangkan serta mudah saja dan tidak menghasilkan. Bekerja karena kesukaan baru kemudian karena hasil adalah tidak bijak. Berinternetan berjam jam untuk menulis kritik politik, membaca berita, menonton film, bola, komik, serta pornografi adalah tidak bijak jika tidak memberikan hasil apapun selain kesenangan.

Mabuk kesenangan adalah berbahaya seperti mabuk alkohol. Siapa mengaduh? Siapa mengeluh? Siapa bertengkar? Siapa berkeluh kesah? Siapa mendapat cidera tanpa sebab? Siapa merah matanya? Yakni mereka yang duduk dengan kesenangan mereka sampai jauh malam, mereka yang datang mengecap kesenangan mereka. Jangan melihat kepada kesenangan, kalau indah menarik warnanya, dan mengilau dalam kegiatan, yang mengalir masuk dengan nikmat, tetapi kemudian memagut seperti ular, dan menyemburkan bisa seperti beludak. Lalu mata kita akan melihat hal-hal yang aneh, dan hati kita mengucapkan kata-kata yang kacau karena berlimpah dengan kesukaan. Kita seperti orang di tengah ombak laut, seperti orang di atas tiang kapal. Kita akan berkata: "Orang memukul aku, tetapi aku tidak merasa sakit. Orang memalu aku, tetapi tidak kurasa. Bilakah aku siuman? Aku akan mencari kesenangan lagi"

Berikut adalah saduran lirik lagu yang bagus untuk menyadarkan kita dari kemalasan kita melakukan hal hal yang penting dan menghasilkan didalam hidup dan hanya berkutat dan terlihat sibuk dengan mabuk dalam kesenangan serta hobi kita.

————————————————————————————————————————————- Saduran Lirik Lagu Oplosan ————————————————————————————————————————————-

Opo ora eman duit nyawane

Apa tidak sayang dengan uang dan nyawa

gawe ngerjake sing ora hasil

Untuk mengerjakan hal yang tidak menghasilkan

opo ora mikir yen mendem senengan

Apa tidak berpikir kalau kesenangan yang berlebihan

iku biso ngrusak pikiran

Itu dapat merusak pikiran

Ojo diteruske mendem senenge

Jangan diteruskan kesenangan yang berlebihan itu

mergo ora ono untunge

Karena tidak ada keuntungannya

yo cepet marenono mendemmu

Ya cepatlah sadarlah dari kesenangan yang berlebihan itu

ben dowo umur dan akeh duitmu

Supaya waktu dan uang yang dimiliki banyak

Ugo sawangen kae konco kancamu

Lihatlah teman teman anda

akeh sing podo gelempangan

Banyak yang berguguran

ugo akeh sing kelesetan dinyatake bangkrut

Juga banyak yang frustasi dinyatakan bangkrut

Yo wes cukupno anggonmu mendem kesenengan

Cukup sajalah kesenangan berlebihan itu

yo wes cukup anggonmu gendeng

Ya cukup sajalah "gila" karena hobi dan kesenangan itu

yo mari mari o yo leren leren no

Ya sembuhlah, ya berhentilah

ojo diterus terusno

Jangan diterus teruskan

Tutupen lakumu tutupen tingkahmu

Berhentilah dari tindakan yang tidak menghasilkan dan dari kesenangan berlebihan

emanen nyawamu ojo mbok terus teruske

Sayanglah nyawa anda, jangan diterus teruskan

mergane ora ono gunane

Karena tidak ada hasilnya.

————————————————————————————————————————————- Sekian dari saya, semoga bermanfaat ————————————————————————————————————————————-

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Jatuh itu Sexy

Posted: 20 Jan 2014 11:09 AM PST

Setiap orang pasti sepakat bahwa pengalaman jatuh adalah sesuatu yang harus dihindari. Tidak seorang pun manusia yang memimpikan untuk jatuh dalam hidupnya. Atau, merencanakan pun, tidak pernah. Seorang pelajar yang sangat tekun belajar akan berusaha sungguh-sungguh agar prestasinya tidak jatuh. Bahkan, seorang pebisnis pun akan melakukan hal yang sama agar perusahaannya tidak jatuh. Inilah, kalau kita sepakat, penyebab utama mengapa setiap orang sesalu berusaha memberikan yang terbaik dan tetap menjaga agar tidak mengalami pengalaman jatuh itu.

Mengapa pengalaman manusiawi, jatuh, dijadikan seperti itu seakan-akan tidak ada setitik nilai kebaikan dalam dirinya? Dari peristiwa hidup sehari-hari, ketika melihat orang mengalami jatuh, kita merasa sulit untuk melihat setitik nilai di  dalamnya. Itu karena jatuh dipikirkan sebagai musibah, bencana dan juga berarti satu langkah menuju kehancuran. Jatuh berarti gagal dan bukan merupakan sebuah kesempatan untuk mencapai keberhasilan. Jatuh berarti bangkrut dan tidak bisa lagi menjalankan roda perusahaan, jatuh berarti luka yang tidak bisa diobati lagi, dan jatuh berarti pintu menuju kematian.

Paradigma akan kejatuhan ini tentunya dibangun dan memiliki hubungan dengan paradigma manusia tentang kesuksesan, kebahagiaan dan kemenangan. Segala suatu yang baik, benar dan harus selalu diperjuangkan adalah kesuksesan, kebahagiaan dan kemenangan. Manusia tidak lagi memberi ruang bagi pengalaman manusiawi lainnya. Tidak ada lagi ruang bagi kelemahan, ketidakberdayaan dan kejatuhan. Dengan kata lain, paradigma manusia tentang jatuh adalah juga hasil dari bangunan megah paradigma kita tentang kesuksesan. "Tidak ada kata gagal dalam kamus seorang sukses", kata seorang motivator.

Akan tetapi, manusia tetaplah manusia. Sebesar apa manusia berusaha untuk menjadi seorang dewa, atau setengah dewa atau bahkan seperempat dewa (kalau ada), dia tetap adalah seorang manusia. Dia tidak mungkin mengubah kemanusiaannya. Dia tetap mahluk yang dapat mengalami jatuh di tengah perjuangan hidupnya. Manusia tetap mahluk yang lemah, kata Sentinel Prime dalam Transformer II. Memang, Sentinel benar bahwa manusia itu adalah mahluk benar, tetapi yang lebih benar adalah Optimus Prime yang selalu melihat dan memperjuangkan sisi kebebasan manusia. Ini bukan soal perdebatan kedua tokoh itu. Paradigma manusia tentang manusia itu sendiri sering melupakan kehendak bebas itu.

Ketika para penikmat acara sensasional seorang motivator tidak mengedipkan mata karena percaya bahwa setiap kata dari motivator adalah emas, saat itu juga dia mengekang kehendak bebasnya sendiri. Kebebasan dia untuk menggunakan kehendak untuk menentukan paradigma yang lebih bijak atas kesuksesan dan kejatuhan dipenjara dalam kata-kata emas sang motivator. Apalagi ketika sang motivator tidak memberi sedikit ruang dan waktu bagi kebebasan itu untuk berfikir. Dia tidak henti-henti menggunakan kelihaiannya untuk men-doktrin-asi para penikmat sensasi dengan defenisi sukses menurut dia. Akhirnya, ketika pemirsa beranjak pulang dari kursi, dia hanya bisa diam dan bingung dengan dirinya sendiri yang telah melupakan sisi lemah manusia itu.

Demikianlah, manusia saat ini dibangun atas dasar paradigma sukses dan sukses. Manusia tidak sadar bahwa itu semua adalah hasil kinerja para kapitalis yang sedang memproduksi manusia-manusia yang siap pakai. Manusia yang benar adalah manusia yang dalam pikirannya hanya ada satu kata, sukses. Dan kata itu dengan sendirinya meniadakan kesadaran akan adanya satu kata gagal dalam hidupnya. Akibatnya, bukan soal kosongnya rupiah atau dolar dalam saku, tetapi manusia tidak bisa lagi berdiri tegak ketika dia jatuh.

Jatuh sekali lagi dijadikan sebagai neraka yang harus dihindari.

Optimus Prime tidak tanpa alasan untuk sesalu memperjuangkan dan melihat setitik kehendak bebas dalam diri manusia. Si Autobot itu merelakan dirinya untuk tidak lagi tinggal di Cybertone dengan menghancurkan dunia karena alasan itu. Tetapi sayang, sudah begitu banyak manusia tidak lagi menyadarinya.

Pengalam jatuh bukanlah neraka atau virus AIDS yang harus dihindari. Jatuh adalah pengalaman manusia yang membimbing manusia untuk semakin menjadi dirinya sendiri. Jatuh adalah saat dimana manusia diberikan kesempatan secara khusus untuk menyadari siapa dirinya yang sebenarnya. Dan saat itu adalah saat emas yang membuat manusia dapat semakin gemilang dalam perjalanan hidupnya. Dalam pengalaman itu, manusia disadarkan akan adalah kehendak bebas manusia untuk menentukan apa yang terbaik dalam dirinya.

Kata-kata ini bukanlah sebuah penghiburan. Berangkat dari realita kehidupan, ketika kita jatuh, kita dapat melihat dengan jelas betapa indahnya persahabatan, cinta dan kehidupan. Lihatlah, ketika kita jatuh banyak orang yang akan meninggalkan kita dan hanya mereka yang tetap berada di sisi kitalah yang sungguh-sungguh sahabat kita. Hanya dalam pengalaman jatuhlah kita dapat merasakan itu. Paling tidak, ketika kita jatuh dan tidak ada orang yang lain yang mau menolong, masih ada diri kita yang mau bersahabat. Hanya disaat itulah kita bisa mengenali diri kita.

Dengan demikian, jatuh itu sexy. Dia memberikan gairah kehidupan yang sangat besar. Dia bergairah dan selalu memberikan ruang bagi kita untuk bangkit lagi menghadapi masa depan. Dia tidak pernah mematahkan semangat kita karena dia selalu ada dengan kehendak bebas kita sebagai manusia. Dia tidak pernah mematikan potensi kita tetapi justru saat-saat seperti itulah kita bisa membangkitkan ke-impoten-an kita. Karena dia sexy, itu tentu pasti.

Karena, hanya dalam gelapnya malam kita dapat melihat dengan jelas indahnya bintang-bintang di langit sana.

Subandri Simbolon, 070114, 17.20

Sebuah refleksi ketika aku terjatuh

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Rapat Bersejarah Para Pimpinan Daerah JABODEBEK Untuk Mengatasi Banjir

Posted: 20 Jan 2014 11:09 AM PST

Senang rasanya melihat para pemimpin daerah yang biasanya suka "ribut" di media massa, minimal para pendukungnya lah yang ribut, saling mengkomentari satu sama lain, bisa jadi akur bersama-sama mencoba mengatasi bencana banjir yang sering melanda Jakarta.

Coba lihat yang hari ini berkumpul di Bendung Katulampa hari ini. Ada Gubenur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher), Bupati Bogor Rachmat Yasin, Wakil Walikota Bogor Diani Budiarto, Wakil Walikota Depok Idris Abdul Shomad, Wakil Bupati Bekasi Darip Mulyana, Wakil Walikota Bekasi Ahmad Syaikhu. Selain itu ada juga dari unsur teknis yaitu Kementerian PU diwakili Dirjen SDA, Muhammad Hasan dan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) T Iskandar.

Sayangnya Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail, yang sempat "panas-panasan" dengan Jokowi masalah pembelian tanah di Depok oleh DKI Jakarta untuk keperluan bendungan, tidak ikut hadir, yang tentu bisa menambah greget pertemuan tersebut. Namun beliau tentunya sudah cukup diwakili oleh wakil walikota Depok.

Dari Tangerang dan Tangerang Selatan juga sayangnya tidak ikut hadir, namun tetap tidak mengurangi pentingnya acara ini.

Maksud kumpul-kumpul tersebut tentu tidak sembarangan, tujuannya adalah untuk mencari terobosan antar daerah dalam menangani banjir yang melanda ibukota negara. Memang sudah nasib kota Jakarta harus menerima luapan air dari wilayah-wilayah tetangganya ini, yaitu Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi, terkait posisinya sebagai muara beberapa sungai-sungai besar yang mengalir dari daerah tetangganya tersebut, sehingga kerap disebut sebagai "banjir kiriman".

Dari dahulu penyatuan koordinasi antar daerah ini hanya sekedar wacana saja, karena aktualnya sungguh sulit diwujudkan. Sampai-sampai pernah ada usulan jabatan setingkat menteri khusus untuk mengkoordinasikan para pejabat gubernur di DKI Jakarta, Jabar, dan Banten. Oleh para pengamat, kesulitan tersebut dinyatakan disebabkan oleh adanya egoisme kedaerahan.

Dan akhirnya pertemuan yang bisa disebut bersejarah di Bendung Katulampa ini menghasilkan menghasilkan 3 poin pokok dari total 9 poin yang disepakati, seperti dilansir Detiknews;

"Tiga poin tersebut adalah pembangunan Waduk Ciawi dan Sukamahi, sodetan Ciliwung-Cisadane serta pembenahan situ," ujar Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) di pos pemantauan Katulampa, Bogor, Jawa Barat, Senin (20/1/2014).

Diharapkan dengan dilaksanakannya 3 hal pokok tersebut sekitar bisa mengurangi sekitar 40%  aliran air yang masuk ke Jakarta.

Sementara 6 poin lainnya antara lain normalisasi Ciliwung, sodetan Ciliwung ke banjir kanal timur melalui Jalan Otista, revitalisasi situ-situ, pembangunan sumur resapan biopori, normalisasi Cisadane dan penghijauan.

Jadi sekarang tinggal penerapannya saja, tidak hanya di tingkat wacana, seperti kata Pak Jokowi:

"Semoga ini adalah rapat pertama dan terakhir. Jangan ropat-rapat terus. Yang penting adalah actionnya," tegas Pak Jokowi.

Semoga hasil rapat tersebut cepat direalisasikan di lapangan, dan di tahun-tahun mendatang warga Jakarta bisa lebih berkurang penderitaannya, walau tidak semua.

Jangan lupa, tidak hanya penyelesaian masalah infrastruktur saja yang diperlukan untuk mengatasi banjir, tetapi juga perilaku warga yang harus ditertibkan seperti terbiasa membuang sampah di sungai dan saluran air, menempati sempadan sungai, menduduki daerah waduk, menebangi pohon, merubah daerah resapan seperti situ dan danau menjadi daerah hunian, dan lain-lainnya, yang ikut memberi sumbangan tidak sedikit terhadap bencana banjir tahunan di kota Jakarta ini.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

HUJAN DIAKHIR DESEMBER

Posted: 20 Jan 2014 11:09 AM PST

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar