Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 25 Januari 2014 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Angie-Anas-Andi-Akil, Poligami dan Sutan Bhatoegana Tak Poligami Tapi Terindikasi Korupsi

Posted: 25 Jan 2014 11:34 AM PST

Poligami dan korupsi. Sutan Bhatoegana dan korupsi. Kontroversi pernyataan Sutan Bhatoegana yang menyatakan poligami sebagai pemicu korupsi menarik diamati. Fakta menunjukkan bahwa banyak koruptor berpoligami. Contoh paling nyata adalah Gayus, ustadz Luthfi Hasan Ishaaq, ustadz Ahmad Fathanah, Zulkarnaen Djabar, dan banyak lagi yang lainnya. Dari sisi perempuan, para koruptor pun memilici catatan asmara yang sumir - bahkan cenderung poliandri. Contohnya Angelina Sondakh, Hakim Kartini dan sebagainya.

Pernyataan Sutan Bhatoegana mengandung kontroversi memang. Namun pada kenyataannya apa yang disampaikan oleh Bhatoegana memang memiliki secercah kebenaran. Kebenaran paling kurang adalah versi Sutan sendiri. Sutan adalah orang cerdas dengan wawasan yang sangat luas. Seluas samudera setinggi angkasa. Sehingga pernyataan poligami sebagai salah satu indicator pemicu korupsi memiliki kasahihan yang tak terbantahkan. Poligami salah satu penyebab korupsi. Bagaimana dengan korupsi yang dilakukan oleh para koruptor yang tidak poligami? Koruptor dan politikus yang tidak berpoligami ada yang cenderung berkehidupan buruk: narkoba, drugs, perempuan simpanan. Contohnya Akil Mochtar.

Kini, Sutan Bhatoegana tengah bergelut dengan pasal korupsi dan tengah digerinda oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Sutan yang diketahui oleh publik bukan berpaktrek poligami tengah dirundung oleh dua hal (1) tekanan dari KPK dan Rudi Rubiandini - yang menyatakan bahwa Sutan Bhatoegana menerima uang THR dari Rudi Rubiandini bersama dengan beberapa teman di Banggar (2) tekanan untuk melokalisir masalah THR antara menjadi tumbal diri sendiri atau 'bernyanyi' dan bersama-sama menikmati keindahan diberondong oleh penyidik KPK dan pada akhirnya apakah akan bergabung dengan Trio A (Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum).

Ketua Komisi Energi DPR ini kemungkinan terbesar akan bergabung dengan trio koruptor dan calon koruptor Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum. Hal ini terkait dengan THR yang telah disebutkan oleh Rudi Rubiandini yang diterima oleh para anggota DPR yang antara lain Sutan Bhatoegana ditengarai menerimanya.

Indikasi akan dicokoknya Sutan adalah (1) pernyataannya yang selalu menyebut 'biar hukum yang berbicara dan taat kepada hukum', jika tak bersalah akan mengamuk dan menuntut KPK dan Rudi Rubiandini - sama halnya Ibas yang disebut oleh Yulianis menerima uang Hambalang tak berani menuntut Yulianis.

Lalu (2) KPK getol memeriksa kementerian ESDM dan pemeriksaan mengarah pada keterlibatan banyak orang lain selain ESDM da nada kemungkinan besar Sutan akan masuk kelompok tersebut dan akan menyeret anggota DPR lain.

Kemudian (3) berbagai bukti dokumen sitaan di ruang kerja anggota DPR dan Sutan Bhatoegana di DPR dan server DPR, serta bukti komunikasi telepon seluler para staff di DPR dan berbagai sadapan akan memaksa dan bukti-bukti yang cukup untuk menetapkannya terkait dengan THR yang disebutkan oleh Prof. DR. Rudi Rubiandini, MSc. sang koruptor berbaju orang baik bergelar professor ITB.

Ternyata, untuk korupsi tak harus berpoligami, yang tak berpoligami pun bisa terindikasi dan dicokok oleh KPK seperti Sutan Bhatogana? Poligami memang benar pemicu menjadi koruptor seperti yang disampaikan oleh Sutan Bhatoegana. Akankah pernyataan Sutan Bhatoegana - meskipun bukan poligami - memakan dirinya sama halnya dengan Akil Mochtar yang akan dipotong jarinya karena melakukan korupsi?

Salam bahagia ala saya.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Jembatan “Tenaga Surya” Blackfriars, Inspirasi Bagi Jembatan Selat Sunda

Posted: 25 Jan 2014 11:34 AM PST

13906749551180751589

Keterangan foto : Jembatan dengan panel tenal surya, tampak atas

London telah memiliki jembatan dengan panel bertenaga surya terbesar di dunia. Jembatan itu dilengkapi dengan 4.400 - panel tertutup yang membentang di sepanjang Sungai Thames di pusat kota London . Bukti cerdas membangun jembatan dengan memanfaatkan sisi energi terbarukan (sustainable energy).

Jembatan Blackfriars  namanya, yang dibuka pada tahun 2012 saat penyelenggaraan atau tepatnya saat pembukaan Olimpiade London. Panel bertenaga surya itu dipasang diatas jembatan yang secara nyata telah menghemat permakaian energi listrik konvensional, dan memanfaatkannya energi surya untuk kebutuhan

13906750291760837562

keterangan : tampak belakang ke depan

Dengan dipasangnya panel-panel tenaga surya diatas jembatan yang menghubungkan Utara dan Selatan kota London tersebut (berukuran panjang seluruhnya 6.000 meter persegi), jaringan panel itu  telah menghasilkan listrik serta menambah daya hingga 1,1 megawatt atau sebanyak setengah kebutuhan listrik stasiun kereta listrik dibawahnya. Manfaat lain dari adanya jaringan panel listrik bertenaga surya adalah penghematan energi konvensional, dimana selama setahun  dapat menghindari sebesar 511 ton buangan emisi CO2, sungguh mengagumkan bukan ? .

London saja yang intensitas penyinaran matahari tidak sebaik kotakota di Indonesia mampu memanfaatkan tenaga surya pada jembatannya. Mengapa kita tidak berfikiran jauh seperti mereka ?. Penulis pada kesempatan ini  ingin menyampaikan ide pemanfaatan panel-panel bertenaga surya itu pada jembatan Selat Sunda yang baru tahap perencanaan, namun jauh lebih panjang dari Jembatan Blackfriars yang konsekuensinya memerlukan energi listrik lebih banyak .

1390675741332049350

Rencana Rancang Bangun Jembatan Selat Sunda

Dengan adanya tenaga listrik yang dihasilkan melalui panel-panel yang dipasang di jembatan Selat Sunda nantinya, setidaknya kebutuhan listrik untuk penerangan di malam harinya akan terpenuhi, sehingga akan menghemat biaya listrik hingga puluhan milyar setiap tahunnya. Bagaimana Pak Djoko Kirmanto dan bapak Dahlan Iskan (meminta Krakatau Stell menginstal Panel), apakah Bapak-bapak menerima usulan cerdas ini ? Mudah-mudahan Bapak-bapak Menteri  membaca artikel ini, salam hemat energi dari para diaspora !

sumber foto : tgdaily.com dan pulsk.com

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Emergency aid doctor, menyelamatkan nyawa. Luxus atau hak dasar manusia?

Posted: 25 Jan 2014 11:34 AM PST

Kenapa saya ceritakan ini?

Karena saya berpikir, apakah jiwa beliau bisa diselamatkan dan saya bisa menengok sekali lagi sebelum di usianya yang sudah tinggi itu beliau akhirnya akan dipanggil Tuhan, seandainya di Indonesia sistem emergency aid doctor sudah/bisa diterapkan.

Apa sistem emergency aid doctor ini?

Tidak lain sistem pertolongan pertama dengan dokter-dokter yang memperoleh pendidikan khusus dalam hal ini. Bahkan sejak kurang lebih dua tahun yang lalu, pendidikan ini diakui sebagai sebuah subspesialisasi.

Bagaimana bekerjanya sistem ini?

Di seluruh Jerman terdapat pusat-pusat yang mengorganisasi layanan darurat ini di setiap kota atau daerah (seperti kecamatan). Biasanya untuk di kota kecil cukup seorang EAD dan di samping itu ada juga dokter praktik (dokter umum atau ahli yang mempunyai praktek) yang harus melakukan dinas malam atau akhir minggu. Kalau seorang menderita sakit biasa (bronkitis, diare ringan dsb.) dan bisa ditangani oleh dokter praktik dinas, maka EAD tidak dihubungi dan pasien ditangani/diobati di luar. Seandainya dokter dinas menganggap pasien harus dirujuk, maka ia akan memanggil dinas palang merah yang kemudian akan mengangkut pasien ke rumah-sakit. Dalam hal-hal gawat darurat (seperti kecelakaan lalu-lintas, infark jantung, edema paru dsb.), maka dokter dinas akan menghubungi dinas palang merah dan dinas palang merah menjemput EAD. Biasanya tersedia dua mobil untuk satu kasus: 1 mobil untuk EAD dan 1 ambulans (biasanya dengan peralatan cukup lengkap: O2, EKG dengan alat defibrilasi, kadang alat ultrasound portable dsb. dan obat-obat standar). Sistem di Jerman adalah sistem periksa, penanganan pertama dan kemudian perujukan ke RS. Menurut informasi yang saya peroleh, di England contohnya, sistemnya ialah sistem take and carry. Jadi pasien dijemput dan langsung dibawa ke RS. Pelaksananya setahu saya para paramedics, jadi bukan dokter.

Prosedurnya secara agak mendetail:

1. Pasien atau kebanyakan keluarga menghubungi dokter dinas atau terkadang langsung palang merah melalui nomer-nomer tilpon tertentu.

2. Dokter dinas memutuskan, apakah pasien bisa ditangani di luar atau harus masuk rumah sakit. Dalam hal ini apakah EAD perlu dipanggil. Kalau yang dihubungi petugas Palang Merah (atau dari organisasi-organisasi lain yang sejenis), mereka akan menginterview penelepon secara singkat untuk memutuskan, apakah EAD harus langsung diminta datang atau mereka melihat dulu situasi ditempat.

3. Kalau perlu EAD dihubungi dan dijemput dengan mobil khusus EAD.

4. EAD memeriksa, melakukan pengobatan pertama dan memutuskan perujukan ke rumah sakit mana.

5. Transport ke RS tujuan dengan EAD. Seandainya selama perjalanan terjadi komplikasi, seperti gangguan pernafasan berat atau gangguan rytme jantung atau sebagainya, maka EAD akan menangani dan melakukan pengobatan darurat untuk menstabilisasikan pasien sampai rumah sakit tujuan dicapai.

Di Jerman mobil EAD dan mobil penyelamat mempunyai prioritas utama kalau lampu signal biru dipasang. Kalau ada pemakai lalu-lintas lain tidak memberi jalan, maka bisa dituntut dan dikenakan hukuman atau paling tidak didenda.

Penulis sendiri telah berkerja sejak bertahun-tahun sebagai EAD (di samping tugas utama di rumah-sakit). Selama itu banyak hal yang dialami, dari dipanggil karena ada seorang yang mengamuk (psikotis) sampai pada kecelakaan baik lalu-lintas maupun di rumah.

Sebuah kecelakaan masih saya ingat sampai sekarang: di sebuah pabrik, sebuah alat berat jatuh menjatuhi kaki seorang pekerja yang berusia kira-kira 35 tahun. Waktu kami datang, pekerja itu sudah dalam keadaan preshock dan kaki kirinya hampir putus, tinggal selembar kulit yang menghubungkannya dengan tungkai kaki. Setelah meninjau situasi, saya putuskan untuk memotong kulit tersebut (tentu setelah sebelumnya saya memberikan anestesi). Kemudian pasien saya rujukkan dengan helikopter ke rumah-sakit spesial. Sayang kakinya tidak bisa diselamatkan, karena jaringan dagingnya telah hancur.

Kembali mengenai paman saya seperti saya singgung di atas. Mungkin jiwanya bisa diselamatkan, tetapi mungkin itu juga sudah takdirnya, sudah waktunya. Biarpun layanan kesehatan sudah sebagus di Jerman, tetapi kalau sudah waktunya, kita tidak akan bisa merubah atau memundurkan waktu itu. Jadi saya beliau saya relakan.

Rettungswagen

Mobil penyelamat (Rettungswagen). Sumber: Wikipedia.

BMW X3 Notarztwagen Rettungsfahrzeug SAV Sports Utility Vehicle

Mobil EAD (Notarztwagen). Sumber: www.speedheads.de

Belated day

Posted: 25 Jan 2014 11:34 AM PST

Nge-Fandom Boleh Aja, Asalkan…

Posted: 25 Jan 2014 11:34 AM PST

Andai Rasulullah hidup di zaman ini, pastilah di tengah umat Islam saat ini hanya ada satu "fandom", yaitu fans-nya Muhammad SAW. Tak satu pun manusia yang dapat menandingi kemuliaan akhlak beliau, kesucian hati beliau, kesempurnaan fisik beliau, ketampanan wajah beliau, dan pastinya poster beliau akan tersebar di seluruh penjuru dunia. Karena Rasulullah hidup di negeri Arab, maka semua orang akan berlomba-lomba mempelajari bahasa negara tersebut yaitu bahasa Arab dan pastinya Al-Quran yang diajarkan Rasulullah. Orang-orang akan berlomba-lomba agar bisa menempuh pendidikan di negeri Arab atau sekedar traveling agar dapat bertemu dengan idolanya yaitu Rasulullah.

Rasulullah akan menjadi top search di seluruh mesin pencari di dunia maya, beliau akan menjadi orang nomor satu yang "siapa sih yang g kenal Muhammad SAW" dan mungkin rumah beliau akan dipenuhi oleh paparazi dari berbagai media cetak maupun elektronik untuk mengetahui kehidupan beliau sehari-hari. Andai beliau memiliki akun twitter, maka follower nya pun akan mencapai puluhan juta bahkan milyaran.

Impossible, right?, namanya juga angan-angan.

Kenyatannya Rasulullah hidup 14 abad yang lalu dan sosoknya saat ini tidak lagi berada di peringkat nomor satu di hati kaum muslimin.

Alih-alih, di tengah umat Islam saat ini banyak sekali "fandom-fandom" yang bertebaran dengan idolanya masing-masing. Fandom ini memang tidak berdiri secara legal ataupun memiliki dasar hukum tertentu, akan tetapi keberadaannya bagaikan debu yang bertebaran di pelosok negeri. Mereka eksis dan tanpa mereka, sang idola mungkin tidak akan bertahan lama di dunia entertainment. Jumlahnya beraneka ragam. Semakin terkenal sang idola, biasanya jumlah anggota fandomnya juga besar. Puluhan, ratusan, ribuan, bahkan mencapai jutaan umat manusia. Keberadaan fandom dan sang idola ini bagaikan sebuah lingkaran yang tiada berujung. Mereka saling membutuhkan dan tak bisa berdiri sendiri. Tanpa fandom, sang idola akan kehilangan popularitas, dan tanpa sang idola pastinya tidak akan ada fandom.

Lalu siapakah sang idola? Pastinya dia adalah sang public figure.

Islamkah? Bisa jadi.

Nasranikah? Bisa jadi.

Yahudikah? Bisa jadi.

Atheiskah? Bisa jadi.

Agama bukanlah poin nomor satu yang dilihat dari sang idola.

Lalu bagaimana akhlaknya? Karena para fandom ini bukan orang yang "berada di samping sang idola" 24 jam sehari, jadi tidak ada yang tahu pasti seperti apa akhlak "aslinya". Yang mereka tahu hanyalah akhlak sang idola saat berada di depan public. Poin ini sebenarnya juga bukan poin utama, tapi kadang jadi pertimbangan ketika memilih apakah dia layak menjadi sang idola.

Lalu bagaimana fisik dan wajahnya? Nah, ini dia yang menjadi kriteria utama apakah sang idola layak memiliki fandom atau tidak. Pastinya dia harus "stand out" dibanding manusia biasa. Wajahnya juga harus "stand out". Fisiknya juga harus "stand out". Sehingga layak dipasang sebagai "wallpaper" atau poster.

Lalu selain fisik dan wajah apalagi yang menjadi kriteria "you are my idol"? pastinya skill yang dia miliki. Jika dia seorang aktor, maka beragam penghargaan harus dikantongi olehnya, minimal rating film atau drama yang ia bintangi selalu meroket. Jika dia seorang penyanyi, maka suara dan performanya ketika berada di panggung harus mampu membuat para penonton berteriak histeris, menangis bahkan pingsan (saking terharunya).

Apa yang menjadi sejarah lahirnya fandom di dunia ini? kenapa ada idola? Kenapa ada fans? Karena…

Pada dasarnya "HUMANS ARE SOCIAL CREATURES"

In most cases, it's perfectly natural. Humans are social creatures, psychologists say, and we evolved — and still live — in an environment where it paid to pay attention to the people at the top. Celebrity fascination may be an outgrowth of this tendency, nourished by the media and technology.

"In our society, celebrities act like a drug," said James Houran, a psychologist at the consulting firm HVS Executive Search who helped create the first questionnaire to measure celebrity worship. "They're around us everywhere. They're an easy fix." (Oscar psychology, why celebrities fascinate us. By Stephanie Pappas, Livescience Senior Writer)

Artinya…

Harus diterjemahin?? Berhubung sekarang sudah ada teknologi yang bernama g****e translate, terjemahin sendiri aja ya…^_^

Intinya manusia itu adalah makhluk sosial yang hidup di lingkungan manusia. Setiap hari kita berinteraksi dengan berbagai manusia untuk menyerap nilai-nilai (baik maupun buruk). Manusia cenderung memiliki ekspektasi untuk menjadi "lebih" dibandingkan dirinya sendiri. Misalnya :

"Saya ngefans sama Barack Obama, pengen deh punya presiden seperti dia."

"Saya ngefans sama Albert Einstein, jenius!"

"Saya ngefans sama Steve Jobs, gue banget deh!"

"Saya ngefans sama CR7, udah cakep, jago main bola, kaya, pokoknya keren deh."

"Saya ngefans sama Johnny Depp, aktingnya keren banget."

"Saya ngefans sama Exo, aahhhhh…mereka itu unyu unyu…!!!"

Apakah ngefans sama seseorang itu suatu hal yang jelek?

Nah, ini berdasarkan teori psikologi lagi…

Who among us hasn't fallen victim to a little celebrity worship? Whether the object of our affections are movie stars, athletes, poets or politicians (just look at how many Americans are getting a buzz off Sarah Palin and Barack Obama), we're hungry for information about them. We want to know what they're saying, what they're wearing, where they're going and whom they're with. Indeed, billion-dollar industries revolve around our indefatigable obsession with celebrities. And now new scientific research has found that celebri-crushes are not only common but maybe even healthy: a study published Sept. 10 suggests that the act of celebrity worship may be a boon to some people's self-esteem.

Shira Gabriel, a psychologist at the University at Buffalo, conducted a series of three studies on celebrity worship, focusing specifically on how admiration from afar may affect the admirer's self-esteem.

G penting lah ya metode penelitian atau penjelasan panjang lebar tentang penelitian si Shira Gabriel ini seperti apa, yang jelas kesimpulannya adalah :

Perhaps some people who don't feel good about themselves and are not able to get what they want out of a real relationship because of a fear of rejection can feel a connection with a celebrity and get something positive out of that," says Gabriel.

Because people form bonds in their mind with their favorite celebrities, they are able to assimilate the celebrity's characteristics in themselves and feel better about themselves when they think about that celebrity," says Gabriel. "And that is something these individuals can't do in real relationships because their fear of rejection keeps them from getting close to people."

A little can be good, but a lot can become harmful — as stalking and more obsessive behaviors prove. Recent research has even found that celebrity worship can decrease a person's self-esteem because the endless admiration and yearning for a life and lifestyle that are out of reach may end up cementing one's feelings of isolation and inadequacy.

There is a growing body of evidence that suggests that the human brain is not well equipped to distinguish between real relationships and — as psychologists call them — "parasocial," or imagined ones. That means that some of the benefits people get from pseudo relationships with celebrities may be the same as those reaped from real friendships and real-life interactions. It's just a matter of degree. So it's O.K. to get caught up in Palinmania if her example makes you feel better about your chaotic life of juggling work and family — as long as you realize she won't be there to talk you through your next family crisis. (sumber : http://content.time.com/time/health/article/0,8599,1841093,00.html)

Intinya, adanya perilaku ngefans sama selebriti atau public figure, dikarenakan manusia ingin menjadi seperti apa yang diidolakannya. Apabila hal ini dapat memberikan semangat kita untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan dalam hidup, memberikan hal positif bagi kita, ini bagus. Tapi apabila ngefans-nya ini berlebihan, justru tidak bagus bagi kehidupan kita, karena, come on…!!! they are not real. They have their own life, and so do you!.

bagi jiwa-jiwa labil, terkadang susah membedakan apakah perilaku mengidolakan seseorang ini tergolong normal dan masih dalam batas wajar atau sudah termasuk ke dalam kategori akut. Ini ada beberapa kriteria yang bisa menjadi pegangan.

Level 1 : sekedar tahu nama, hasil karyanya, perjalanan hidupnya hingga menjadi orang yang sukses, dan mengoleksi karya-karyanya.

Level 2 : level 1 + mengoleksi foto-fotonya, mengikuti berita kehidupannya yang

terbaru.

Level 3 : level 2 + follow semua media sosial yang ia miiki, jadi anggota fandom-nya, wallpaper gadget + dinding kamar all about dia.

Level 4 : level 3 + di alam bawah sadar pun, ada dia.

Level 5 : level 4 + dimana ada dia, disitu ada saya. (bayangan kaleee…)

Level 6 : level 5 + hidup matiku hanya untuknya…(<<

*klo Anda sudah merasa berada di level 4 apalagi level 6, waspadalah…!!.

Kehidupan manusia itu seperti roda yang berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Sang idola pun seperti itu. Saat ini berada di puncak ketenaran dan keberhasilan, tapi suatu hari dia hanya akan tinggal kenangan. Saat ini kita mengidolakannya, tapi suatu hari nanti orang-orang yang berada di level 1 akan tersenyum mengenang dulu dia pernah mengidolakan "dia" dan mungkin karena "dia" lah orang-orang level 1 ini punya tekad untuk menjadi orang sukses. Sementara orang-orang yang berada di level 6 akan tersenyum miris mengingat betapa silly-nya dia dulu bisa habis-habisan hanya untuk idolanya. Tidak ada yang didapat kecuali wasting time, wasting money, wasting energy and they feel like stupid person.

Gimana klo kita mulai mencoba ngefans sama sosok yang nyata…

Nge-fans sama Rasulullah SAW.

Manusia yang T-O-P B-G-T ini tidak akan memberikan kesia-siaan kepada para fans-nya. Jangankan di dunia, di akhirat pun nantinya akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.

"Ngefans sama Rasulullah mah udah pasti, sebagai umat muslim itu kudu wajib", caranya dengan melaksanakan sunnahnya".

Tapi…

Klo sekedar "melaksanakan" tanpa ada feelnya itu seperti zombi yang berjalan tanpa jiwa. Seperti anak SD yang disuruh ngafalin ini, itu, dan sebagainya. Seperti robot yang disetel untuk melakukan pekerjaan.

Lalu bagaimana caranya agar nge-fans sama Rasulullah ada feelnya…?

Jadilah fans level 6.

Cari dan resapi literatur yang menceritakan tentang beliau…

Tentang kemuliaan akhlak beliau…

Tentang kesederhanaan hidup beliau…

Tentang kecintaan beliau kepada Rabb-nya…

Tentang kecintaan beliau kepada umatnya…

Tentang keelokan rupanya…

Tentang kesempurnaan fisiknya…

Tentang kebiasaannya…

Tentang kepemimpinannya…

Rasulullah, yang di akhirat kelak hanya orang-orang yang mencintai Rabb dan Rasul sang kekasihNya yang akan berjumpa di surgaNya…

Perjumpaan yang hanya bisa dicicipi oleh jiwa-jiwa yang haus akan firmanNya…

Perjumpaan yang hanya akan dicicipi oleh raga yang senantiasa bersujud untukNya…

Perjumpaan yang tiada akan disesali, yang abadi lagi mambahagiakan.

So…

Nge-fandom boleh aja, asalkan…

1. Ngefans level 1.

2. Menjadikan kita manusia yang lebih baik dan berfikir " hebat ya dia, klo dia bisa jadi orang hebat, kenapa saya gak bisa?"

And…

It's better become a fandom of Rasulullah SAW. It's everlasting and happy ending.

What an amazing world if in our heart, there is only one fandom, the ultimate idol, Muhammad SAW…

Oleh : IamProudToBeMuslim (@echyonghae)

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Kiprah Menarik Sunderland di Capital One Cup

Posted: 25 Jan 2014 11:34 AM PST

OPINI | 26 January 2014 | 01:12 Dibaca: 2   Komentar: 0   0

Manchester United kembali menunjukkan performanya yang menurun setelah tersingkir dari ajang capital one cup. The reds devil kalah 1-2 dari Sunderland pada leg 1 dan kalah adu penalti di leg 2 Semifinal Piala Liga Inggris. Walaupun united memang sedang mengalami tren kurang baik di musim ini, kekalahan tersebut tetap mengejutkan.

Hal yang patut diperhatikan adalah sepak terjang Sunderland di turnamen ini. Melihat perjalanan Sunderland hingga mencapai babak Final, tim ini bisa dibilang diam-diam menghanyutkan saat bermain di Piala Liga Inggris. Sebelum mengalahkan United di Semifinal, The Black Cat mengalahkan klub besar liga Inggris lainnya, Chelsea dengan skor 2-1 di Perempat Final. Maka saat melawan Manchester City di Final nanti, Sunderland sudah mendapat pengalaman melawan klub besar.

Menariknya, berdasarkan pengalaman Piala FA musim lalu, City kalah melawan Wigan yang tak diunggulkan di Final. Maka Sunderland yang juga diatas kertas di bawah City, bisa saja justru mengejutkan City. Dengan modal pengalaman mengalahkan dua klub besar, patut ditunggu apakah Sunderland bisa juara dan mengikuti jejak wigan musim lalu yang menjuarai turnamen tertua di Inggris itu.
NB: Tulisan ini dimuat di Rubrik Forum Pembaca Harian Bola edisi 26 Januari 2014

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar