Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 01 Februari 2014 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


“RISET NAMA KARAKTER BAGI PENULIS”

Posted: 01 Feb 2014 11:28 AM PST

Mungkin ini terdengar sepele, tapi tetap bisa menyesatkan bila tidak hati-hati. Tak hanya orang tua yang mencarikan nama untuk bayi, penulis juga wajib melakukan riset sebelum memutuskan nama yang cocok bagi karakter dalam ceritanya.

Mengapa? Bayangkan kalian membaca identitas nama seseorang dan mengira-ngira, lalu kecele saat bertemu sosok si pemilik nama. Dikira cowok, tahunya cewek (atau sebaliknya.) Saya kerap 'tertipu' akan identitas karakter dalam cerita akibat salah paham tersebut.

Tidak familiar dengan nama asing? Bukan alasan. 'Kan masih bisa tanya-tanya orang. Apalagi bila penulis familiar dengan penggunaan internet. Tinggal Google, ketemu. (Ya, meski tak semua informasi di internet harus kita telan 'bulat-bulat', alias main percaya begitu saja.)

Contoh kasus: novel "Being 20-Something Is Hard" karya Dewi Pravitasari. (Mohon maaf, Mbak Dewi. Semoga kritik ini mencerahkan, bukan terasa bagai serangan pribadi.) Ada salah satu tokoh bernama Denise. Lebih dari separuh perjalanan cerita, saya baru ngeh kalau ternyata Denise itu…laki-laki. Oalaa, mungkin maksudnya 'Denis', 'Dennis' (seperti nama teman kuliah saya), atau 'Deniz' (seperti nama teman kantor saya yang berayahkan orang Turki.)

Masih ada lagi. Saya pernah menemukan dua cerpen dengan kasus serupa (maaf, baik judul maupun pengarang saya lupa). Meski ceritanya bagus, ada kesamaan yang menurut saya agak 'mengganggu'.

Di cerpen pertama ada tokoh bernama Abigail. Saya temukan arti namanya di Wikipedia: istri Nabal menurut Alkitab Perjanjian Lama. Beliau seorang perempuan cantik dan cerdik. Bila penulis lupa atau enggan riset, bisa dikira-kira dari penggunaan nama itu sehari-hari. (Contoh: salah satu aktris di film "My Sister's Keeper" yang adaptasi dari novel karya Jodi Picoult bernama Abigail Breslin.)

Dalam cerpen pertama, Abigail ternyata diceritakan sebagai laki-laki egois yang hobi memperbudak kekasihnya untuk melayani dan mengikuti semua maunya.

Di cerpen kedua ada tokoh bernama Leah. Menurut situs www.namafb.com , Leah berarti 'gembira ria' dalam bahasa Ibrani. Dalam penggunaan sehari-hari bisa bervariasi, mulai dari 'Leah', 'Lea', hingga 'Leia'. (Seperti tokoh Princess Leia dalam serial "Star Wars"dan aktris/penyanyi Lea Michelle dalam serial TV "Glee".)

Lagi-lagi, Leah dalam cerpen kedua laki-laki egois yang memaksa kekasihnya untuk memilih antara dia atau menulis.

Boleh jadi penulis beranggapan bahwa pembaca takkan segitu peduli atau kritisnya. Hanya perkara nama, toh? Ngapain terlalu diambil pusing? Meski yang ditulis fiksi, masih ada kok, pembaca kritis. Seperti kata managing editor majalah "Story", Bunda Reni Erina, dalam writing workshop Oktober tahun lalu di Anyer, logika dan keakuratan juga penting. Jangan sampai hanya karena nama itu terdengar bagus dan yang ditulis hanya cerita fiksi, penulis jadi abai dengan tanggung-jawab memperkenalkan sesuatu yang benar kepada pembaca.

R.

(Jakarta, 1 Februari 2014, 7:40 pm)

http://id.wikipedia.org/wiki/Abigail

http://namafb.com/2010/06/15/arti-nama-leah/

http://www.goodreads.com/book/show/3292882-being-20-something-is-hard

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Berburu Air Sumur Soekarno di Ende, Flores-NTT (Selesai)

Posted: 01 Feb 2014 11:28 AM PST

Tanggal 31 Desember 2013, aku balik ke Jakarta. Agenda perjalanan kami berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Ada kesan tersendiri bagi kami selama berada di Nusa Bunga itu. Keindahan alam yang eksotik begitu membekas dalam sanubari.

Maskapai penerbagan yang kami tumpangi menuju Jakarta adalah Garuda. Lumayan lah pesawat Garuda baru buka rute di NTT. Tanpa menyia-nyiakan waktu segera ku booking tiket walaupun tanggal 31 Desember baru bisa dapat dua seat yang kosong buat aku dan my lovely wife.

Pemandangan ke arah pegunungan dari arah ruang tunggu Bandara Haji Hasan Aroebusman Ende

Schedule keberangkatan Pukul 15.00. Sejak pukul 14.00, aku dan istri sudah stand by di Bandara Haji Hasan Aroebusman Ende. Cuaca cerah. Hari itu memang tak banyak penumpang, entah karena akhir tahun, atau karena tiket Garuda yang mahal, tak tahu aku. Hanya ada 6 orang turis asing, sisanya para penumpang orang Flores yang balik ke Jakarta setelah mereka merayakan natalan di kampung halaman mereka.

Pesawat Garuda yang ku tumpangi sampai Denpasar (Dok.Pribadi)

Pukul 14.30, petugas mengumumkan bahwa penumpang Garuda tujuan Jakarta segera menuju pesawat. Aku dan istri segera berkemas dan bergegas menuju pesawat. Sebentar lagi kami bisa merayakan tahun baru di Jakarta. Jadi ingat lagunya Koes Ploes, Ke Jakarta Aku kan Kembali. Rute pesawat Garuda yang kami tumpangi lumayan jauh, Ende-Labuhan Bajo-Denpasar-Jakarta.

Pesawatnya masih baru (Dok.Pribadi)

Pesawat Garuda yang kami tumpangi masih baru. Pilotnya orang Bule, tinggi dan berkulit bersih. Cukup ramah juga, ia tersenyum dan menyalami para penumpangnya. Pramugarinya hanya dua orang, cantik, senyumnya manis, dan ramah.

Para penumpang yang bergegas menuju pesawat (Dok.Pribadi)

Setelah kami berada dalam pesawat, dan baling-baling mulai dinyalakan, aku tetap tenang saja, karena walaupun pesawatnya kecil, tapi masih baru. Sambil memandang keluar jendela pesawat, Bandara yang kecil ini terlihat indah. Ku pandangi gunung yang puncaknya datar itu sungguh menakjubkan.

Baling-baling pesawat yang masih baru membuatku tenang dan nyaman (Dok.Pribadi

Perlahan-lahan pesawat meninggalkan Apron landasan pesawat, belok kanan, lalu lurus menuju ujung landasan pacu. Sampai di ujung landasan pacu, pesawat putar arah, lalu berhenti. Mesin Pesawat lalu di gas tinggi menggemuruh, dan segera melesat dengan kecepatan tinggi. Dalam hitungan detik, pesawat terangkat ke udara. Goyangannya halus dan lembut. Mantap, bathin aku. Enggak percuma lah keluar uang lebih, tapi aman dan nyaman.

Interior pesawat yang masih baru (Dok.Pribadi)

Pesawat lalu belok kanan memutar mengitari pegunungan. Pemandangan sungguh indah dari atas pesawat. Hamparan pegunungan dan lautan biru persis seperti lukisan yang indah. Pesawat terus menyusuri pesisir pantai. Dari atas pesawat ku lihat jalanan lintas Flores yang berkelok-kelok mengitari pegunungan, betapa indahnya.

Setelah 30 menit terbang, Pramugari mengumumkan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara Komodo, Labuhan Bajo. Perjalanan yang sangat cepat, pesawat pun landing dengan mulus, maklum pesawat baru, goyangannya masih halus dan lembut.

Bandara Komodo, Labuhan Bajo (Dok.Pribadi)

Dari Labuhan Bajo, banyak penumpang yang masuk. Kursi pesawat yang dari Ende tadi banyak yang kosong, kini penuh. Rata-rata orang Jakarta yang plesir ke pulau Komodo. Logat loe dan gue memenuhi dalam pesawat. Aku tersenyum. Kelakuan orang kaya Jakarta yang banyak duit, dimanapun mereka berada sama saja.

Lima belas menit kemudian, pesawat sudah mengudara menuju Denpasar. Dari atas udara aku menikmati keindahan pulau-pulau disekitar Labuhan Bajo. Benar-benar mengagumkan goresan maha karya Sang Pencipta.

Sekitar 30 menit terbang, baru mulai ada masalah. Kali ini aku benar-benar hampir dibuat pingsan. Cuaca sangat buruk. Pesawat terguncang hebat seperti mau jatuh. Awan tebal dan gelap menutupi pandanganku ke bawah. Pesawat mulai terguncang-guncang dengan keras, naik turun, munukik, terlempar ke bawah, ke atas, persis seperti naik Roller Coaster.

Para penumpang mulai banyak yang berteriak histeris. Aku memejamkan mata. Ku genggam jemari istriku dengan keras. Kalaupun tiba saatku untuk mati, biarlah aku dan istriku mati bersama-sama.

Suasana kala itu sungguh mengerikan. Segera ku tutup jendela disampingku. Benar saja, beberapa detik ke depan, akibat turbulensi cuaca yang begitu buruk di akhir tahun, pesawat terjun bebas puluhan meter ke bawah. Semua berteriak histeris. Tibalah saatnya aku mati. Teriakan-teriakan keras para penumpang yang histeris Dalam Nama Yesus dan Allahu Akbar bersahut-sahutan dalam pesawat. Hampir saja aku kencing dalam celana. Istriku mendekap dan memeluk aku erat-erat dari samping. Untungnya pesawat terangkat naik kembali.

Duh..

Masa-masa sakratul maut telah usai. Pesawat melaju dengan normal kembali. Setelah kurang lebih satu jam perjalanan, Pramugari mengumumkan bahwa pesawat akan segera mendarat di Bandara Ngurah Rai, Denpasar. Aku berdoa dalam hati semoga tetap selamat mendarat. Masih trauma. Dari atas pesawat ku lihat hujan deras mengguyur. Bagaimana kalau pesawat tergelincir karena landasannya licin. Segera ku tepis jauh-jauh pikiran buruk aku itu. Jadi orang kok negatif thingking banget sih, aku mencoba menghibur diriku ini.

Setelah melewati pantai pesawat perlahan-lahan turun. Ku lihat hamparan birunya aspal landasan menanti didepan. Segera ku tutup mata, dan komat kamit berdoa dalam hati. Tak lama kemudia ku rasakan roda pesawat menyentuh landasan, mengerem sesaat, melenting sebentar, lalu melesat dalam deru mesin yang menggemuruh setelah kedua roda menyentuh landasan.

Puji Tuhan, akhirnya selamat kami tiba di Denpasar. Dari Denpasar aku dan istri harus transit lagi dengan pesawat Boeing Garuda yang lebih besar dari Denpasar menuju Jakarta. Sechedule keberangkatan masih lama, pukul 20.45. Ini yang aku heran dengan Garuda, jeda waktu transit yang begitu jauh. Bayangkan kami tiba di Denpasar sekitar pukul 17:05. Aku baru sadar jeda transit yang begitu lama, karena pada saking antusiasnya pesan tiket Garuda ketika masih di Ende.

Aku lalu tanya ke petugasnya di Bandara, bisa enggak aku tukar pesawat Garuda yang berangkat lebih awal? Sang Petugas menjawab bahwa enggak bisa karena penumpang full akhir tahun. Kalau mau, ya harus beli tiket baru. Reseh lu, ya sudah akhirnya kami duduk menanti di Bandara itu bersama ratusan penumpang Garuda lainnya.

Halaman depan Bandara Ngurah Rai Denpasar (Dok.Proibadi)

Pekerjaan yang paling membosankan adalah menunggu. Akhirnya aku dan istri menghabiskan waktu dengan melihat-lihat dan beanja Souvenir disekitar situ. Setelah itu kami makan malam di Restaurant Bandara yang busyet banget harganya itu.

Pukul 19.30 diumumkan bahwa pesawat yang akan kami dari Dnpasar menuju Jakarta delay sampai pukul 23.00. Gila nih Garuda, kira-kira dong. Sampai disini batas kesabaranku habis. Ku datangi petugasnya dan ku gebrak mejanya. Habis-habisan ku tumpahkan kekesalanku. Baru saja lolos dari maut, sekarang masuk ke jebakan berikutnya. Ibaratnya lolos dari mulut buaya, masuk mulut Harimau. Para Petugas hanya terseyum terpaksa dan berkali-kali mengucapkan permohonan maaf.

Bagaimana aku enggak emosi jiwa, alasan mereka pesawat yang akan kami tumpangi masih dari Australia. Alasan yang tak masuk akal. Sudah begitu, permohonan maaf Garuda hanya dengan menyediakan Snack kotak. Ampun benar ini.

Penumpang yang kesal dan bete menunggu sebegitu lamanya delay Garuda (Dok.Pribad)

Setelah sebegitu lamanya terkantuk-kantuk di ruang tunggu Bandara, jalan kiri-kanan tak tentu arah, akhirnya pukul 23.00 itu datang juga. Kami dipersilahkan naik ke pesawat, namun mood aku sudah keburu hilang, kesal, dan marah menjadi satu. Namun tak mampu berbuat apa-apa, hanya pasrah saja.

Alhasil malam tahun baru ku rayakan di atas udara. Seumur hidupku baru kali ini aku tahun baruan di udara. Ketika akan mendarat di Bandara Soetta, ku lihat kembang api bertaburan terlihat dari atas pesawat. Buyar sudah rencanaku merayakan malam Tahun baru di Jakarta. Hikz.

Setelah pesawat mendarat di Bandara Soetta, aku sudah loyo. Saran buat Garuda, tingkatkan lagi pelayanan kalian, kalau delay kira-kira dong waktunya. Sudah bayar mahal-mahal, tapi masih saja bikin orang emosi.

Dari Bandara menuju rumah, masih aman. Setelah keluar Tol dalam kota, taksi yang kami tumpangi terjebak kemacetan lantaran banyaknya warga Jakarta yang pulang dari merayakan Tahun Baru, entah dari Monas, entah dari mana kek, tak tahu pulak aku.

Duh, lengkaplah sudah penderitaan ini.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Pendidikan

Posted: 01 Feb 2014 11:28 AM PST

IBU DAN PERANAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Dalam peningkatan mutu peningkatan pendidikan. Seorang ibu adalah peranan penting dalam peningkata mutu pendidikan tersebut, dikarnaka seorang ibu adalah seorng pemotoivasi yang handal dan mempunyai rasa sentuh yang hangat, sehingga sangat berharga untuk nasehat kehidupa yang manjur,

Bnyak hal yang sudah di ajarkan oleh seorang ibu dalam meningkatkan peningkata  mutu pendidikan setidaknya kita sadar dengan hal seperti itu , dikarnakan kelak kita akan menjadi seorang ayah dan ibu juga, yang akan mendidik anak-anaknya dalam dunia pendidikan . Menjaga kehangatan dalam jalinan keharmonisan dalam rumah, hal penting yang sering di ajarkan oleh ibu adalah sikap berbudi pekerti yang sangat baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari

Dengan mengajarkan budi pekerti yang baik. pada seorang anak yang menjalani proses pendidikan atau mencari ilmu, adalah faktor pendukung paling penting dalam membantu dunia pendidikan, sehingga guru-guru yang mengajarkan di sekolah setidaknya tidak terlalu kualahan untuk mencekoki pembelajaran di sekolah.

Tanpa kita sadari seorang ibu adalah peranan yang sangat-sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan, besarnya pengorbanan seorang ibu, semua itu dilakukannya dengan secara ikhlas tanpa pamrih, ia rela untuk membatalkan janji-janjinya hanya untuk seorang anak yang ingin selalu dipangku dan dihangatkan oleh seorang ibu, ia rela untuk tidk makan jika melihat anaknya belum makan, ia rela bekerja keras walau menyakiti tubuhnya sendiri. Tanpa seorang ibu kita tidak akan bisa berbicara, santun dalam setiap hari, dan bnyak hal yang di ajarkan oleh seorang ibu.

Setidaknya kita bisa mengucapkan kata trimaksih kepada seorang ibu, mencium telapak kaki ibu, menghormati setiap perkataan seorang ibu. coba kita pahami tanpa seorang ibu apakah kita bisa hidup didunia ini, apakah kita akan tumbuh sehat, kuat dan mempunyai akal dan pikiran. Coba kita sedikit menyadari bahwa hidup seorang ibu itu hanya untuk memberikan yang terbaik untuk seorang anak yang dititipkan oleh kepada seorang ibu. Ibu adalah salah satu malaikat yang diberikan kepada setiap anak, ia akan menjaga dan mengasihi mu speanjang masa.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Budiman Sudjatmiko dan Surya University Siapkan Gerakan Ilmuwan Pendamping Desa

Posted: 01 Feb 2014 11:28 AM PST

13912820211569464325

Budiman Sudjatmiko (Pimpinan Pansus UU Desa) dan Prof Yohanes Surya (Rektor Surya University) dalam Diskusi Gerakan Ilmuwan Pendamping Desa

Terobosan baru tercetus dalam Diskusi Undang-Undang Desa (UU Desa) bersama civitas akademika Surya University di Surya Center Jalan Boulevard Gading Serpong blok 0/1, Sumarecon Serpong, Tangerang, Rabu (29/1/2014). Para ilmuwan Surya University siap bekerjasama dengan desa untuk penerapan hasil penelitiannya. Para ilmuwan saiap mendampingi desa untuk mendorong percepatan pembangunan desa.

Diskusi dimulai dengan pemaparan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa oleh Budiman Sudjatmiko, Wakil Ketua Pansus DPR UU Desa. Menurut Budiman, UU Desa menegaskan pengakuan NKRI pada desa atau disebut lain sebagai kesatuan masyarakat hukum yang berhak mengatur rumah-tangganya berdasar hak asal-usul dan hak tradisionalnya.

"Hak dan kewenangan desa yang diatur dalam UU Desa bukan akibat dari desentralisasi, namun merujuk pada prinsip rekognisi dan subsidiaritas. Negara mengakui keberadaan desa sudah ada sebelum NKRI terbentuk dan memberikan kewenangan bagi desa untuk mengatur kehidupannya berdasar hak asal-usul mereka yang sangat beragam," jelas Budiman.

Selain itu, negara memberikan dukungan anggaran yang jelas pada desa, baik dari APBN, APBD, maupun bagi hasil pajak. Dukungan anggaran itu akan mendorong desa untuk mengembangkan sentra-sentra ekonomi baru di dunia perdesaan. Karena itu, Budiman mengajak para ilmuwan (saintis) untuk memainkan peran strategis dalam percepatan tata kelola desa dan pembangunan desa.

"Anggaran yang digelontorkan ke desa akan menjadi jalan kemakmuran bila mampu menciptakan usaha produktif dan inovatif. Keberadaan ilmuwan dalam arus perubahan desa sangat penting," lanjutnya.

Pada diskusi itu juga tampil Yossy Suparyo, Pegiat Gerakan Desa Membangun (GDM), berbagi cerita tentang inisiatif desa secara mandiri membangun desa. Untuk itu, GDM mengembangkan strategi kreatif dalam pengelolaan sumberdaya desa, seperti pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam tata pemerintahan desa.

"Kami manfaatkan teknologi informasi untuk mempromosikan potensi dan produk unggulan desa. Selain itu, penerapan IT mampu melahirkan pelayanan publik yang prima, pengelolaan data yang akurat, dan pemetaan sumberdaya desa," jelas Yossy sambil menunjukkan program website desa dan sistem informasi desa.

Para civitas akademika Surya University menyambut baik gagasan itu. Para ilmuwan siap mendampingi desa dalam pengembangan dunia pendidikan, ketahanan pangan, dan pengembangan energi. Rektor Surya University, Prof Yohanes Surya, mengatakan para ilmuwan harus aktif menerapkan hasil-hasil risetnya sebagai jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat, tak terkecuali masyarakat desa.

"Bila sekarang muncul Gerakan Desa Membangun, kami berharap ada Gerakan Ilmuwan Pendamping Desa. Kerjasama pegiat desa dan para ilmuwan akan menghasilkan strategi percepatan pembangunan desa," ujar Yohanes Surya.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

“SEJATINYA CINTA”

Posted: 01 Feb 2014 11:28 AM PST

Cuma Pelaut Yang Bisa…..

Posted: 01 Feb 2014 11:28 AM PST

Menjadi Pelaut adalah pilihan, meskipun harus menempuh proses yang cukup panjang dan melelahkan, serta memakan biaya yang tidak sedikit tetap saja cucu-cucu nenek moyang bangsa Indonesia yang memang tersohor dibidang kebahariannya sejak dulu kala masih banyak yang ingin menjadi seorang Pelaut.

13912758141583616868

Pelaut Indonesia Berphoto Narzis Disela-sela Tugasnya

Hamparan luas samudera merupakan ladang bagi Pelaut, tak pandang kapal digoyang topan badai, Pelaut harus tetap tegar menjalankan tugasnya, menjadi seorang Pelaut yang tahan akan goncangan atau ombak biasanya dilantik oleh alam, seperti manusia normal lainnya biasanya pada saat pertama kali join untuk berlayar diatas kapal Pelaut pemula pasti mengalami Seasick atau mabuk laut, dan seluruh isi perut biasanya akan keluar, namun itu tidak akan berlangsung lama, cukup sekali seumur hidup, dan hari-hari berikutnya ombak, alun, topan maupun badai merupakan santapan ringan yang hanya datang sewaktu-waktu disaat cuaca tidak bersahabat.

Banyak hal-hal unik  yang mungkin cuma bisa dirasakan bila anda menjalani profesi sebagai seorang pelaut, dibanding dengan profesi-profesi lainya cuma Pelaut yang Bisa…..:

1. Mengelilingi Dunia 3 x dalam setahun

Wooow, mungkin hal yang tidak mungkin dilakukan profesi lainya, selain Pelaut, anda mungkin berpikir seorang Pilot pesawat terbang pun bisa melakukannya, mungkin saja ya tapi perbedaannya adalah Pilot Pesawat mengeliling dunia tanpa bisa menikmati pemandangan atau panorama negara-negara yang dikelilinginya sementara Pelaut, bukan saja bisa menikmati panorama keindahan negara-negara yang menjadi tempat kapalnya berlabuh tetapi pelaut juga bisa berinteraksi dengan penduduk dan masyarakat sekitar meski berbeda budaya dan bahasa, bahkan tidak sedikit Pelaut Indonesia yang mendapat pasangan hidup dari negara yang disingahinya tersebut.

Berdasarkan pengalaman penulis bekerja diatas kapal Pesiar Holand America Line biasanya Round the World Cruise memakan waktu kurang lebih 4 bulan, dan biasanya kapal berlabuh di 20 sd 30 Pelabuhan manca negara.

13912787041908423547

Crew Kapal Pesiar yang berasal dari Multy Nasionality Menyanyikan lagu "Love In Any Language "

2. Mempunyai teman dari 190 Negara

Sangat memungkinkan bagi Pelaut mempunyai teman dari 190 negara yang berbeda, karena selain Crew kapal yang berasal dari berbagai suku bangsa, khususnya pelaut yang bekerja diatas kapal pesiar setiap cruise bisa berinteraksi dengan sekitar 1000 sd 3000 penumpang kapal atau passenger yang juga berasal dari manca negara, bisa dibayangkan jika 1 cruise memakan waktu seminggu sampai denga 10 hari, berapa banyak penumpang dari berbagai macam negara yang bisa ditemui dan dijadikan sahabat oleh seorang Pelaut.

3. Mengenalkan Tradisi dan Budaya Indonesia

Mungkin bila anda pertama berkunjung ke Costa Rica, Brazil, Cozumel, Fiji, St. Petersburg Rusia atau  negara-negara lainnya yang sering menjadi tempat singgah Pelaut indonesia akan terkejut bila tiba-tiba mendengar alunan musik dangdut dari salah satu Bar atau Restaurant tempat mangkal Pelaut Indonesia. Hal tersebut terjadi bukan karena si raja dangdut bang Hj, Rhoma Irama pernah konser dinegara tersebut tetapi pelaut Indonesia lah yang membawa kepingan CD untuk diputar saat mereka melepas lelah dan bergembira bersama ditempat tersebut.

Karena memang musik nya yang unik dan bisa menghinoptis orang untuk bergoyang, banyak Bar-Bar atau restaurant yang menjadikan musik Dangdut sebagai music untuk menarik para pelanggan yang bukan saja berasal dari Indonesia tetapi juga dari manca negara. Bahkan beberapa pengusaha Bar maupun restaurant sering kali titip CD ataupun DVD music dangdut untuk bisa terus update lagu-lagu yang membawa keberuntungan bagi restaurant mereka.

1391279846727652664

Pelaut Have Fun saat Off duty

4. Have Fun Every Off Duty….

Kembali Penulis ingin mengatakan " Wooow " untuk hal yang satu ini, jangan langsung disalah artikan, mungkin juga ini yang menjadi inspirasi pengarang lagu "Balada Pelaut"… memang tidak bisa disangkal, sebagian Pelaut bagaikan kuda dilepas dari kandangnya saat mereka Off Duty atau mendapatkan day off alias libur untuk 1 sessi kerja, karena Off Duty merupakan kesempatan yang ditunggu-tunggu pelaut, namun perbedaannya Off Duty untuk pelaut tidak seharian penuh melainkan hanya beberapa jam saja, dan setelah itu mereka harus kembali bekerja.

Berbagai macam cara Pelaut menghabiskan waktu saat mereka Off Duty, ada yang keluar besama teman-teman untuk makan direstaurant yang menyajikan makanan khas Indonesia atau oriental, ada juga yang nongkrong di Crew Bar saat kapal berada ditengah laut, atau melancong ke Bar-Bar yang memutar musik dangdut saat kapal berlabuh, Mencari Telpon Umum untuk bisa mendengar suara anak dan istri tersayang, tapi ada juga yang memanfaatkannya untuk tidur sampai waktu kerja berikutnya dan hmmm ada pula seperti image yang digambarkan lagu " Balada Pelaut"… menjadi petualang cinta.he.he..

Masih banyak lagi hal-hal unik yang cuma Pelaut bisa mendapatkannya saat mereka mencari nafkah mengarungi 7 samudera, dengan berkembang pesatnya tehnology dan mudahnya sarana telekomunikasi pada masa sekarang ini pelaut dengan mudah bisa berkomukasi dengan keluarga yang ditinggalkan dirumah sehingga bisa sedikit mengurangi rasa Home Sick atau kangen rumah.

Memang banyak hal-hal menyenangkan yang bisa didapat seseorang yang berprofesi sebagai pelaut, namun tidak sedikit juga hal-hal menyedihkan seperti ditelantarkan para pemilik kapal saat perusahaan perkapalan yang dimilikinya mengalami kebangkrutan, tidak dibayarkannya upah, Updating dan Upgrading sertifikasi pelaut sesuai dengan tuntutan regulasi IMO (International Maritime Organization) dan hal-hal lainnya yang memberatkan profesi pelaut.

Namun seorang Pelaut haruslah tetap tegar, suka maupun duka sudah merupakan kosekwensi dari pilihan jalan hidup untuk menjadi seorang Pelaut.

Keep Move On Pelaut Indonesia, Pelaut Jaya, Indonesia Jaya…. www.iscforum.org

(Photo: Dokumentasi ISCF)

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar