Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Minggu, 23 Februari 2014 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Hegemoni AS, Masihkah Bertahan?

Posted: 23 Feb 2014 12:17 PM PST

"Hegemoni global" dapat didefinisikan sebagai suatu situasi di mana terdapat hanya 1 negara yang mampu memainkan peran utama dalam mengorganisir, mengatur, dan menstabilkan ekonomi politik dunia. Penggunaan kekuatan bersenjata selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari hegemoni tersebut, tapi kekuatan militer tergantung pada sumber daya ekonomi di negara yang bersangkutan. Pendekatan militer semata-mata tidak dapat digunakan untuk menjawab setiap ancaman terhadap kepentingan geopolitik dan ekonomi, dan menimbulkan bahaya lintas negara, seperti yang terjadi terhadap Inggris di Afrika Selatan (1899-1902) dan Amerika Serikat di Vietnam ( 1962-1975 ).

Inggris memegang hegemoni pada tahun 1815-1913, akan tetapi sejak 1890-an negara ini berada di bawah tantangan ekonomi AS dan Jerman, dan saat terjadi 2 perang dunia tidak lagi mampu berfungsi sebagai penjamin emisi ke sistem global.

Hegemoni AS dimulai sejak Perang Dunia Kedua (1939-1945) dan mencapai puncaknya sekitar 30 tahun kemudian. Negara AS masih memiliki kekuatan besardi bidang ekonomi dan politik internasional tetapi belakangan peran itu surut. Supremasi militer tidak lagi cocok di bidang ekonomi dan politik. Bahkan selama hari-hari keemasan pada tahun 1944-1971 AS tidak mampu menghindari kekalahan militer di Vietnam dan "hanya" imbang di Korea. Ada beberapa situasi di mana hegemoni AS dewasa ini mulai surut.

Pada tahun 1950 Amerika Serikat memasok setengah produk bruto dunia, sementara saat ini tinggal 21 persen. Sebanyak 60% produk manufaktur dunia berasal dari AS, sementara pada tahun 1999 tinggal 25% saja. Untuk ekspor jasa komersial, sektor yang paling berkembang dalam ekonomi global, AS menyumbang 24% pada tahun 2001, sementara Uni Eropa sebanyak 23% atau 40% jika ekspor diantara persekutuan negara ini dihitung.

Pada tahun 2002 saja, dominasi sektor industri mulai ditempati oleh perusahaan non AS. Dominasi itu meliputi 9 dari 10 industri elektronik terbesar, 8 dari 10 industri otomotif, 7 dari 10 perusahaan penyulingan minyak, 6 dari 10 perusahaan telekomunikasi, 5 dari 10 perusahaan farmasi, 4 dari 6 industri kimia, dan 4 dari 7 perusahaan penerbangan. Dari 25 bank terbesar di dunia, 19 diantaranya adalah perbankan non AS, sekalipun posisi puncak Citibank dan Bank of America belum tergeser.

Pada saat yang sama, dalam kelompok 2000 perusahaan dunia yang memiliki asset di banyak negara asing, terdapat 23 perusahaan AS. Sementara secara bersama-sama, Inggris, Prancis, Jerman, dan Belanda (yang GDP-nya 1/70 AS) memiliki 40 perusahaan, Jepang 16 perusahaan. Bahkan pada 1990, dalam transaksi saham diantara 100 perusahaan multinasional terbesar dunia, pengaruh AS berkurang dari 30% menjadi 40%, sementara di saat bersamaan Uni Eropa meningkat dari 41% menjadi 46%.

Nilai investasi asing langsung (FDI, Foreign Direct Investment) perusahaan-perusahaan AS pada tahun 2001 adalah 21%, menurun tajam dibandingkan sebesar 47% pada tahun 1960. Sepanjang 1996-2001, transaksi investasi asing baru yang berasal dari AS sebanyak 16% sementara Inggris 16%, dan Prancis bersama-sama Belgia dan Luksemburg mencatatkan saham sebesar 21%.

Dalam keuangan global, pengaruh AS tidak hanya kurang dominan, tetapi juga rentan. Peranan mata uang dolar sebagai mata uang utama dunia mulai terkikis sejak 1970-an. Pada 1981-1995, jumlah tabungan swasta yang dinominasikan dalam mata uang Eropa telah meningkat dari 13% menjadi 37%Antara 1981 dan 1995, porsi tabungan dunia swasta diselenggarakan dalam mata uang Eropa meningkat dari 13 persen menjadi 37 persen, sedangkan pangsa dolar turun antara 40-67%. Sebanyak 40% obligasi baru telah diterbitkan dalam euro sejak mata uang baru itu diperkenalkan pada tahun 1999, mendekati 48% yang dikeluarkan dalam bentuk dolar. Cadangan devisi yang dipegang oleh bank-bank sentral di seluruh dunia tinggal 50%, melorot tajam dibandingkan dengan kisaran 76% pada tahun 1976. Pada tahun 2001, proporsi itu kembali naik menjadi 68%, Setengah cadangan devisa yang dipegang oleh bank-bank sentral dunia yang terdiri dari dolar pada tahun 1990 dibandingkan dengan 76 persen pada tahun 1976 , proporsi naik kembali ke 68 persen pada tahun 2001 karena pengurangan cadangan oleh bank-bank di Uni Eropa untuk membuka jalan bagi euro. Untuk pertama kali sejak Perang Dunia II, pembayaran secara universal telah menggunakan mata uang di luar dolar.

Sejak tahun 1970, AS mengalami deficit perdagangan, sesuatu yang terjadi pertama kali dalam 80 tahun. Hanya pada tahun 1973 dan 1975, nilai ekspor melampaui nilai impor. Transaksi berjalan yang sudah sejak 1895-1977 selalu mengalami surplus, lepas masa itu kemudian merosot tajam. Investasi domestik AS berkurang dibandingkan dengan investasi di luar negeri pada tahun 1990. Pada tahun 2002, untuk pertama kali saldo investasi AS negatif.

Deficit transaksi berjalan kemudian ditutup dengan utang. Pada 2002, AS membubuhkan rekor utang luar negeri sebesar 503 miliar dolar, yang berarti hampir 4,8% dari GDP. Ini merupakan kejadian merangkak di mana sejak 1986, AS berubah menjadi negara pengutang.  Aset asing di AS kini sebesar 2,5 triliun dolar lebih besar dibandingkan dengan asset AS di luar negeri.  Perusahaan AS terus berinvestasi di luar negeri, akan tetapi tidak dapat dilakukan dengan pendapatan saat ini. Sementara itu, tingkat surplus neraca Inggris telah meningkat 4-5% dibandingkan PDB tiap tahun pada 1895-1913.

Oleh sebab itu, menghadapi ekonomi domestic yang merosot sejak dekade 1970-an, AS semakin gencar dalam mempromosikan perdagangan internasional. Menunjuk kepada Undang-Undang Tarif 1974, AS bisa mengajukan gugatan hukum terhadap negara manapun yang kesepakatan perdagangan, atau apabila suatu negara melakukan diskriminasi yang tidak masuk akal dan membatasi aktivitas perdagangan AS. Bentuk kesepakatan baru seperti "Orderly Marketing Agreement" telah dipaksakan kepada Korea Selatan, Hong Kong, dan Taiwan pada tahun 1973 untuk membatasi perdagangan kapas dan tekstil sintesis ke AS. Pada tahun 1981, AS berhasil mendesak Jepang untuk memperlambat laju ekspor otomotifnya. Bahkan GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) ditunda pemberlakuannya pada 1982 karena sikap menentang Eropa terhadap usulan AS, tetapi tidak diikuti putaran perundingan baru.

Untuk selanjutnya, AS memainkan pedang ganda: melakukan perundingan bilateral atau memaksakan kebijakan-kebijakan perdagangan multilateral. Sebagai hasilnya, tercapai kesepakatan perdagangan bilateral dengan negara-negara Karibia (1984), Israel (1985), Kanada (1988), dan Meksiko (1994).

Pemerintah AS semakin panic dan kemudian memakai perisai Undang-Undang Tarif 1974 untuk memerangi agresivitas ekonomi asing. Dengan UU ini ratusan penyelidikan terhadap kesepakatan perdagangan dilakukan. Pada Oktober 1993, jumlah penyelidikan terbesar dilakukan terhadap Jepang, yang dituding melanggar kesepakatan 1981 mengenai ekspor otomotif. Tarif 100% dikenakan terhadap 13 mobil buatan Jepang dan memaksa negeri sakura itu untuk menderegulasi perdagangan komponen otomotif supaya ratusan ribu produk onderdil AS dapat masuk ke Jepang. Kesepakatan baru diresmikan 1995 saat Jepang bersedia secara samar-samar untuk menderegulasi komponen suku cadang dan meningkatkan layanan dealer bagi mobil buatan AS. Tetapi para pemain otomotif Jepang sama sekali tidak menggubris kesepakatan itu karena tidak bisa mengerem laju ekspor mobil Jepang ke AS.

Pada tahun 1998, AS terhempas akibat kekalahan 3 tuntutan mereka di WTO (World Trade Organization). Pada bulan Januari, panel WTO memutuskan bahwa dukungan pemerintah Jepang terhadap Fuji untuk bersaing dengan Kodak bukanlah suatu bentuk pelanggaran perdagangan bebas. Pada bulan Mei, WTO memutuskan AS tidak berwenang untuk membatasi impor udang. Pada bulan Juni, panel banding WTO mengizinkan Uni Eropa untuk melindungi peralatan computer dan industry telekomunikasi dengan sistem tarif.

AS kemudian mengajukan complain soal pembatasan kuota impor pisang Uni Eropa, yang dibatasi hanya dari bekas koloni mereka di Afrika dan Karibia. AS juga menggugat larangan impor hormone pertumbuhan sapi di Uni Eropa. Pada April 1999, WTO menerima complain AS dengan meminta Uni Eropa agar membuka akses lebih luas untuk impor pisang. Demikian pula untuk hormone pertumbuhan sapi, WTO memutuskan kebijakan Uni Eropa itu illegal, akan tetapi memutuskan pula bahwa ganti rugi yang diberikan kepada AS sebesar 128 juta dolar, dari tuntutan awal 900 juta dolar.

Uni Eropa memukul balik. Pada Juli 1999, sebuah panel WTO menyetujui gugatan Uni Eropa dan memerintahkan pembatalan UU Penjualan Korporasi Asing AS (1971) karena di dalamnya mengatur subsidi terselubung. Putusan ini merupakan kekalahan terbesar AS dalam diplomasi dagang.  Berdasarkan UU ini, sekitar 6000 perusahaan AS telah menikmati keringanan pajak hingga 30%. Caranya: mendirikan anak perusahaan untuk ekspor di negara "tax heaven" seperti Bermuda dan Barbados. Keringanan pajak itu dinikmati hingga nilai 1 miliar dolar untuk Boeing dan General Elektric (1991-2000) dan mencapai lebih dari 500 juta dolar untuk Motorola, Honeywell, Caterpillar, dan Cisco. Berkali-kali usaha Uni Eropa untuk membatalkan ketentuan itu dikritik pemerintah AS akan menciptakan bom nuklir dalam perdagangan internasional.

Presiden Bush pada tahun 2002 menciptakan blok permusuhan lagi saat menerbitkan aturan untuk menekan laju impor baja dari Asia, Eropa, dan Amerika Latin. Uni Eropa, bersama-sama Jepang, China, Korea Selatan, Selandia Baru, Swiss, Norwegia, dan Brasil, mengancam akan memberikan balasan. Sementara, kalangan pelaku usaha AS mengeluh bahwa akibat aturan itu mereka tidak lagi dapat memperoleh baja dalam kualifikasi khusus yang mereka butuhkan. Akibatnya, AS mengalah dan menghapus ketentuan itu. Tetapi segera memberlakukan tarif 369% atas impor baja dari Kanada, Brasil, Meksiko, dan Ukraina. Pada Maret 2003, WTO memutuskan aturan itu illegal, yang memperpanjang daftar kekalahan AS dalam kancah perdagangan global.

Hanya dalam sektor pertanian AS begitu defensif. Dua tahun sesudah kekalahan menyakitkan di WTO soal baja, Presiden Bush menandatangani UU yang mengizinkan pemerintah untuk memberikan subsidi kepada produk pertanian dengan meningkatkan anggaran negara sebesar 80% dan itu diperkirakan menghabiskan kira-kira 190 miliar dolar dalam 10 tahun. Keputusan Bush dianggap merusak komitmen perdagangan global yang dirumuskan di Jenewa untuk memangkas subsidi pertanian, yang mestinya akan diberlakukan juga untuk Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan. Pada bulan Mei, AS bersama-sama dengan Kanada dan Argentina mengajukan keberatan kepada WTO atas penundaan penghapusan subsidi rekayasa genetic di Uni Eropa. AS juga berhasil memaksa Mesir untuk meninggalkan kesepakatan serupa dengan Uni Eropa.

Tetapi pertempuran abadi AS dengan Eropa berlangsung dalam industry penerbangan: antara Boeing dan Airbus. Sebanyak 4 negara—dengan subsidi dan pinjaman—membangun Airbus untuk menjadi lawan Boeing pada tahun 1970. AS tentu saja mengkritik itu, tetapi Airbus berdalih bahwa terhadap Boeing AS pun melakukan perlindungan besar dari pengadaan pesawat militer hingga misi angkasa luar. Saat Airbus meningkat kinerjanya hingga 30% akibat pesanan pesawat baru yang mulai marak pada 1992, maka sebuah kekalahan baru bagi AS nampaknya mulai menganga. Tetapi, produsen komponen pesawat tidak bisa dipengaruhi perseteruan politik. General Eletric dan Lockheed Martin terus saja memasok kebutuhan komponen pesawat. Bahkan pada 1997, Boeing memasok suku cadang senilai 2 miliar dolar, yang menhasilkan 60 ribu lapangan kerja di Eropa. Bahkan, beberapa perusahaan AS atau anak perusahaan mereka di Eropa, masih mengerjakan pesanan Airbus. Pada tahun 2001, Airbus berhasil menggeser Boeing dalam produksi pesawat komersial, disusul keberhasilan berikutnya melayani pesawat militer untuk 7 negara Eropa. Dan sekarang bahkan menjadi perusahaan terkemuka untuk pesawat komersial. (Ingat, tahun 1998, IMF—yang dikendalikan Eropa—memberikan utang kepada Indonesia, dengan konsekuensi Indonesia harus menutup atau mencabut subsidi kepada pabrik pesawat kita, PT DI. Nampaknya supaya kelak tidak menjadi saingan penting bagi Airbus.)

Jangan lupa, sanksi ekonomi kepada "musuh" AS yang berhasil hingga sebelum 1970, pada tahun 1980-an tingkat keberhasilannya hanya 10%. Sanksi ekonomi kepada Kubah diremehkan, bahkan oleh Inggris, yang pada tahun 1982 sukses menggagalkan perdagangan turbin dan perlengkapan lainnya untuk pembangunan pipa gas dari perusahaan AS kepada Jerman (waktu itu) Barat.

Pada tahun 1998, AS nampaknya dipaksa untuk meringankan sanksi bagi perusahaan AS yang memiliki property di Kuba. Sebagai gantinya, Uni Eropa bersedia untuk membatasi jual beli senjata ke Libya dan Iran. Bagaimanapun, pemerintah AS memperoleh kecaman dari pengusaha domestic bahwa di kedua negara itu,  hanya Eropa yang memetik keuntungan dalam bisnis dan perdagangan.

Jangan lupa, China pun mulai bangkit secara ekonomi, yang berpotensi untuk mengikisi habis dominasi AS selama 50 tahun terakhir. Membanjirnya barang-barang elektronik dengan mutu yang bagus dari Singapura dan Jepang, merangsang negara-negara di Asia Timur untuk menciptakan zona perdagangan bebas. Bagaimanapun, Asia adalah kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat.

Sementara itu, Eropa makin gencang berbisnis di Amerika Latin. Dari 25 perusahaan asing terbesar di kawasan ini, 14 adalah perusahaan Eropa, sedangkan sisanya dari AS. Untuk itu, AS berusaha merangkul negara Amerika Latin untuk mencapai kesepakatan perdagangan bebas bilateral, seperti terhadap Chile, Kolombia, Dominika, dan 5 negara di Amerika Tengah. Tetapi negara dengan potensi ekonomi tinggi seperti Brazil dan Argentina menjalin kesepakatan serupa dengan Uruguay dan Paraguay sejak 1991. Persekutuan ekonomi ini menjadi kekuatan terbesar ketiga dunia sesudah Uni Eropa dan NAFTA.  Brazil dan sekutunya berusaha memperluas keanggotaan persekutuan itu ke negara Amerika Latin lain, sembari meningkatkan kerjasama dengan Uni Eropa.

AS nampaknya harus menghadapi kenyataan baru dalam pergulatan politik dan ekonomi global. Bagaimanapun, peran hegemoni negara itu masih nyata, walaupun sudah mulai terkikis dalam banyak momen dan fakta. Barangkali itulah kelemahan AS dewasa ini.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Capres Militer Idola Publik ?.

Posted: 23 Feb 2014 12:17 PM PST

Publik saat ini masih mengidolakan tokoh berlatarbelakang militer, untuk menjadi calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) pada Pemilu 2014. Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar S Bakry mengatakan, publik ternyata masih mendambakan Capres dan Cawapres yang berlatarbelakang militer. Karena, selalu mengemuka dalam benak pikiran. Begitukah ?.

Pendangan demikian tak lain adalah untuk pengembangan opini sebelum merilis hasil survey yang mengunggulkan calon dari militer. Trik-trik penggiringan  opini tak lebih tak kurang  sama dengan methode   untuk menciptakan  Jokowi sebagai capres unggulan yang dimulai dari sosok Jokowi yang mengganti mobil dinasnya dengan mobil Esemka dan proyek mercusuarnya yang pada realitasnya tak seindah pemberitaannya.

Publik sudah terbiasa dijejali  analisa politik untuk tujuan penggiringan opini. Dont talk more, just do it, jangan banyak bicara, kerjakan saja, dalam dunia politik memiliki  berbagai arti atau makna sendiri.  Jika sudah berkuasa memang  seharusnya tak banyak bicara, kerja dan bekerja, tunjukan prestasi. Idealnya seperti itu. Yang bayak bicara adalah orang yang ingin berkuasa, setelah berkuasa orientasinya duit. Dibantu oleh penggiringan opini untuk mencapai target kekuasaan, umumnya setelah berkuasa, tak banyak bicara, baru berbicara dan gaduh saling lempar tanggung jawab kalau ketahuan terjadi korupsi.

Analisa politik bisa kemana mana tergantung kepentingannya. Sulit memprediksi politik di Indonesia karena motivasinya masih seperti saat ini.  Menjadi Bupati, menjadi Gubernur, menjadi presiden, menjadi anggota perwakilan rakyat  sama saja akan bersentuhan dengan anggaran keuangan negara. Dengan biaya politik yang tinggi, partai masih mengandalkan sumber keuangan negara, para politikuspun demikian. Namun partai tetap bersih, yang mencari uang adalah para kadernya. Adalah sebuah realitas yang tidak dapat ditampik karena sumber keuangan para kader adalah keuangan negara.

Uang mahar untuk  kontestan dengan alasan untuk biaya kampanye. Biaya kampanye yang begitu besar adalah untuk biaya bujukan yang sesungguhnya tak perlu ada bujukan kalau rakyat mempercaya kontestan memiliki integritas.

Pendapat capres militer menjadi idola publik itu ngawur besar. Yang didolakan rakyat adalah capres yang memiliki integritas. Harus diingat pula, bahwa hubungan sosial masyarakat Indonesia masih kental  sifat kekerabatan baik dari hubungan keluarga maupun etnis.  Dengan menyebut etnis, seseorang dapat tersinggung dan analisapun kemana kemana untuk pembenaran ketersinggunganya.  Ini merupakan ciri dari masyarakat yang masih menjaga hubungan kekerabatan sehingga membentuk komunitas etnik baik dalam lingkungan tempat tinggal maupun organisasi.

Calon presiden peserta konvensi Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo memiliki prasyarat untuk maju dalam Pemilihan Presiden 2014 mendatang. Latar belakang sebagai tentara menjadi modal yang tidaklah kecil. Kalimat ini saya copas dari sebuah media online. Jika kita membandingkan analisa dari lembaga survey diatas memiliki korelasi untuk mengankat nama  Edhi Wibowo atau Prabowo Subianto.

Peran lembaga survey dan analis politik dalam dunia politik saat ini lebih banyak dalam bidang komersial sehingga sangat mungkin hasil survey dan analisa politik berlatar belakang komersial memanfaatkan moment pesta demokrasi.  Menjamurnya rilis lembaga survey dan analisa politik yang bombastis mengunggulkan  berbagai sosak capres yang idola, justru membuat kabur sosok capres yang sebenarnya.

Fenomena seperti ini, menyebabkan  secara psikologis publik akan lebih cenderung memilih berdasarkan etnis.  Dengan demokrasi yang berkembang seperti saat ini, walaupun negeri  ini berpenduduk beragam etnis, bukan tidak mungkin presiden mendatang akan berasal dari etnik Jawa karena memang Indonesia mayoritas penduduknya adalah etnik Jawa.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Politisi Sibuk Bicara tentang Jokowi

Posted: 23 Feb 2014 12:17 PM PST

OPINI | 24 February 2014 | 02:39 Dibaca: 7   Komentar: 0   0

Banyak sekali saya lihat para politisi menyibukkan diri bicara tentang seorang jokowi. Mulai dari politikus kelas kambing sampai ke Politikus yang mempunyai keinginan untuk menjadi Presiden. Entah apa pula yang ada dalam benak mereka. Selalu ada bahan yang dijadikan untuk dibicarakan. Mulai dari topik banjir sampai ke topik Edward Snowden. Seperti ini http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/02/22/politisi-demokrat-jokowi-cari-perhatian

http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/02/23/marzuki-alie-jokowi-lagi-banyak-masalah-sadap-untuk-alihkan-isu

Tapi saya belum melihat tulisan yang mengatakan Jokowi menyerang seseorang. Apakah Indonesia masih percaya dengan issue isapan jempol?

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

pendidikan, milik siapa ?

Posted: 23 Feb 2014 12:17 PM PST

Pendidikan, milik siapa ?

.

13931835611168307275

dimana negara :(

Kata pendidikan sering kali kita dengar di semua lapisan baik di
lapisan masyarakat atas, menengah, dan bawah. Tetapi di lapisan
masyarakat bawah nampak nya sering berpendapat bahwa pendidikan
(sekolah) adalah tempat nya orang-orang yang mampu atau elit. Berapa
ratus orang atau berapa ribu orang bahkan berapa juta orang yang putus
sekolah karena faktor biayaya yaitu faktor ekonomi, mungkin di
lingkungan kita sendiri entah teman-teman sebaya, sahabat, tetangga,
sanak saudara dan bahkan mungkin keluarga dari dari kita pun baik adik
maupun kaka putus sekolah di tengah jalan tidak lain karena faktor
biaya ekonomi. Sekarang kita berada di zaman demokrasi ini bukan di
zaman kolonial belanda dimana orang yang berhak mengenyam pendidikan
ialah anak-anak pejabat, gubernur, jendral atau kedudukan lainya pada
saat itu, sedangkan kuli-kuli pasar, nelayan, dan petani anak-anak nya
dilarang sekolah dan pintar, pada zaman nya waktu itu (miris). Namun
gimana era demokrasi saat ini dalam pendidikan.

Mengacu pada UNDANG-UNDANG DASAR 1945 pasal 31 ayat 1 s/d 4 tentang
pendidikan & kebudayaan.

1. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.

3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan suatu keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang di atur dengan
undang-undang.

4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurang nya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
anggaran pendapatan dan belanja daerha untuk memenuhi penyelenggaraan
pendidikan nasional.

Atau coba kita liat pasal 26 ayat 1 DUHAM PBB tahun 1948 Setiap orang
berhak memperoleh pendidikan dengan cuma-cuma, setidak-tidaknya untuk
tingkatan sekolah rendah dan pendidikan dasar. Pendidikan rendah harus
diwajibkan. Pendidikan teknik dan kejuruan secara umum harus terbuka
bagi semua orang, dan pendidikan tinggi harus dapat dimasuki dengan
cara yang sama oleh semua orang, berdasarkan kepantasan
.
Setidaknya dari UUD 1945 pasal 31 ayat 1 s/d 4 dan pasal 26 ayat 1
DUHAM PBB tahun 1948 kita sebagai warga negara berhak mendapatkan
pendidikan tanpa di beda-bedakan dan negara memang di wajibkan untuk
membiayayai, dan penyelenggaran sistem pendidikan nasional juga sudah
di atur dalam UU sisdiknas no 20 tahun 2003 telah dijelaskan secara
rinci mengenai segala bentuk pendanaan pendidikan di indonesia.
Lalu pertanyaan yang paling mendasar ialah, sudahkah pendidikan di
rasakan oleh semua kalangan ? Tentu jawaban nya belum, karna masih
banyak saudara-saudara kita yang sampai detik belum pernah mengenyam
pendidikan atau bangku sekolah, bahasa yang sering kita pakai. Memang
sekolah dasar (SD N), sekolah menengah pertama (SMP N), dan sekolah
menengah atas (SMA N) atau sekolah menengah kejuruan (SMK N) itu sudah
gratis walaupun terkadang masih sering kita jumpai sekolah-sekolah
yang meminta kepada murid (pungutan liar) atau spp yang akal-akal.

Kadang pemerintah lupa walaupun pemerintah gratis kan sekolah-sekolah
negeri namun pada kenyataan nya kita sering jumpai di jalanan
anak-anak yang harus nya sekolah dan belajar dan bermain riang dengan
teman sebaya nya. Mereka sering kita lihat di lampu merah, angkot,
metromini, di mol dll, untuk mengais rezeki. Lalu kita bertanya
mengapa mereka tidak sekolah kan sekolah sudah gratis sekarang ?, kita
sering lupa bahkan pemerintah yang selalu nungu bola, walaupun
sekolah-sekolah sudah di gratiskan, mereka butuh seragam yang layak
dan sama-sama dengan teman-teman nya tanpa ada perbedaan, mereka butuh
sarapan saat mau berengkat ke sekolah apa mungkin mereka ke sekolah
tanpa sarapan, saya rasa tidak dan itu akan menghambat masuk nya
pelajaran, gimana dengan alat-alat tulis mereka ?. Dan gimana kalo itu
terjadi pada adik kita atau sanak saudara.

Pemerintah yang lamban dalam kepekaan dengan keadaan saudara-saudara
kita yang seperti itu. Pemerintah selalu menunggu bola, mengapa
pemerintah tidak menjemput atau mendatangi saudara-saudara kita secara
langsung, pemerintah tahu betul bahwa masyarakat kita adalah orang
yang kurang berpendidikan dan selalu berfikir pendidikan itu mahal dan
hanya orang kaya yang mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya. 69 tahun
bangsa indonesia merdeka dan sampai detik ini kita masih di
perlihatkan dan dipertontonkan dengan keadaan yang semakin hari
semakin kacau, sudah saat nya kita bilang putus lingkaran kemiskinan
dengan pendidikan. #saveRI #savePendidikan

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Prabowo-Risma (PRISMA) Vs Jokowi-Puan (JOP)

Posted: 23 Feb 2014 12:17 PM PST

13931829651898023055

Prabowo-Risma (PRISMA) vs Jokowi-Puan (JOP) Sumber foto : Munir.doc

Jika benar Risma mundur dari jabatannya sebagai Walikota Surabaya, maka ini akan meramaikan bursa pencapresan 2014. Apalagi Risma mundur di tengah mendidihnya polemik internal PDIP terkait kontroversi penempatan Wakil Walikota Surabaya yang juga berasal dari partai besutan Megawati itu.

Curhat dan melempar isu kemunduruan diri Risma, tak saja mengharukan masyarakat pencintanya, tapi juga menghela Risma masuk ke dalam bursa Pilpres 2014. Entah Risma sadar atau tidak, ia kini digadang-gadang menjadi salah satu capres atau cawapres potensial.

Gejala meng-endorse keuntungan politik menjelang pemilu 2014 pun mulai terendus. Satu per satu partai-partai besar mulai bersimbiosis dengan Risma. Golkar misalnya, tak malu-malu menengadakan tangan ingin menadvokasi Risma melalui undangan Prio Budisantoso. Tak heran bila partai-partai lain pun diam-diam merangsak masuk dalam urusan Risma.

Riak partai-partai besar yang ingin menggaet Risma mulai nampak di permukaan. Terutama partai Gerindra yang semakin transparan dan fulgar menunjukkan gelagat itu. Apalagi sikap Gerindra itu punya sebab-musabab secara historical dengan PDIP.

Prabowo yang konon geram dengan sikap PDIP yang mengkhianati konsensus lima tahun lalu (2009), tentu keukeh menggaet Risma. Motivasinya jelas, yakni menjadikan Risma sebagai cawapres Prabowo (Prabowo-Risma/PRISMA).

Paket PRISMA ini dihitung mampu mengobrak-abrik elektabilitas Jokowi dan PDIP. Untuk menghadang Jokowi, memang mesti mencari figur sepopulernya. Hampir semua partai mencari formula itu. Dan untuk saat ini, Risma lah sosok yang tepat diperhadapkan dengan Jokowi.

Jika menakar konteks politik saat ini terkait bursa calon presiden dan wakil presiden 2014, maka posisi Jokowi sedang di atas angin. Meski akhir-akhir ini, ia diserang habis-habisan oleh industri berita dan opini. Tapi popularitasnya masih saja terjaga. Hampir semua partai-partai besar sulit menemukan rumus untuk meluruhkan akseptabilitas Jokowi di tengah-tangah masyarakat.

Di tengah-tengah galau politik akut itu, pasca penampilan Risma di Mata Najwa (Metro tv), semua partai bangun dan terjaga. Kiprah Risma yang jauh lebih populis dengan prestasi yang seukur dengan Jokowi, diendus sebagai magnet dahsyat untuk menarik perhatian masyarakat Indonesia.

Hujan simpatik yang meluas pada Risma, dianggap kekuatan alam untuk menghadang Jokowi. Bila Jokowi dengan prestasi dan pembawaan sikapnya mampu memperdayai subyektifitas masyarakat Indonesia, maka hal tersebut pun sama persis seperti Risma. Sementara ini, sosok Risma begitu kuat menghela subyektifitas masyarakat untuk mendudukannya sebagai perempuan cekat dan pemimpin masa depan.

Sebagai capres berpengalaman, Prabowo memahami betul kehadiran Risma sebagai kekuatan yang tepat untuk mematahkan Jokowi di Pipres 2014. Tepatnya PRISMA (Prabowo-Risma) adalah paket calon presiden dan wakil presiden yang diharapkan kelak.

Beberapa menit lalu saya membaca analisis seorang pengamat politik muda. Ia katakan "Prabowo lah yang paling rasionable menggaet Risma". Sebenarnya alasan rasionalitas Prabowo-Risma (PRISMA) tak cukup kuat dan mendasar, bila hitungannya karena elektabilitas Prabowo  membayangi Jokowi.

Hemat saya, soal penting saat ini adalah belum ada rumus yang bisa menyederhanakan seberapa bisa Prabowo berpasangan dengan Risma? Toh partai besar seperti Golkar, Demokrat dan PAN pun memiliki peluang yang sama untuk menggaet Risma. Mungkin ini juga yang sedang Prabowo fikirkan? Prabowo-Risma (Prisma) mungkinkah? Wallahualam. []

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Prabowo-Risma akan menjadi Pesaing Kuat mengalahkan Jokowi

Posted: 23 Feb 2014 12:17 PM PST

Alhamdulillah Tulisan Siapa yang Beruntung Meminang Tri Rismaharini menjadi Cawapres ? berhasil menjadi TA setidaknya lumayan banyak yang Baca dan memberi Komentar senang rasanya oke kelanjutan dari Artikel tersebut Penulis merasa Pasangan Prabowo-Risma dengan singkatan ( Paris ) akan menjadi Magnet tersendiri untuk Partai Gerindra untuk Pilpres mendatang makanya dalam Pileg pada bulan April nanti setidaknya para Kader-kader Gerindra akan Mati-matian melakukan semua daya upaya yang Gencar untuk bisa meloloskan partainya di Posisi 4 Besar sehingga bisa Mencapreskan Bapak Prabowo di Pilpres 2014.

Bu Risma adalah Magnet yang sangat-sangat Kuat Apalagi setelah tampilnya beliau di Mata Najwa menambah lagi Calon yang pantas di Pilih dalam Pilpres nanti memang Indikasi kesana kecil tetapi biasanya dalam Pemilu di Indonesia Pasca Reformasi semua bisa terjadi contohnya adalah Pasangan SBY-Budiono di Pilpres 2009 banyak kejutan terjadi dan Intrik di dalamnya , Indonesia butuh Pemimpin yang mau dan Berani Berkata Inilah Bangsaku yang Kuat dan Berdikari bukan cuma Perkataan saja tetapi harus disertai Tindakan dan itu sudah bisa diperlihatkan oleh Sosok Bu Risma yang dicintai Rakyat Surabaya juga Rakyat Indonesia. Coba pelan-pelan tanya ke tetangga Anda kenal Bu Risma pasti jawabannya kenal Walikota Terbaik Dunia bulan Februari versi City Mayors dan sekali lagi tanyakan pada para Mahasiswa yang Anda kenal Sosok Bu Risma pasti akan langsung di jawab dengan Lugas , itulah mengapa Penulis sangat-sangat berharap sekali beliau bisa selalu menjadi Salah satu dari Pemimpin Indonesia nantinya.

Jika nanti akhirnya Gerindra sebagai Partai yang memang saat ini menginginkan Bapak Prabowo bertarung di Pilpres 2014 sudah tidak bisa dan tidak ada jalan lain kecuali meraih dukungan dari Rakyat dan itu bisa terjadi jika Berani meminang Bu Risma menjadi Cawapres , akan banyak kejutan yang terjadi dan mungkin pasangan ini akan bisa melaju kencang meninggalkan para Capres-capres lain apalagi Jokowi yang sampai saat ini belum jelas apakah dicalonkan PDIP atau tetap menjadi Gubernur DKI Jakarta. Bu Risma pasti akan berpikir lebih dalam jika beliau akhirnya bisa menjadi Wakil Presiden akan banyak membantu membereskan masalah-masalah di Indonesia oleh tangan beliau yang sendiri akan langsung terjun dan memeluk dengan hangat Rakyat Indonesia yang saat ini dilupakan Pemimpinnya.

Bu Risma akan bisa merubah Indonesia dengan semua Impian yang di cita-citakan Pahlawan Bangsa dan tidak hanya Rakyat Surabaya mendukung semua para Pemilih akan langsung menentukan Pilihannya inilah Tokoh Harapan Indonesia yang diharapkan selama ini , Dinamika Politik akan terus berlanjut sebagai Rakyat Indonesia yang sangat-sangat mencintai Negeri ini hanya bisa berharap bahwa Indonesia kembali memiliki Pemimpin yang TEGAS , AMANAH dan PEDULI bukan cuma Slogan saja bagus atau Baliho sebesar Gajah dan cuma mengotori Lingkungan yang dilakukan oleh Partai-partai yang Oknum-oknum Kadernya menjadi Koleksi Kebun Koruptor . Intinya sudah Bukan Rahasia lagi bahwa Rakyat Indonesia semakin terpuruk dan susah membeli Kebutuhan Pokok itu disebabkan oleh para Penguasa dan Petinggi Partai yang saat ini Memimpin bersama-sama Koalisinya.

Jangan lagi menyerahkan Bangsa ini ke Kelompok yang Petingginya saja menjadi Garong-garong Uang Negara cukuplah 10 Tahun Mereka menikmati Kemewahan di atas Penderitaan Rakyat.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar