Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Jumat, 10 Januari 2014 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Buanglah Sampah di Televisi

Posted: 10 Jan 2014 11:13 AM PST

Akhir-akhir ini di media sosial, ribut-ribut tentang tayangan televisi kembali mengemuka. Pemicunya beragam : stasiun televisi yang mengabdi pada kepentingan politik pemiliknya, KPI yang tidak mampu berbuat apa-apa, acara yang dianggap tidak mendidik seperti YKS, Campur-Campur, dan sebagainya, dan seterusnya. Untuk acara televisi yang dianggap melakukan pembodohan ini, ada orang yang bahkan sampai membuat petisi online. Tuntutannya : tayangan-tayangan tersebut harus dihentikan.

Saya tertarik untuk ikut berkomentar. Bukan apa-apa. Rentetan pertanyaan datang mengganggu setelah membaca berbagai pendapat di media sosial. Sebenarnya untuk apa televisi? Benarkah sebuah tayangan televisi harus memiliki fungsi mendidik masyarakat? Apakah jika ada tayangan yang tidak mendidik maka tayangan tersebut harus dihentikan?

Saya membaca kembali buku Neil Postman. Judulnya Amusing Ourselves to Death. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Menghibur Diri Sampai Mati. Apa yang ingin dikatakan Neil Postman barangkali bisa dirangkum dalam kalimat berikut : televisi telah mencapai status sebagai meta-medium, yakni sebuah instrumen yang tidak hanya mengarahkan apa yang kita ketahui tentang dunia, tetapi juga cara kita mendapatkan pengetahuan itu sendiri.

Selanjutnya, hal terbaik yang ada di dalam televisi adalah tayangan-tayangan sampah yang ia produksi. Televisi menjadi semakin berguna ketika ia mengkooptasi berbagai wacana serius seperti berita, politik, agama, pendidikan, sampai ilmu pengetahuan dan membungkusnya menjadi sebuah modus hiburan. Mengapa? Karena memang itu raison d'etre televisi. Televisi melanjutkan watak pseudo-konteks yang diwariskan telegraf dan fotografi dan sejak awal membawa hiburan sebagai supra-ideologi.

Pseudo-konteks merupakan struktur yang di dalamnya sebuah informasi begitu terfragmentasi dan tidak relevan namun dijadikan seolah-olah berguna untuk publik. Informasi semacam itu tidak bisa diharapkan bisa digunakan untuk memecahkan masalah atau melakukan perubahan. Karena tidak terhubung dengan problem mendasar kehidupan kita, informasi malih rupa menjadi hiburan. Kurang lebih seperti itu dakwaan Postman kepada televisi.

Dakwaan semacam itu tentu tentu berangkat dari asumsi begitu besarnya kekuatan yang dimiliki oleh televisi sampai-sampai ia bisa mengarahkan nalar berpikir dan bertindak seseorang. Bahaya betul kalau tayangan itu dibiarkan berkeliaran meneror masyarakat tepat di jantung ruang keluarga sendiri. Buku yang terbit 30 tahun yang lalu itu tidak banyak mendapat respon dari komunitas akademik di Amerika. Respon yang meriah justru muncul dari industri media (termasuk televisi, tentu saja) dan publik.

Sedikit ironis memang, pernyataan-pernyataan apokaliptik Postman tentang televisi menjadi pengisi berbagai media hari-hari itu. Satu kali ia bahkan pernah tampil di televisi untuk membahas bukunya. Sebuah penampilan yang menghibur, dan, ya, di televisi. Tapi itu bisa diabaikan dulu. Dengan logika sederhana, karena kekuatan yang besar itulah maka publik mesti mengatur tayangan-tayangan yang ada dalam televisi.

Barangkali ini yang mendasari mengapa ada yang menuntut acara TV yang membodohkan harus dihentikan, Misalnya, yang akhir-akhir ini hangat, tentu saja YKS. Ada yang menuduh YKS bisa merusak moral bangsa, goyang oplosan yang disebut erotis(?) bisa mempengaruhi mental anak-anak, lawakan-lawakan di dalamnya tidak mendirik, serta berderet cacian lainnya.

Saya awalnya termasuk yang suka menyaksikan YKS yang diputar pertama kali waktu bulan puasa yang lalu. Maklum, butuh hiburan. Dan kebetulan goyang cesar bisa sedikit membuat saya tersenyum. Apalagi setiap teriak "bukak sithik joss!" Goyang itu saja yang bisa membuat saya ketawa. Sisanya tidak. Sayangnya, semakin lama tayangan ini semakin memuakkan. Goyangan yang diulang-ulang semakin lama semakin membosankan. Lawakan yang semakin lama semakin tidak jelas. Dan seterusnya.

Beberapa saat yang lalu, saya juga sempat menonton perdebatan antara Farhat Abbas dan Dewi Persik dalam acara Hitam Putih di Trans 7. Catat, ditayangkan dalam siaran langsung. Debat ini barangkali menjadi salah acara televisi tertolol yang pernah saya tonton. Ya, levelnya tidak jauh dengan perdebatan yang kerap kita saksikan di Indonesia Lawyers Club lah.

Tapi tentu saja saya tidak setuju jika ada yang mendesak tayangan-tayangan ini harus dihentikan. Kalau KPI memberikan sanksi dan meminta stasiun televisi mengubah beberapa hal yang dianggap melanggar, saya sepakat. Masyarakat menggaji mereka untuk melakukan hal itu. Tapi perlukah teriak-teriak melakukan kampanye untuk menghentikan sebuah tayangan yang kita anggap tidak bermutu?

Pertanyaannya kemudian, apakah dengan menghentikan tayangan-tayangan tersebut masalah bisa selesai? Apakah televisi kemudian akan berganti menjadi seorang guru yang dengan tekun mendidik para penonton?  Saya ingin kembali lagi ke Postman. Saya kutip langsung kalimat dalam bukunya : "The problem does not reside in what people watch, the problem is in that we watch (halaman 160). Jelas kan? Masalahnya tidak terletak pada tayangan apa yang kita tonton. Masalahnya adalah karena kita menonton televisi. Tapi, jangan buru-buru terjebak pada ajakan sesat untuk mematikan televisi.

Karena persoalannya terletak pada aktivitas menonton televisi, maka solusinya juga terletak pada bagaimana kita menyaksikan televisi. Bagaimana kita menonton televisi, akan dipengaruhi bagaimana pemahaman kita tentang epistemologi televisi. Dan lebih jauh, hal itu dipengaruhi budaya baca-tulis suatu masyarakat yang, mempunyai sifat dasar yang serius dan rasional.

Maksudnya, sebagaimana ditegaskan Postman, dalam sebuah masyarakat yang didominasi budaya tulisan, diskursus publik akan diwarnai dengan wacana yang serius, logis, dan relevan dengan kehidupan. Energi melakukan kampanye menghentikan tayangan televisi akan jauh lebih berguna jika digunakan untuk melakukan satu gerakan literasi (media). Dengan demikian, tayangan-tayangan yang dianggap tidak mendidik ya tidak menjadi masalah lagi. Kira-kira begitu.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Learn From The Baby, Tips Jitu Untuk Berbicara Dalam bahasa Inggris

Posted: 10 Jan 2014 11:13 AM PST

Wow..!!! Do You Believe it? hmm seems something Impossible…
Bagaimana mungkin untuk bisa berbicara dalam bahasa Inggris kita belajar dari bayi??? Apa ga salah? Yang sudah belajar dari guru yang mempunyai gelar Drs, Doktor bahkan Prof, didepan namanya pun ga bisa ngomong atau mengekspresikan sesuatu dalam bahasa Inggris.. apa lagi dari seorang bayi.

Penulis pernah belajar di Sastra Inggris Universitas Di Ponegoro Semarang, wajar aja bisa berbicara dalam bahasa Inggris!!! Bagaimana mungkin kita-kita yang cuma lulusan SMA atau SMP… ya Little.. Little aja mah I can… Impossible… alias ga mungkin…

1389378662931098985

Yes, Little.. Little I can

NOTHING IMPOSSIBLE IN THIS WORLD..!!
Mungkin sebelum orang bisa Travel dengan pesawat terbang, orang akan berpikir bagai mana mungkin manusia bisa terbang, apalagi sampai kebulan… Tapi kenyataan nya kok bisa ya

Yang lebih sederhana lagi dulu sebelum jaman Internet orang cuma bisa melihat dalam film-film James Bond yang merupakan trik permainan kamera sang James Bond bisa komunikasi dengan Agen rahasia lainnya melalui suatu alat seperti TV dan saling tatapan muka meski yang satu di Timur Tengah dan satu lagi nya di Eropa, dan jaman 3G dan Blackberry saat ini bukan cuma James Bond tapi pembantu rumah tangga(PRT) pun bisa komunikasi dengan keluarga dikampung dengan cuma bermodal Rp. 6000 rupiah saja..

wow gimana caranya ya? Pasti si PRT punya HP 3G, atau PRT President SBY ha..ha…, ga juga sih cukup punya hp esia seken hand dg pulsa 1000 rupiah dan kirim sms sama keluarga yang ada dikampung untuk online di warnet yang punya fasilitas webcam dan program skype nya dan online selama 1 jam cukup dengan mahar 3000 rupiah perorang.

Kembali Ke Laptoooop…!!!
Maksud dari judul diatas Learn From The Baby untuk bisa "Berbicara" dalam bahasa Inggris adalah saat dilahirkan semua bayi sama, cuma bisa menangis tak pandang dia lahir di belahan bumi manapun, tapi setelah berumur 2 Tahun bayi tersebut jika dilahirkan di Arab pasti bisa bahasa arab, yang lahir di Amerika pasti bisa Bahasa Inggris dan yang lahir di china pasti bisa bahasa cina tanpa harus ikut kursus bahasa negara-negara tempat dia dilahirkan..

hmm Did You got it ???
Yes, Learning By Nature… Wah tapi kan udah terlanjur lahir di Indonesia!!
Ok, sekarang giliran penulis bertanya dari sekian pembaca yang berbahasa Indonesia apa waktu sekolah dulu setiap ulangan bahasa Indonesia semua warga negara indonesia yang berbahasa Indonesia mendapat nilai 100 ???

Dari hasil pengamatan penulis tentang system pengajaran bahasa Inggris yang ada disekolah - sekolah di tanah air tercinta ini bisa disimpulkan bahwa Bisa Berbahasa Inggris bukan lah target utama tetapi setiap pelajar diharapkan untuk bisa menguasi Struktur Bahasa Inggris mulai dari Tobe, Present tense, Past Tense, Future Tense, hingga struktur yang complicated seperti Present Future Continues tense, Gerund, Idioms, dan lain-lainnya.

Intinya jika kita kembali ke pelajaran bahasa Indonesia tadi, bisa berbicara bahasa Indonesia bukan jaminan untu bisa dapat nilai 100 pada saat ulangan bahasa Indonesia, apalagi kalo kita belum bisa berbicara bahasa Inggris kita dipaksakan untuk bisa menguasai struktur kalimat dalam bahasa inggris?

Opini pribadi dari penulis adalah sudah saatnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan me review kembali kurikulum yang saat ini diterapkan disekolah-sekolah ditanah air dengan methode "Learn From The Baby" atau belajar dari bayi dengan belajar dari proses alami manusia berbicara dimana tempat dia dilahirkan, methode yang sangat sederhana : " Ajarkan dulu untuk berbicara, setelah berbicara ajarkan untuk membaca dan menulis, baru yang terakhir kita ajarkan struktur dari bahasa yang digunakan "

Ups ini hanya opini pribadi tetapi teory ini sudah dipraktekan penulis untuk methode cepat BERBICARA DALAM BAHASA INGGRIS, ingat BERBICARA bukan Menguasai Struktur Bahasa Inggris dan hasil nya WOW… dalam hitungan hari Miracle Happen, Yes, The Student Can Speak English,.. karena hasil riset penulis didalam memory pelajar lulusan SMP atau SMA setidaknya sudah terekam 100, 1000, 10000 bahkan sejuta kata, masalah mereka cuma tidak tau gimana cara menggunakannya saat akan berbicara bahasa Inggris.

Mau Bukti, daftarin deh segera diri anda ke BOTC DIJAMIN ! bisa BERBICARA dalam bahasa Inggris DALAM waktu 1 minggu. (believe it or not).

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Kami Menunggumu, Brazil!

Posted: 10 Jan 2014 11:13 AM PST

Bulan Juni 2014 nanti, mata dunia memandang Brazil dalam perhelatan piala dunia. Negara berpenduduk kelima terbesar didunia ini menjadi tuan rumah dalam piala dunia tahun ini.

Perhelatan sepakbola berlangsung sejak tahun 1930 dan Brazil merupakan tuan rumah perhelatan akbar yang ke-30. Brazil boleh berbangga karena sepakbola bagaikan agama di negara mereka dan negara inipun telah menjuarai piala dunia 5 kali. Tak heran ketika Brazil didapuk menjadi tuan rumah, banyak pihak menantikan dengan bersemangat, seperti apakah perhelatan ini akan berlangsung nantinya.

Sayangnya, kebanggaan terpilihnya Brazil menjadi tuan rumah dan sejarah kemenangan Brazil sebagai peraih piala dunia terbanyak tengah diuji ditengah persiapan menjelang piala dunia. Kritik ini tak lain tak bukan datang langsung dari Presiden FIFA, Sepp Blatter (77). Pemimpin FIFA ini mengaku kecewa akibat belum rampungnya 6 stadion dari 12 stadion yang seharusnya rampung maksimal 31 Desember 2013.

Blatter yang telah bergabung dengan FIFA sejak tahun 1975 ini menyatakan bahwa Brazil adalah negara yang paling lambat dalam merampungkan persiapan piala dunia. Kekecewaan ini juga sehubungan dengan waktu persiapan yang dimiliki Brazil dalam menghadapi piala dunia yang dinilai Blatter lebih lama, yakni tujuh tahun.

Untuk menghadapi piala dunia 2014, Brazil menggelontorkan dana sebesar 12 milyar euro. Persiapan yang dilakukan Brazil sendiri tidak hanya untuk pembangunan stadion, namun juga untuk perbaikan jalan, pembangunan instalasi listrik, hotel, dan bandar udara. Selain masalah keterlambatan penyelesaian pembangunan stadion, persiapan piala dunia Brazil mengalami gejolak didalam negeri dengan adanya isu korupsi, naiknya biaya transportasi umum, biaya ganti rugi tanah yang tidak sebanding, dan buruknya layanan publik.

Meski ada keterlambatan, Presiden FIFA mengaku optimis piala dunia dapat terlaksana tepat waktu. Berlangsungnya piala dunia Brazil bulan Juni mendatang dinantikan baik oleh penggemar fanatik bola maupun penikmat olahraga pada umumnya. Gaya bertanding Brazil pun turut dinantikan oleh banyak pihak. Brazil dengan segala keterbatasannya dapat terpilih menjadi tuan rumah, bahkan untuk kedua kalinya. Dengan sumber daya manusia yang melimpah dan kualitas permainan yang baik, Brazil telah mampu membuktikan diri hingga 5 kali juara piala dunia. Bagaimana dengan Indonesia? Dengan sumber daya manusia yang melimpah dan juga banyak penggemar fanatik bola, kapankah dunia sepakbola kita bisa lolos piala dunia? Semoga bibit dari Indra Sjafri dkk semakin memajukan dunia persepakbolaan kita. Salam olahraga.

Sumber: 1, 2, 3, 4, 5, 6.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

“Drama” Anas Urbaningrum Maupun Bandara Kapeso Mamberamo

Posted: 10 Jan 2014 11:13 AM PST

FATINISTIC SEBUAH KELUARGA ATAU PERSAUDARAAN (RENUNGAN DARI POS RONDA)

Posted: 10 Jan 2014 11:13 AM PST

Keisengan #hansipberseragampink merenung di #PosRonda

Tadi saat keluar rumah membeli sebungkus DJ** S***R buat teman nongkrong di pos ronda malam ini kok tiba2 otak ini berkata-kata sendiri mengenai slogan2 Fatinistic…

Slogan Satu : Fatinistic adalah keluarga
Sudah diakui secara luas
Slogan Dua: Fatinistic adalah persaudaraan
hasil keceplosan ane khusus utk Kampung ini

Lalu ane kembali merenung yang layak yang mana ya… ???

sekilas buat gaya pragmatis … ya sama aja… nggak usah ribet2 yang penting happy… jadi nggak usah dipikirin wkwkwkw

Tapi ane ini memang aneh… suka mikir nggak jelas guna dan arahnya… wkwkwk jadi ya terpaksa iseng aja isi pikiran ini ane buat corat-coret disini… padahal ane yakin banyak yang malas bacanya… biasa alasannya… Panjang amattttttttttttt… lalu ditambahi … intinya apa ya??? wkwkwkw

jadi ane lanjut aja dahhhhh hahahah wkwkwkwkwk jiakakakaka

Ane coba renung makna keluarga dan persaudaraan… trus ane tanya deh kepada om google eh disuruh deh ane ke rumah om wikipedia wkwkwk

Nah om wiki bilang ke ane gini:

Pengertian keluarga:

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.[2]
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Dalam keluarga ada namanya pola salah satunya adalah pola otoritas yaitu:

Patriarkal : yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah)
Matriarkal : yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)
Equalitarian : yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang

Sementara om wiki juga ngomong ttg Persaudaraan spt ini:

Persaudaraan atau Fraternitas (Latin frater: saudara), adalah perserikatan terorganisasi yang beranggotakan pria yang berkumpul dalam lingkungan yang bersahabat dan bersaudara; yang berdedikasi dalam membina anggota dalam bidang intelektual, fisik, maupun sosial. Satu-satunya perbedaan sejati antara fraternitas dengan bentuk organisasi sosial lainnya adalah implikasinya bahwa para anggota murni berasosiasi sebagai orang yang sederajat demi tujuan yang saling menguntungkan, dan bukan berdasarkan ikatan keagamaan, pemerintahan, komersial, ataupun kekeluargaan, meskipun ada persaudaraan yang bergerak di bidang-bidang tersebut.

Cuma utk penjelasan ada pembantunya (admin) om wiki dijelaskan bahwa pengertian persaudaraan ini belum terverifikasi so ane penasaran ah melihat dari sudut pandang lain… tanya lagi ke om google eh disuruh ke salah satu blog dapat deh beginian:

Makna dan Arti Persaudaraan dalam Islam

Orang-orang mu'min yang kaya maupun yang miskin adalah sesama saudara, sebagaimana difirmankan oleh Allah swt.:

"Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara." (Al-Hujurat 10)

Arti persaudaraan tersebut ialah bahwa yang kuat menolong yang lemah yang kaya mengasihani yang miskin dan yang berdaya serta bertenaga membantu yang sudah tidak berdaya dan tak bertenaga. Inilah arti satu-satunya dari kata "bersaudara" yang termaksud dalam ayat tersebut di atas, sebagaimana diperjelas oleh ayat di bawah ini:

"Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir." (Al-Maidah 54).

Allah menyebut di antara sifat-sifatnya orang-orang mu'min ialah bahwa mereka bersikap lemah lembut, berkasih sayang satu terhadap yang lain sebagaimana dipertegas lagi dalam ayat ini:

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka." (Al-Fat'h 29).

Maka jika persaudaraan itu mencakup semua jamaah orang-orang mu'min, tidaklah seharusnya di mu'min yang kaya mengingkari hak si mu'min yang miskin pada harta miliknya nda membiarkannya dalam kesengsaraan, kekurangan dan kelaparan. Karenanya Rasulullah saw. bersabda:

ليس المؤمن الّذى يبيت شبعان وجاره جائع وهو يعلم

"Bukanlah mu'min orang yang bermalam dalam keadaan kenyang, padahal tetangganya berada dalam keadaan lapar, sedang ia mengetahui keadaan itu."

Ia dinyatakan oleh Rasulullah sebagai bukan mu'min, karena tidak ada padanya tanda-tanda iman, yang antara lain, ialah rasa kasih sayang dan sifat setia kawan terhadap sesama saudara mu'minnya. Dan iman yang tidak berbekas pada tingkah laku seseorang adalah seperti sebuah pohon yang tidak berbuah dan tidak pula memberi naungan dari terik matahari. Pohon yang demikian itu lebih patut ditebang daripada ditinggalkan bercokol tidak berguna.

Dari kedua pengertian kedua diatas ane coba buat simpul2 dari opini ane:

1. Keluarga terikat pada nilai hubungan darah sdgkan persaudaraan lebih luas dan tak terbatas pada hal tersebut.

2. Keluarga harus ada satu wadah (tempat) berkumpul bagi anggotanya jadi jika dia tidak tinggal menetap disitu maka dia tidak lagi menjadi anggota keluarga sementara Persaudaraan wadahnya adalah keterikatan akan sebuah nama tanpa perlu ada tempat khusus untuk menetap bersama cukup tempat utk berkumpul pada saat tertentu yang bisa dimana saja atau bis juga mempunyai tempat khusus yang dikenal sbg kesekretariatan tp itupun tidak harus sehingga walaupun anggotanya tidak tinggal diwadah yang ditentukan masih tetap diakui bagian dari persaudaraan tersebut.

3. Otoritas dalam keluarga dikuasai oleh pemimpin keluarga sementara dalam persaudaraan otoritas sejajar (kira lebih demokratis yang mana ya ???)

4. Interaksi keluarga bermakke untuk mempertahankan budaya di dalam sementara interaksi persaudaraan lebih luas untuk mempertahankan budaya yang beraneka ragam tp tujuannya sama dan juga bermakna keluar.

5. Islam lebih mengenal hubungan sesama manusia muslim dalam bentuk ukhuwah (persaudaraan) bukan kekeluargaan karena dalam ukhuwah lebih banyak mencakup makna tanggung jawab muslim terhadap muslim lainnya dan juga tetangganya dari manapun keyakinannya, sementara dalam keluarga terbatas pada makna tanggung jawab di dalam lingkungan keluarga itu sendiri.

Nah dari opini ane ini secara pribadi ane lebih senang menggunakan makna persaudaraan bagi Fatinistic terutama untuk Kampung Fatinistic karena walaupun Fatinistic tidak menjadi anggota dalam organisasi Fatinistic/Kampung Fatinistic (bukan anggota dalam RT Fatinistic/Kampung Fatinistic) tapi tetap memiliki fungsi, peranan dan hak yang sama sebagai Fatinistic dan seluruh Fatinistic/warga Kampung Fatinistic tetap mempunyai kewajiban (dengan kesadaran dan keikhlasan tentunya) untuk membantu/mensupport dan menolong Fatinistic lainnya dimanapun komunitas dia berada dan tentu juga orang2 lainnya yang memerlukan karena Fatinistic terikat akan tujuannya yaitu beramal untuk masyarakat.

Nah demikianlah renungan aneh dari ane…

Bukan untuk menggurui, bukan untuk memaksakan kehendak
Hanya ingin mengungkapkan renungan pribadi, jika bermanfaat silahkan ikut direnungkan jika membosankan silahkan diabaikan.

Sabtu Dini Hari di tanggal 10 Januari 2014

Menyapa teman yang biasa nemani ane ngeronda

Mas +jack s +Ragil peot +Galan B. +agung prasetio +petir langit +Zhoegenk Haryono +Hyda Hidayat +imas hji iis hji saepudin +Merdiana Yuni +Ma Ya +Alline Khumaira (kemanakah engkau???)

dan lainnya … karena kalian saudaraku maka aku mencoba memberi sedikit arti… jika aku kelak menyakitkan kalian itu karena khilafku… maka maafkanlah aku.

#hansipberseragampink

kisi-kisi Analisis Kurikulum dan Materi Pembelajaran 2 - UAD

Posted: 10 Jan 2014 11:13 AM PST

Oleh Arief Hidayat

Supported :

kisi-kisi Analisis Kurikulum dan Materi Pembelajaran 2 - UAD

Drs.Sunaryo, M.Pd

1 . Alasan di gunakanya kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan pendidikan yang berakar pada budaya bangsa, kehidupan masa kini, dan membangun landasan  kehidupan masa depan.

kurikulum 2013 bukan sesuatu yang baru, karena merupakan kombinasi dari Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Mungkin dengan adanya kurikulum 2013 akan menjadi salah satu upaya perbaikan pendidikan di Indonesia, bukankah lebih baik mengevaluasi kesalahan masa lalu untuk perbaikan kedepannya ?

CBSA adalah suatu metode belajar-mengajar untuk meningkatkan mutu pendidikan, dengan menekankan keaktifan siswa disesuaikan kemampuan murid. Bentuk keaktifan itu dapat bermacam-macam, misalnya diskusi kelompok, ceramah, menulis laporan, dan lain-lain

Dengan CBSA diharapkan siswa dididik untuk melatih keterampilannya, memproses segala sesuatu yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber pengetahuannya. Diharapkan siswa bisa bertanya, menemukan, mengamati, menganalisa, menyimpulkan, dan membuat laporan sehingga bisa memiliki sikap kritis, penuh inisiatif, dan mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Itu berarti CBSA dapat mengganti sistem yang dikenal dengan istilah "duduk, dengar, catat, dan hafal"

2. Membandingkan kurikulum2013 dan KTSP

KTSP adalah kurikulum 2013. Konsep yang diterapkan adalah tematik, yaitu penggabungan mata pelajaran yang satu dengan lainya. Mata pelajaran yang semulanya berjumlah 12 kini menjadi 10 mata pelajaran .Pengurangan ini dimaksudkan untuk memperingan anak, dengan keringanan ini anak diharapkan dapat memaksimalkan setiap mata pelajaran .

Dalam kurikulum 2013 akan diberlakukan penambahan jam pelajaran. Hal ini dapat dijadikan sebagai pencegahan anak berbuat menyimpang, misalnya main berlebihan hingga tidak melaksanakan kewajibannya. Dengan penambahan jam pelajaran tersebut, guru akan lebih leluasa untuk melakukan proses pembelajaran dengan siswa. Semua permasalahan diselesaikan di sekolah.

Dengan waktu yang banyak maka ilmu yang diperoleh siswa akan lebih banyak juga dan siswa akan lebih paham serta memaknai materi. Dengan penambahan jam pelajaran ini juga dapat menghalangi siswa untuk tawuran karena dalam pembelajaran guru menciptakan suasana bersahabat, cinta damai, serta peduli. Lama kelamaan anak akan berfikir dan dapat membentuk karakter bangsa yang baik.

No

Kurikulum 2013

KTSP

1

SKL  (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013

Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006

2

Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan

lebih menekankan pada aspek pengetahuan

3

di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI

di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III

4

Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP

Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013

5

Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.

Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi

6

TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran

TIK sebagai mata pelajaran

7

Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.

Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan

8

Pramuka menjadi ekstrakuler wajib

Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib

9

Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA

Penjurusan mulai kelas XI

10

BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa

BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa

3.  Menjelaskan program peminatan di SMA

Kelompok mata pelajaran peminatan bertujuan

(1) untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan minatnya dalam sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat keilmuannya di perguruan tinggi

(2) untuk mengembangkan minatnya terhadap suatu disiplin ilmu atau keterampilan tertentu.

4. Mampu menyusun RPP Matematika

5. Mampu membuat LAS

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar