Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Jumat, 24 Mei 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Seberkas Kisah Cinta

Posted: 24 May 2013 11:14 AM PDT

Menjadi Ikan yang Besar aja di Kolam yang Kecil

Posted: 24 May 2013 11:14 AM PDT

Cara Klaim Paket yang Hilang pada Pengiriman JNE

Posted: 24 May 2013 11:14 AM PDT

REP | 25 May 2013 | 00:52 Dibaca: 30   Komentar: 0   Nihil

Jasa paket pengiriman saat ini semakin banyak jumlahnya. Tidak terkecuali JNE yang semakin bertambah banyak agennya dibeberapa daerah. Ini terbukti dari beberapa bulan saja terbuka agen JNE baru didaerah saya. Tentu saja ini akan memberikan nilai plus dan minus buat anda sebagai pedagang online. Dan dalam tulisan kali ini akan memberikan sedikit info tata cara klaim paket yang hilang JNE dalam pengiriman produk, seperti yang telah saya alami sendiri untuk paket cream sari kosmetik beberapa minggu yang lalu.

Silahkan lihat pada foto diatas untuk mengetahui contoh surat klaim yang saya buat sendiri. Menurut saya tidak harus sama seperti diatas, intinya adalah klaim yang menyatakan bahwa barang kita hilang dengan rincian dari resi pengiriman. Termasuk situs JNE yang menampilkan keterangan "Barang Hilang". Jangan lupa untuk foto copy resi anda sebelum menyerahkan ke agen jne. Jadi yang kita serahkan saat melakukan klaim adalah Surat klaim, foto copy ktp dan resi asli.

Setelah menunggu sekitar 1 minggu dan  belum ada kabar dari agen JNE anda, silahkan telpon CS JNE atau cabang JNE di mana anda berada.  Dan tanyakan perihal klaim barang yang telah anda ajukan tersebut. Setelah usaha sudah anda lakukan tinggal anda berdo'a supaya dapat ganti sesuai dengan kesepakatan yang telah JNE buat. Nah, seperti apa kesepakatan tersebut. Lanjut kebawah.

Berikut ini adalah kesepakatan JNE yang mungkin belum anda ketahui, yaitu JNE hanya mengganti sebanyak 10 kali biaya kirim. Kasus pertama, jika biaya kirim anda Rp 12.000 maka ganti rugi yang diberikan JNE adalah Rp 120.000. Meskipun harga barang yang anda kirim lebih dari Rp 120.000 atau contohnya Rp 400.000, ganti rugi tetap 10 kali lipat biaya kirim.

Namun apakah terjadi sebaliknya jika biaya kirim lebih besar jika dikalikan 10? Contoh kasus kedua, anda mengirim barang ke jayapura, biaya kirim Rp 90.000 dan barang anda hilang. Maka, ganti rugi yang diberikan bukan Rp 900.000. Namun, sesuai dengan harga produk anda. Misalkan harga produk anda Rp 500.000, maka uang yang akan diganti adalah rp 500.000. Artinya anda masih untung meski tidak diasuransikan.

Apa fungsi asuransi di JNE? Jika sudah paham kasus pertama dan kedua diatas, maka kita lihat apa fungsi asuransi di JNE. Yaitu untuk memberikan ganti rugi sepenuhnya jika barang anda hilang/rusak.  Asuransi ini sangat cocok untuk kasus yang pertama. Jika nilai barang anda mahal dan biaya kirim murah, maka sebaiknya diasuransikan. Mungkin juga anda pernah melihat tulisan di setiap agen JNE seperti "Barang yang nilainya lebih dari 10 kali ongkos kirim, sebaiknya diasuransikan".

Demikian tulisan saya mengenai cara klaim paket yang hilang JNE dimana beberapa waktu lalu pernah saya alami sendiri. Dan tentu saja kita berharap tidak ada masalah dengan setiap transaksi atau pengiriman paket yang kita kirim. Semoga bermanfaat buat sahabat sekalian. Salam sukses widjiume

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Kota dengan Simbol: Solusi Sederhana Mengubah Perilaku Lebih Urban

Posted: 24 May 2013 11:14 AM PDT

Dalam sesi diskusi di akhir perkuliahan teori rancang kota, dosen yang saat itu bertugas mengajar melemparkan pertanyaan yang sederhana namun kemudian membuat saya berpikir hingga sekarang.

"Ada yang pernah dengar bahwa semakin ke timur orang semakin susah diatur?"

Seketika kelas menjadi hening karena masing-masing dari kami para mahasiswa sedang berpikir sekaligus penasaran dengan maksud pertanyaan tersebut.

Sebenarnya pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan umpan balik yang sebelumnya ditanyakan oleh salah seorang teman mahasiswa yang mengikuti kuliah pada hari itu tentang bagaimana suatu perilaku manusia dalam ruang kota dapat dipengaruhi dan terbentuk oleh desain atau rancang kota di Indonesia khususnya. Fakta empiris yang terjadi di lapangan khususnya di Indonesia menunjukkan bahwa meskipun sudah didesain dan dirancang dengan baik, tapi mengapa perilaku manusia di perkotaan masih belum urban atau bisa dibilang kasarannya kampungan.

Kembali ke pernyataan pertama, bahwa semakin ke timur perilaku manusia semakin susah di atur. Entah benar atau tidak ungkapan tersebut, namun secara empiris memang banyak hal-hal yang secara tidak langsung membuktikannya dan mau tidak mau kita berpikir "Oh jadi begitu, yasudahlah kalo memang nasib kita di timur dan begitu filosofinya". Salah satunya adalah kemampuan membaca simbol (red: rambu-rambu lalu lintas), yang juga  merupakan salah satu elemen dalam rancang kota. Contoh sederhananya, adalah dilarang parkir, namun tetap saja simbol seperti berupa pajangan saja, karena di area tersebut masih juga banyak yang memarkir kendaraannya. Benarkah ungkapan tentang manusia di timur susah diatur? Mari kita buktikan! :)

Coba bandingkan dua simbol berikut ini:

A.

A. Simbol dilarang menginjak rumput di Indonesia

B. Simbol dilarang menginjak rumput di Barat

Sekilas dilihat, kedua gambar memang memiliki perbedaan yang cukup kontras, yaitu:

  • Dalam gambar A terlihat bahwa adanya simbol dilarang menginjak rumput justru menarik masyarakat untuk berpose dengan simbol tersebut, sehingga jelas ini menunjukkan perilaku yang tidak urban alias kampungan.
  • Gambar A menunjukkan simbol hanya berupa tulisan yang sederhana sehingga orangpun hanya menganggapnya sebagai pajangan bahkan tanpa melihatnya. Beda dengan Gambar B yang menunjukkan simbol berupa gambar dan tulisan yang dapat menarik perhatian orang yang lewat karena gambar dan kata-kata di dalamnya mampu menimbulkan suatu emosi orang untuk tidak menginjak rumput.

Berikut ini simbol-simbol lain yang menarik ditemui di negara-negara Barat:

Makes sign speak directly. Ungkapan tersebut sangat tepat untuk menggambarkan simbol di atas. Selain berisi larangan untuk memberi makanan pada angsa, dalam papan peringatan tersebut juga mencantumkan alasan-alasan mengapa tidak boleh memberi makan pada angsa. Dengan demikian, orang yang membaca papan peringatan tersebut akan benar-benar memahami resiko kedepan apabila mereka memberi makan angsa, sehingga secara tidak langsung dapa mempengaruhi perilaku orang yang membacanya untuk berperilaku urban dan menaatai peraturan yang berlaku.

Dari uraian-uraian tentang simbol dan papan peringatan yang menjadi elemen perkotaan, dapat disimpulkan bahwa dalam beberapa hal terdapat kesamaan antara timur dan barat. Seperti yang telah disinggung di atas "makes sign speak directly", sehingga orang-orang dapat membaca dengan jelas dan memahami peraturan untuk lebih berperilaku secara urban.

Jadi, dengan simbol-simbol dan papan peringatan yang sudah ada selama ini di tempat kita, sudahkan Anda berperilaku urban? :-)

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

BIN on DARIN?

Posted: 24 May 2013 11:14 AM PDT

OPINI | 25 May 2013 | 00:49 Dibaca: 49   Komentar: 1   Nihil

Darin itu tinggal di mana? Siapa satpam kompleknya? serta siapa-siapa lagi yang ngasih komen dan terus diangkat ke media sehingga Darin Mumtazah punya sebuah cerita sejauh ini. Hmmm… semakin meriah aja nih karnavalnya…

Silakan dikejar saja infonya benar engga? Mau dibilang berita abal-abal juga boleh. Di era politik opini dan festivalisasi kasus, rasanya sah-sah saja menguak info apapun, yang penting ramein-ramein media. yah… daripadanya media sepi, ya kan…

Konon pemilik kontrakan Darin Mumtazah yang dituduhkan sebagai istri siri LHI adalah seorang anggota Badan Intelijen Negara (BIN). Tadinya sih saya ga mau nuduh ada keterlibatan oknum BIN dalam kasus ini. Tapi… ah, ga mau nuduh ah…

Sebaiknya kita jangan menduga yang engga-engga… mari semua pihak mengurai informasi kasus dugaan suap LHI ini dengan seksama agar segala sesuatunya menjadi terang benderang.

Kalau memang ada keterlibatan oknum BIN yang harus diusut tuntas. Apakah ini akan menjadi titik terang bahwa ada yang main-main dengan hukum di Indonesia. Ada yang mau membuat KPK di desakralisasi sebatas sumber berita gosip begini.

Rumah kontrakan mewah yang berada di Jalan Bhineka Raya No. 3 RT. 10 RW. 09 Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jakarta Timur itu merupakan rumah anggota BIN. Demikian disampaikan Kepala BIN Marciano Norman, di Kantor Presiden Istana Negara Jakarta, Kamis (23/5/2013).

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Menanti Malaikat Bersama Fajar di 2014

Posted: 24 May 2013 11:14 AM PDT

Tidak terasa setahun lagi kita akan kembali diperhadapkan pada penentuan masa depan negara ini selama lima tahun kedepan. Tepatnya 2014 nanti, seluruh masyarakat Indonesia akan menentukan siapa Presiden dan aktor-aktor pembawa aspirasi di MPR/DPR.

Hal tersebut membuat tahun 2013 sebagai moment dimana para elit politik gencar-gencarnya untuk merebut hati para pemilih. Sayangnya, tak sedikit dari para pelaku politik itu justru terjerat dalam kerumunan kasus-kasus korupsi. Tidak hanya individu, tetapi sudah merambah pada jajaran-jajaran partainya. Parahnya lagi, yang merupakan pemeran utama korupsi itu bukanlah dari kalangan menengah partai, melainkan dari pimpinannya sendiri. Dan mereka datang dari partai-partai penguasa di negeri ini.

Reformasi struktur partai pun segera dilakukan untuk memperbaiki dan menjaga citra. Ada yang lewat KLB dan ada yang bahkan secara lansung meresponnya dengan menentukan pemimpin baru. Kebijakan-kebijakan para elit jugalah yang kembali berperan dalam hal ini.

Cara memperbaiki citra pun mulai dipertontonkan. Para penikmat media selalu disuguhkan dengan ocehan dan orasi-orasi mereka yang sungguh menjanjikan. Bahkan, suatu kewajaran ketika kita melihat adanya saling tuding antar sesama lewat media-media nasional. Mereka beranggapan bahwa, apa yang terjadi sebenarnya adalah sebuah serangan politik untuk membendung partainya. Apa Benar ? lalu mengapa hal tersebut benar-benar terbukti ?

Entahlah.

Pemilih Harus Lebih Peka Dan Cerdas

Masyarakat Indonesia kini dituntut untuk lebih peka dan cerdas dalam menilai para elit politik di 2014 nanti. Sudah saatnya kita untuk memilih berdasarkan hati dan pikiran serta mengesampingkan hal-hal diluar itu. Bukan berdasarkan penampilan dan janji-janji yang ternyata palsu.

Masih teringat ketika menjelang Pemilu 2009 lalu, lewat iklan dan kampanye yang luar biasa, kita selalu mendengar kata-kata perangi korupsi, kurangi angka kemiskinan dan sebagainya. Namun, apa buktinya ? toh mereka sendiri yang melanggar dan mengkhianati janji-janji itu.

Maukah kita terus dibodohi ? Memang bukan salah pemilih juga. Karena sebagian dari mereka yang terlihat suci dan menjanjikan pada saat kampanye, ternyata hanyalah sampul belaka. Namun begitu lembaran-lembaran isinya dibuka, mereka tak beda jauh dari yang lain. Maka dari itu, mari sama-sama kita berharap agar Tuhan mengirimkan kepada kita semua sosok-sosok yang bersih dan dapat dipercaya.

Mungkin sulit bila melihat realita pada saat ini. Karena sangat minim bermunculan mereka yang kita anggap sebagai "tokoh perubahan". Meski begitu, tetap ada harapan yang dapat diperjuangkan. Jangalah menilai dari penampilan, juga bukan dari seberapa besar kekuatan parpol itu, tapi dari ketulusan yang ia perjuangkan.

Karena pada dasarnya, kita bukan hanya butuh seorang konseptor yang handal. Bukan juga seseorang yang dapat menghipnotis jutaan atau bahkan ribuan orang dengan orasi-orasi yang wah. Tetapi sesorang yang dapat berbuat lebih dari apa yang kita harapkan. Kita butuh mereka yang mampu membawa perubahan dan keluar dari kehancuran bagi negeri yang pernah disebut antah berantah oleh Justin Bieber ini.

Dengan begitu, kita dapat membangun kembali puing-puing yang hancur akibat kepentingan-kepentingan tertentu saat ini. Sama-sama kita akan mengarungi nuansa baru pada periode-periode selanjutnya dari sebuah kisah yang indah.

Kedepannya, mari kita benar-benar menentukan sosok-sosok yang muncul dengan hati bersih pada 2014 nanti. Mereka yang datang dengan membawa cahaya dan harapa-harapan baru. Meraka yang mampu mengembalikkan kembali idealisme dari Pancasila kita yang selama ini terkubur. Mereka yang dengan ketulusan mampu melihat dan mendengar jeritan-jeritan kaum terjajah di negara ini.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar