Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Minggu, 19 Mei 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Gotong Royong? Habis Sudah!

Posted: 19 May 2013 11:14 AM PDT

"Apabila saudara-saudara tidak setuju dengan lima sila yang saya usulkan, kita bisa memerasnya menjadi tiga yaitu trisila. Kemudian menjadi  satu sila, sebagai inti dasar atau onslag. Itulah ekasila, yaitu gotong-royong."

Pidato Soekarno tanggal 1 Juni 1945, diucapkan kembali dengan lantang oleh M. Yudhie Haryono, saat menyimpulkan substansi yang benar dari gotong-royong. Selaku Direktur Eksekutif Nusantara Centre – sebuah organisasi tempat anak-anak muda pecinta bangsa menyumbangkan pikirannya, ia terkenal kritis dan tanpa ragu berbicara keras atas segala "salah jalan" para pemimpin.

"Jadi gotong-royong yang dimaksud dalam penyusunan konstitusi kita, sesungguhnya adalah basis untuk bernegara, bukan bermasyarakat. Artinya negara ini tidak akan pernah ada, tidak akan pernah lahir, tidak akan pernah menjadi suatu negara dalam konteks modern, kecuali bila ada gotong royong," jelasnya lebih jauh.

Pernyataannya selalu disokong bukti-bukti empiris. Berdasarkan data faktual. Maklum, bersama tim–dan bahkan sang isteri–di Nusantara Centre selalu melakukan riset mendalam.

Singkatnya negara gotong-royong itu harus seperti apa?

Pertama, kesadaran menyeluruh bahwa negara dilahirkan oleh kesadaran gotong-royong. Yang kedua, negara harus ada dan hadir dengan kerja gotong-royong.  Praksisnya, seluruh keputusan kenegaraan harus melibatkan negara dengan cara musyawarah-mufakat, yang dipimpin oleh mereka yang hikmah, memiliki ilmu plus bijaksana. Kalau itu dipahami secara konstitusional sehingga orang tidak rabun terhadap konstitusi, maka kita pasti akan menolak bentuk-bentuk politik liberal.

Apa salahnya politik liberal diterapkan di sini?

Sudah dipastikan Anda mengidap dua penyakit. Pertama, rabun konstitusi dan kedua, rabun sejarah. Ndak tahu sejarahnya. Kalau Anda tahu sejarahnya, konsepsi dasar negara ini hadir karena ada dan untuk gotong-royong.

Dan gotong-royong melemah di negara kita. Apa sebabnya?

Kalau sekarang ada yang kritis mengatakan bahwa kita kehilangan jati diri, sifat-sifat gotong-royong mulai tergerus, saya lebih ekstrim mengatakan kita kehilangan. HABIS SUDAH !!!

Bagaimana cara membuktikannya?

Karena ide dasar gotong-royong itu adalah negara, maka seharusnya di dalam penyusunan undang-undang, terutama yang berpihak kepada masyarakat, basisnya harus gotong-royong. Tapi kan, faktanya tidak. Riset di Nusantara Centre yang saya pimpin tentang undang-undang yang dibuat oleh DPR terutama pasca reformasi kebanyakan didanai oleh orang asing, lembaga-lembaga asing.

Praksis, hanya satu atau dua lah undang-undang yang lahir dari masyarakat. Itu pun mengalami proses birokrasi yang luar biasa panjang. Contohnya undang-undang tentang koperasi yang sampai sekarang tidak bisa disetujui di DPR. Tapi begitu membahas tentang undang-undang modal asing, undang-undang air misalnya, itu cepat sekali.

Kenapa cepat? Karena munculnya agensi asing baik dalam bentuk donator maupun kelembagaan.  Jadi kalau mau dibuat bahan lelucon, ini sebenarnya sudah jadi lintas gotong-royong. Tetapi tidak melibatkan masyarakat sebagai subyek.

Lintas gotong-royong, maksudnya?

Lintas gotong-royong yang saya maksud adalah terjadinya kongkalikong antara elit beserta aktor-aktor lembaga asing yang seringkali tidak mengerti ide dasar kehadiran negara royong-royong.

Lintas gotong-royong itu akhirnya tepat Nggak, sih?

Benar tapi tidak paling benar. Benar karena kita memang membutuhkan investasi asing, tetapi akhirnya ada yang hilang dengan kehadiran mereka. Salah satu contoh yang hilang, kalau anda baca UUD 45, walaupun sudah diamandemen, yaitu: memerintahkan kita untuk membuat undang-undang perekonomian nasional.

Sejak tahun 1999, lalu 2004 diresmikan sebagai sebuah konstitusi baru, ternyata sampai 2010, tiga presiden tidak menjalankan amanat itu. Jadi kalau kita baca UUD 45 sesungguhnya siapa yang bertanggung-jawab terhadap kehadiran undang-undang perekonomian, mestinya presiden beserta kabinetnya. Lalu DPR karena fungsi mereka membuat rancangan undang-undang. Jangankan dibuat, rancangannya saja sampai sekarang belum.

Artinya mereka abai terhadap konstitusi. Layak di impeach, layaknya diturunkan karena melanggar UUD 45.

Dari pemerintahan yang sudah ada?

Dari penelitian lembaga-lembaga yang sudah ada, praksis saat Gus Dur itu menghasilkan 13-14 undang-undang yang melawan konstitusi hanya dalam waktu 2,5 tahun. Megawati juga mengulangi dan bahkan lebih parah karena mengobral BUMN yang kita miliki.

SBY lebih parah lagi, bukan hanya membuat undang-undang yang pro asing. Tetapi lebih gila, adalah meningkatkan utang kita lebih banyak dari yang dilakukan Pak Harto selama 30 tahun.

Akumulasinya?

Pak Harto meninggalkan hutang selama 30 tahun, akumulasinya cuma 600 Trilyun. SBY itu 980 Trilyun hanya dalam waktu 6 tahun. Jadi, dahsyat!

Kenapa belum diturunkan juga?

Karena lagi-lagi kita mengalami penyakit itu, rabun konstitusi, sehingga hampir tidak ada yang menyadari apa kesalahan rezim hari ini. Kesalahannya itu tadi, tidak melaksanakan konstitusi. THAT'S IT!

Contoh apa saja misalnya kepentingan asing yang mempengaruhi remuknya undang-undang?

Yang paling utama adalah penguasaan lahan. Dulu, undang-undang lama memberikan wewenang dan hak asing untuk berkuasa selama 80 tahun. Diubah di dalam undang-undang yang baru menjadi 180 tahun. Part pertama 90 tahun, kalau ingin diperpanjang lagi tambah 90 tahun lagi dan menjadi 180 tahun.

Di seluruh dunia itu tidak ada asing yang bisa menguasai sumber-sumber ekonomi selama itu. Kalau 180 tahun dikuasai asing berarti sudah ada berapa pemerintahan? Sudah ada berapa generasi? Itu artinya untouchable. Akhirnya akan menguntungkan mereka saja.

Siapakah mereka, pihak asing yang mengacaukan kita?

Kalau mau dipreteli satu-satu ya banyak. Tapi mereka bisa disimpulkan dengan multi national corporate. Sebuah konsorsium perusahaan asing yang mendanai dan membuat rumusan awal, rumusan akademik penetapan undang-undang itu.  Mereka patungan, kemudian didonasikan ke lembaga-lembaga donor untuk mendesain undang-undang itu dengan kerja sama dengan partai-partai politik.

Dan itu diakui juga oleh MPR ketika mereka menyampaikan rasa terima kasih terhadap lembaga-lembaga itu sebelum akhirnya sebuah undang-undang disahkan.

Cara permainannya seperti apa?

Bila Anda melihat ada kasus besar dan tidak selesai, maka semua ribuan kasus di sekitarnya diblow up. Itu rumus utama dalam teori politic conspiracy. Jadi kalau Anda sebagai wartawan, menemukan kasus kakap yang nggak selesai, tiba-tiba muncul ribuan kasus lain.

Berarti bukan persoalan yang tidak bisa diselesaikan, melainkan TIDAK MAU diselesaikan. Dalam konteks ekonomi kita juga begitu. Tiba-tiba ada orang yang sangat canggih menjelaskan soalbooming ekonomi tertentu, padahal dia sedang menikmati saja.

Seperti kemungkinan ahli ekonomi, Sri Mulyani bakal dicalonkan jadi presiden?

Bukan mungkin. Memang dia mau dicalonkan, kan? Lewat partai mana, kita belum tahu.

Berarti… lagi-lagi, ada kepentingan asing terlibat di situ?

Ya, pasti. Jangankan mau jadi presiden, jadi ketua partai politik saja pihak asing juga terlibat, kok. Orang asing berkeliaran di sini punya interest. Kalau tidak ekonomi, ya penjajahan, itu saja.

Akhirnya ada ancaman pecahnya negara, nggak?

Nah, kalau negara dilihat sebagai sebuah gotong-royong sebenarnya sudah tidak ada. Kalau kita bicara secara filosofi, harusnya negara hadir. Tapi negara nyatanya tidak hadir. Coba Anda kalau tidak percaya datang ke masyarakat kecil, apakah kalau mau berusaha bisa minta bantuan duit dari bank? Mereka pasti mengatakan tidak.

Kan, sekarang ada kemudahan kredit usaha?

Kredit Bank itu 10-14%. Bandingkan dengan China yang komunis dan tidak percaya Tuhan, hanya 4%. Bandingkan dengan Australia yang hanya 2%. Bahkan dengan Malaysia saja kita kalah jauh. Range mereka itu 5-7%. negara kita, yang dibangun atas azas kebersamaan dan gotong-royong yang mestinya bukan menjadi rentenir, malah sangat tinggi. Even, Anda pergi ke Bank Syariah yang katanya islam, mereka jauuuh lebih rentenir dari bank konvensional. Saat pengajuan KPR, mereka akan menawarkan bunga flat rata-rata 11%.

Jadi, kalau bunga ditentukan oleh mereka y ang punya uang, itu namanya bukan gotong-royong, tapi rentenir. MENCEKIK! Karena itu kalau kita baca di koran beberapa waktu lalu, banyak sekali orang komplain terhadap perlakuan para bankir yang menilep nafkahnya nasabah, dan kemudian menyuruh tukang tagih. Itu bukti pinggiran dari tidak bekerjanya negara yang mestinya jadi negara gotong-royong.

Jadi tidak ada negara gotong-royong, ya?

negara tidak hadir dengan filosofi gotong-royong, tapi sebagai pebisnis. Sebagai konsorsium yang ingin mendapat keuntungan dari warga negaranya.  Jadi kalau saya bisa bicara, ya negara kita itu nggak ada.

Apa yang harus kita lakukan ke depan?

Saya kira pilihannya dua. Yang agak soft, memang secara perlahan mengembangkan pemahaman dan realisasi konstitusi. Ini membutuhkan waktu beratus-ratus tahun, dari satu generasi ke generasi yang lain. Tetapi jika kerusakan itu sudah sedemikian parah seperti yang sekarang terjadi…

Revolusi?

Saya kira pilihannya hanya itu. Seperti yang Anda katakan. Tetapi dilakukan oleh mereka yang mau serta sadar untuk melaksanakan kembali konstitusi dasar. Jadi ini seperti simalakama. Kalau pakai cara yang lunak, nanti hasilnya di surga. Kalau pakai revolusi memang tidak ada jaminan.

Kenapa tidak?

Kita kehabisan deposito orang yang mengerti tentang konstitusi dan sejarah.

Saya tidak alergi terhadap separatisme, kok. Artinya, propinsi lain boleh saja merdeka asal mereka lebih sejahtera. Saya bukan orang yang romantis terhadap kesukuan, daerah. Saya romantismenya pada substansi. Sepanjang orang itu mau beragama, mau tidak,mau jawa, mau dari suku lain, mau perempuan, mau banci, sepanjang dia mampu melakukan artikulasi yang maksimal dari konstitusi, saya setuju saja.

Saya aliran Pancasilais, percaya keberhasilan itu ada karena Tuhan. Kesadaran saya bila sebagai pemimpin itu bukan hanya melaporkan pertanggungjawaban kepada Anda sebagai warga negara, tetapi juga ke sana (Tuhan). Yang kedua, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, sehingga tidak mudah membunuh orang karena berbeda pendapat.

Tapi bukankah dalam konstitusi Indonesia itu dari ujung Timur (Papua) sampai Barat (Sabang)?

Nggak. Konstitusi tidak pernah menyebut teritorial kita.

Misalnya begini, Anda punya istri yang minta cerai karena Anda punya uang banyak dan selingkuh. Apakah salah? Apakah harus membunuh istri Anda? Tentu tidak. Memang menyakitkan, tapi kesalahan ada pada Anda, kan? Demikian juga dengan negeri kita. Kalau tidak seusai konstitusi, memang salah kita, kan? Tetapi kalau nantinya setelah pisah lalu sengsara, ya kita harus kasihan.

Jadi, jaminannya itu konstitusi.

***

Penulis: sandipras (*) fotografer: Hardy Mendrofa

artikel : majalah Warisan Indonesia (www.warisanindonesia.com)

[note: unpublished] [Dewan Redaksi, Putu Wijaya, "Artikel ini terlalu bahaya dan politis."]

sumber:http://sandipras.blog.com/2012/02/gotong-royong-habis-sudah/

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Seseorang

Posted: 19 May 2013 11:14 AM PDT

Jam tidur biologis yang normal seperti apa?

Posted: 19 May 2013 11:14 AM PDT

OPINI | 20 May 2013 | 00:32 Dibaca: 17   Komentar: 0   Nihil

Sudah tidak ingat sejak kapan jam tidurku mulai berubah

dulu biasa tidur sebelum jam 23.00 WIB, dan bangun sebelum jam 07.00 WIB

tetapi akhir-akhir ini selalu aja sulit tidur sebelum jam 02.00 WIB

entah mengapa, sudah seringkali kumencoba tidur lebih awal,

tetapi tetap aja tidak bisa…

Apakah karena banyak yang dipikirkan?

Hm… Saya rasa semua orang sama saja banyak yang dipikirkan tetapi

mungkin benar itu salah satu penyebabnya.

Tetapi, seringkali di keheningan malam, justru banyak hal yang muncul

dalam pikiran ini, entah karena pikiran sedang melayang berkeliling

terbang kesana-sini atau gmana…

Semoga jam tidurku bisa kembali normal seperti orang lain, amin…

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Cinta dari Lampung untuk Palestina

Posted: 19 May 2013 11:14 AM PDT

Komite Nasional Rakyat Palestina (KNRP) berkeliling Indonesia untuk mengumpulkan donasi dalam rangka membantu perjuangan rakyat Palestina. "Bandar Lampung adalah kota ke-29 yang disambangi KNRP," jelas Afwan Riyadi, Ketua Humas dan Media KNRP Pusat yang juga vokalis Izzatul Islam.

Dimulai dengan mengadakan acara pada Hari Sabtu malam, 18 Mei 2013 di Hotel Sheraton Lampung dengan tema Charity Night Exlusive for Palestine yang dihadiri oleh pengusaha, politikus, pejabat dan lainnya. Pada acara yang diisi dengan lelang amal ini, anggota DPD RI asal Lampung, Hi. Ahmad Jajuli, S.I.P menyumbangan uang sebesar 100 juta dan sebuah Mobil Grand Livina. Acara yang dipandu oleh Denny Harnova dan Supriono ini berlangsung meriah dan khidmat. Di acara ini juga diputar video perjuangan rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaannya dari penjajahan Israel.

Melalui momen langka ini, juga dapat diketahui bahwa Palestina dan Mesir adalah negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia. Jadi wajar saja jika Indonesia membantu memperjuangkan kemerdekaan tanah para nabi itu. "Ini amanat pembukaan UUD 1945 bahwa penjajahan diatas dunia ini harus dihapuskan," jelas Drs. Al Muzzammil Yusuf, M.Si, anggota DPR RI Fraksi PKS asal Lampung.

Minggu, 19 Mei 2013 bertempat di Gedung Graha Mandala Alam, di Jalan Pagar Alam, Bandar Lampung digelar acara puncak dalam bentuk Konser Kemanusiaan Peduli Palestina yang dimeriahkan oleh rapper muda yang energik, Ebith Beat A, Fadly Padi, Opick dan tim nasyid papan atas Indonesia, Izzatul Islam.

Ebith Beat A tampil perdana dengan lagu rap menghentak berlirik usia. Rapper muda kenamaan ini menyanyikan beberapa lagu rapnya. Di acara yang digagas oleh KNRP ini, rapper asal Kota Bandung ini, melelang beberapa kaos yang dimilikinya. Uang hasil lelang kaos tersebut disumbangkan untuk Palestina. Dengan gaya yang atraktif, Ebith mengajak anak-anak menyanyi bersamanya di panggung. Acara yang dihadiri ribuan orang dari berbagai daerah di Lampung ini bernuansa heroik dan menggugah rasa kemanusiaan siapa saja yang hadir. Lebih-lebih ketika Ebith menyanyikan lagu Surat Cinta dari Palestina dengan diiringi video pembantaian anak-anak tanah para nabi tersebut. Penonton tidak ada yang bisa menyembunyikan airmatanya.

Setelah performa Ebith yang memukau, giliran Fadly Padi mempersembahkan beberapa lagu dengan diiringi lambaian bendera Indonesia dan Palestina dari penonton. Lagu terkenal yang berjudul Insha Allah dinyanyikan Fadly bersama hadirin. Lagu 'Ketika Tangan dan Kaki Bicara' yang diambil dari puisi karya Taufik Ismail seolah menghipnotis penonton untuk mendonasikan harta terbaiknya. Acara ini diselingi dengan lelang amal untuk mengumpulkan donasi. Fadly juga mengucapkan terima kasih kepada KNRP Lampung, Pengurus Wilayah Persaudaraan Muslimah (Salimah) Lampung, Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Lampung dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Lampung yang telah menjadi panitia acara besar ini.

Setelah Fadly Padi tampil memukau, Izzatul Islam manggung dengan nasyid-nasyid lawasnya yang menggelorakan semangat. Bahkan Afwan Riyadi, sang vokalis mengajak hadirin untuk bernyanyi bersama dengan berdiri. Gema takbir mengumandang penuh gelora. Konser yang juga dipandu oleh Denny Harnova dan Supriono ini, ditutup dengan penampilan Opick yang memancing siapa saja yang hadir untuk menitikkan airmatanya dengan lagu-lagu yang mengingatkan kepada Pencipta. Jaket yang pernah dipakai Opick ke Gaza laku dilelang senilai 15 juta. Pembelinya adalah seorang ibu yang ketika memberi sambutan, tampak kecintaannya yang sangat kepada Palestina. 2 syal Opick terjual seharga 5 juta dan 3 juta. Syal-syal tersebut adalah hasil karya tangan janda-janda syuhada Palestina.

Pada kesempatan ini juga, Drs. Al Muzzamil Yusuf, M.Si, ikut memeriahkan acara dengan menyanyikan sebuah lagu tentang Gaza. Beliau juga menawarkan kepada pemuda 1 orang saja untuk ke Gaza bersama KNRP dengan syarat sholat 5 waktu dimasjid selama 40 hari berturut-turut dan hapal 1 juz Al-Qur'an. Pamungkas acara diisi dengan do'a oleh perwakilan MUI Lampung. Di acara ini juga dilaksanakan pelantikan KNRP Provinsi Lampung yang diketuai oleh Ir.Akhmadi Sumaryanto.

Syekh Walid Hasan Akhmad dari Palestina juga berorasi. Beliau mengatakan bahwa Palestina bisa kuat dan berdiri sampai saat ini karena dukungan yang luar biasa dari Indonesia. Beliau mengapresiasi cinta dan pengorbanan dari masyarakat Indonesia untuk Palestina.

"Pengisi acara tidak ada yang dibayar. Semua berlomba memberi yang terbaik untuk Palestina. Itu menjadi spirit yang luar biasa bagi panitia untuk bekerja maksimal," ujar Zahara dan Fitri, panitia dari PW Salimah Lampung.

"Subhanallah, luar biasa menyentuh hati dan penuh gelora semangat. Membuat diri ini ingin ke Gaza. Juga membuat ingin menyumbangkan yang terbaik untuk saudara-saudara kita di Palestina," komentar salah satu pengunjung konser, M. Arif Fajrun.

Pengunjung yang lain, Evi Marlina beropini, "Konser tadi makin menyadarkan bahwa selama Al Aqsha belum terbebaskan maka selama itu pula Palestina terus berada dalam pusaran pikiran tiap umat muslim seluruh dunia. Bila di Palestina berjuang dengan nyawa, maka kita berjuang dengan apa saja yang kita punya. Salut buat yang membeli barang-barang lelang tadi."

"Acara tadi keren banget.. Betapa kita peduli dengan saudara sesama muslim. Bisa dibayangkan, dalam waktu beberapa jam saja terkumpul 750an juta," puji Ade Irawan, penonton konser lainnya.

Dari informasi yang diperoleh dari panitia, Detti Febrina, hasil donasi kemanusiaan untuk Palestina hingga usai konser antara lain uang tunai Rp 759 juta, 1 cincin berlian senilai Rp 35 juta, 21 cincin, 1 liontin, 2 gelang emas, 2 kalung emas, 8 jam tangan, 17 handphone, 1 flashdisk, 1 kamera digital, 1 tablet smartphone, sertifikat tanah 400 m2, 1 mobil Grand Livina. Nilai diatas didapatkan dari pengumpulan sepanjang Road To Concert (RTC) maupun lelang saat Charity Night dan konser.

Semoga Tuhan Yang Maha Membalas memberikan pembalasan yang jauh lebih baik lagi kepada siapa saja yang telah mendonasikan rezeki dan apa saja yang dimilikinya untuk membantu perjuangan rakyat Palestina meraih kemerdekaannya dari penjajahan Israel. Aamiin

Salam Cinta dari Lampung untuk Tanah Para Nabi, Palestina dan Para Pejuangnya.
Salam Kebuguhan Jak Ulun Lappung untuk Tanoh Nabei, Palestina jamow Pejuang Now..

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Smart Without Smartphone

Posted: 19 May 2013 11:14 AM PDT

REP | 20 May 2013 | 00:29 Dibaca: 47   Komentar: 0   Nihil

Sudah 3 kali 24 jam, smartphone saya–yang sebenarnya ya nggak smart-smart amat sih–matek. Sudah beberapa daya upaya dikerahkan untuk menyalakannya, eh malah berakhir dengan donlotan ngawur yang agak mengganggu laptop saya.

Baiklah.

Sementara, saya berganti ke HP jadul saya sebelum pakai benda yang katanya smartphone itu. Which is, HP jadul saya itu LG GW300, ya nggak jelek-jelek amatlah. Saya dulu ganti ke yang smart karena mau mudik, dan butuh Google Maps. Jebul e di pedalaman Sumatera Utara sana, nggak ada sinyal untuk Google Maps. Hahaha.

Sudah 3 hari pula, nggak ada email gmail yang masuk ternotifikasi. Sudah 3 hari juga saya nggak menyentuh whatsapp, media komunikasi yang saya jadi nyawa di novel-blog ngawurnya saya, Lovefacture.

Dan sudah 3 hari ini hidup saya baik-baik saja.

Well, ternyata memang di masa kini, ke-smart-an diri kita justru ditentukan dengan respon kita apabila kita yang terbiasa tidak menggunakan smartphone, mendadak nggak bisa memakainya. Punya saya rusak, mungkin ada yang hilang kecopet dan lainnya. Jadi, smartphone itu benda ciptaan manusia kok, kalau rusak-hilang-dan sejenisnya ya wajar. Dan mestinya nggak ada isu apapun yang merusak diri kita.

Mengganggu sih jelas iya. Karena sekarang komunikasi saya dengan teman-teman secara intensif ada di Whatsapp. Tapi ya sudahlah. Sementara mari kita kembali ke jaman dahulu kala, ketika SMS dan telepon menjadi media komunikasi yang sudah oke punya.

*maaf nggak penting*

*selamat pagi*

:D

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

MENGEMBALIKAN KOTA MALANG SEBAGAI ZWITSERLAND OF INDONESIA

Posted: 19 May 2013 11:14 AM PDT

poto malang jadul sekarang

MENGEMBALIKAN KOTA MALANG SEBAGAI ZWITSERLAND OF INDONESIA

Oleh: Dedik Fitra s

Malang, siapa yang tidak kenal kota malang yang memiliki sejuta pesona terutama image sebagai kota sejarah, karena banyak terdapat museum sejarah hingga peninggalan kerjaan Majapahit, sepertihalnya Museum Brawijaya, Candi Singosari, Candi Kidal, Candi Dwarapala, Candi Badut dan Candi Jago, juga termasuk obyek wisata local sepeti tempat pemandian air panas yang terkenal "Cangar" dll. Disamping terkenal sebagai kota sejarah tersebut Kota Malang juga banyak dikenal sebagai kota Pendidikan yang notabene banyak sekolah peninggalan masa belanda, seperti HIS (SD), MULO (SLTP), AMS (SMU) dan HBS (perguruan tinggi)[1]. Apabila di bandingkan dengan kota lain khususnya di jawatimur Malang merupakan tempat/ kota yang memiliki prospek perekenomian besar terkait tingginya minat wisatawan terhadap sektor pariwisata, serta keindahan alam yang sejuk dan nyaman. Tidak heran ketika ketika masa Belanda Kota Malang dijadikan sebagai tempat peristirahatan sehingga dikenal sebagai Zwiserland of Indonesia. Meskipun saat ini batu sudah terpisah menjadi Kota sendiri namun image masyarakat dari kota luar malang, kota Batu yang sejuk dan indah melalui Agrowisata dan keindahan alamnya masih melekat  dalam bayangan Kota Malang.

Terlepas dari persoalan keistimewaan kota Malang di mata wisatawan lokal maupun Internasional terhadap sektor wisata, yang menarik adalah latar belakang sejarah yang kental, terlihat pada banyak bangunan peninggalan masa colonial, Gereja, Sekolah,  hingga perumahan belanda yang tedpat di Jl. Ijen dll. Dengan latar tersebut kota malang menjadi menarik dan mendapat perhatian bagi wisatawan sehingga kota Malang selalu di impikan.

Namun sekarang image tersebut hilang tergusur oleh modernisasi sistem pemerintahan dan pembangunan yang seolah tidak memperdulikan nilai sejarah tersebut. Dahulu kenyamanan dan keindahan Malang sebagai kota peristirahatan dan kota pendidikan menjadi sorotan utama bagi masyarakat luas bukan hanya dari wilayah jawa timur namun juga wilayah seluruh nasional untuk tujuan pendidikan. Kini yang terjadi adalah pengikisan nilai-nilai lokal oleh gerusan subyektifitas pembangunan ekonomi, yang mengutamakan objek-objek strategis seperti pusat perbelanjaan modern "Mall", banyak tempat hiburan bermunculan.

Jika dapat dilihat secara jeli pemerintahan setempat passion kota Malang sebagai kota sejarah dapat ditingkatkan, sepertihalnya pemugaran tempat-tempat sejarah, pelestarian gedung/ bangunan peninggalan masa kolonial, optimalisasi sarana umum hingga museum agar lebih produktif, bukan memunculkan bentuk modernisasi yang hanya akan mengikiskan esensi budaya lokal. Diharapkan dari langkah tersebut ataupun dengan usaha tersebut semua lini image yang sebagai branding  kota malang sebagai kota Sejarah tidak hilang karena pembangunan dan perbaikan ekonomi saja.

Perkembangan ekonomi kota Malang tidaklah bisa dipisahkan dari sektor wisata dan letak geografis yang mumpuni, karena Malang berada di lintas antar kota, di bagian barat ada Kediri, Batu dan Jombang, di bagian selatan Blitar dan Trenggalek. Posisi inilah yang menjadikan pembangunan perekonomian Kota Malang semakin besar peranannya, apalagi ketika masa liburan Kota Malang semakin ramai dikunjungi para wisatawan terutama wisatawan lokal, dan luar kota.

Tetapi peranan itu sebagai tempat singgah yang nyaman, sejuk telah bergeser peran ke Kota Batu, yang banyak mengeksplorasi wahana wisata alam. Dari pergeseran tersebut kota malang menjadi semakin realistis terhadap pembangunan sektor ekonomi, sehingga banyak muncul pusat perbelanjaan modern, Mall –Mall besar, tempat hiburan yang sedemikian rupa untuk memenuhi eksistensi kota Malang sebagai kota wisata dan tempat singgah. Namun perubahan dan faktor eksistensi tersebut mlenceng dengan apa yang menjadi branding kota Malang sebagai kota wisata dan sejarah. Sehingga  yang terjadi adalah hilangnya budaya lokal dimasyrakat dan gaya hidup masyrakat yang lebih modernistis. Sebagi contoh masyarakat lokal tidak lagi atau hanya sebagian masyarakat yang menaruh minat terhadap wisata yang ada di kota malang mereka lebih kepada wisata modern yang kemudian lari ke Kota Batu, kedua yaitu banyak masyarakat atau wisatawan yang datang ke Malang hanya untuk belanja di mall – mall, bukankah hal tersebut jauh dari cintra kota Malang dan mengkikis nilai-nilai lokal karena tidak ada partisipasi wisatawan yang berkunjung?!.

Dari  faktor tersebutlah, yang menjadi kekeliruan dalam bidang pembangunan perekonomian Kota Malang, yang esensi-nya lebih kepada  kota Sejarah dan persinggahan yang beralih fungsi sebagai tempat hiburan dan memunculkan lebih banyak kelompok hedonis di kalangan masyarakat.

Pengikisan simbol Kota Pendidikan

Dengan persoalan tersebut tidaklah memungkinkan bisa menumbuhkan terjadinya kemunduran sebagai  symbol kota pendidikan yang disandang karena kenyataanya lebih cepat dari dahulu kota yang nyaman untuk tujuan pendidikan sekarang berubah menjadi  kota semi metropolis yang dihuni oleh kelompok hedonis yang identik dengan kesenangan semata. Hedonism tersebut dapat dilihat dengan semakin banyaknya tempat hiburan/ malam, yang muncul, perubahan pasar tradisional ke modern, relokasi pasar tradisional dll.

Dengan banyaknya perubahan ke bentuk modernisasi tersebut tentu berefek pada kualitas pendidikan yang mana tidak sedikit kehidupan mahasiswa mempunyai gaya hidup tersendiri dan berkelompok. Lihat saja pergaulan mashasiswa yan condong lebih Hedon, memilih tempat hiburan malam sebagai pelepas penat, tempat-2 karaoke, meskipun tidak semua pergaulan seperti itu, namun pandanganya tetap minus tentang kehiduan dan pergaulan pelajar/ mahasiswa kota Malang. Indikator yang jelas terlihat adalah banyaknya tempat hiburan malam dan banyaknya tempat kost terselubung dll.

Permasalahan tersebut mungkin hanya sekelumit dari kentaanya bahwa kota Malang mengalami perubahan esensi dan mutu. Nmaun yang lebih penting untuk di pertimbangkan dan di perbaharui adalah mengoptimalisasi nilai dari esensi/ hakikat Kota sejarah, sekaligus kota Pendidikan yang bermutu. Bukan mencondongkan pembangunan ekonomi, infrastruktur yang modern, tanpa mengindahkah esensi dari kota Malang yang sebenarnya, yaitu malang kota sejarah, kota Pendidikan sebagai tonggak utama. Terutama mengembalikan dan membangun kembali sebutan ZWITSERLAND OF INDONESIA.


[1] http://www.seasite.niu.edu/trans/indonesian/Profil%20Kota%20Malang.htm

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar