Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Rabu, 15 Mei 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Romusha

Posted: 15 May 2013 11:16 AM PDT

13686381991733778370

Gambar Romusha Indonesia saya dapat dari Djawa Baroe, 1943

Sudah menjadi rahasia umum jika romusha diperlakukan secara buruk oleh pihak Jepang di masa penjajahan. Tidak ada jaminan kesehatan, pekerjaan yang terlalu berat, dan makanan yang tidak cukup, itu semua menjadikan banyak romusha yang meninggal di tempat kerja dalam jumlah besar.

Namun begitu, Jepang tetap gigih mempertahankan konsep romusha hanya demi memuluskan tujuannya. Sejak tahun 1943, Jepang melancarkan propaganda untuk kembali menggairahkan program romusha yang sudah mulai lesu. Mereka bilang, romusha adalah prajurit pekerja yang harus bangga dengan perannya. Bukan hanya itu, mereka juga menyebut romusha sebagai prajurit ekonomi dan pahlawan pekerja. Sayang sekali, apa yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan apa yang ada di lapangan.

Romusha lahir sebagai akibat dari politik pengerahan total pihak Jepang. Mereka memobilisasi para pekerja dalam jumlah sangat besar, namun menekan pengeluaran seminim-minimnya.

Romusha dipekerjakan di proyek-proyek untuk kepentingan pihak Jepang. Namun begitu, Jepang selalu berkoar-koar bahwa apa yang mereka lakukan adalah atas nama rakyat. Ini adalah ciri-ciri dasar penjajah pada daerah jajahannya.

Contoh pekerjaan romusha; pembuatan jalan, jembatan, barak-barak militer, dan perbentengan di sekitar tempat mereka tinggal di suatu karesidenan. Kegiatan ini berlangsung antara satu hingga tiga bulan. Kadang lebih lama lagi.

Cara Jepang Merekrut Romusha

Jepang mencari tenaga kerja untuk dipekerjakan sebagai romusha hingga ke desa-desa. Biasanya terdiri dari pemuda, penganggur, dan petani. Pada mulanya tugas yang harus dilakukan bersifat sukarela. Jadi, pengerahan tenaga tidak begitu sukar untuk dilakukan. Apalagi, banyak yang masih terbius oleh propaganda "Untuk kemakmuran bersama Asia Timur Raya."

Pemaknaan romusha yang sepintas sangat terlihat humanis tersebut mampu membuat tokoh-tokoh potensial Indonesia hanyut dalam sihir propaganda. Diantara mereka ada Ir. Soekarno, ada pula Oto Iskandar Dinata. Ini sangat menguntungkan pihak Jepang. Namun pada akhirnya mereka menyadari, bahwa program yang tadinya nampak manis, segera berubah menjadi semacam paksaan yang sungguh sangat menindas rakyat.

1368639528674112319

Gambar di atas saya dapat dari Djawa Baroe Edisi 1 oktober 1944, halaman 17

Tampak dalam foto, Ir. Soekarno sedang memimpin para Romusha sukarela. Bukan hanya itu, dengan ketulusannya, Ir. Soekarno istirahat bersama rakyat, dan turut menonton pertunjukan kesenian yang diselenggarakan oleh pusat kebudayaan (milik Jepang) untuk menghibur romusha. Keadaan menjadi semakin kacau ketika pada tahun 1944 Pemerintah Tentara ke-16 membentuk suatu badan khusus yang melaksanakan pengerahan romusha secara besar-besaran.

Dalam merekrut calon romusha, Jepang semakin menerapkan cara-cara paksaan. Contoh yang terjadi di Aceh. Setiap kepala desa wajib mengerahkan tenaga kerja sesuai dengan daftar yang dibuat oleh penguasa Jepang. Romukyoku membuat peraturan sebagai berikut: orang atau badan yang membutuhkan tenaga romusha lebih dari 30 diharuskan mengajukan permohonan kepada kepala daerah setempat. Si pemohon, baik orang maupun instansi, harus memiliki perusahaan atau pabrik yang bermanfaat untuk kepentingan perang. Jadi, ada semacam agen untuk mengurusi keperluan tenaga romusha.

Di pihak romusha sendiri, hal di atas tidak begitu memberatkan. Hanya sayangnya, kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Terkadang, rakyat yang namanya tercatat sebagai calon romusha bisa digantikan oleh orang lain, jika dia mampu memberi uang sogokan pada karyawan yang membidangi masalah pendaftaran dan pengiriman tenaga romusha.

Ini juga sudah menjadi rahasia umum di kalangan rakyat. Bahwa banyak diantara petugas pengerahan romusha bersikap curang. Misal, ya yang tentang suap tadi. Sebaliknya, ada pula kepala desa yang menunjuk seseorang menjadi romusha hanya karena dendam atau tidak suka pada warganya sendiri. Dengan uang suap, seseorang yang sudah terdaftar sebagai romusha bisa menunjuk orang lain untuk menggantikan dirinya.

Dampak Lain Dari Adanya Romusha

Sudah pasti, desa-desa hanya ditinggali oleh para wanita, anak-anak, manula, dan para pemuda yang tidak sehat. Banyaknya pengerahan kaum tani, mengakibatkan para pemuda lebih memilih untuk 'lari' dari desanya menuju kota. Bagi mereka, lari lebih baik ketimbang harus menjadi romusha. Nanti, para pemuda ini akan kembali ke desanya dengan berbekal pengalaman yang lebih luas. Pun bagi mereka yang romusha (selamat), pulang ke desanya dengan membawa pengetahuan baru. Tentang apa yang telah mereka lihat, dengar, dan hal-hal baru yang mereka pelajari. Setidaknya, ini sisi positif dari sebuah program bernama romusha.

Romusha Gaya Baru

Saya tidak berniat untuk menjabarkan apa itu romusha gaya baru. Saya yakin, anda bisa mengapresiasikannya sendiri. Sebuah ajakan saja, kita patut berhati-hati dengan jebakan-jebakan romusha gaya baru. Agar tidak tertindas, kita harus pandai. Untuk menjadi pandai, kita butuh asupan pendidikan yang pas.

Semoga May Day tidak hanya diingat pada pembuka bulan Mei saja.

Salam saya

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap artikel di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (pengguna Kompasiana) yang menayangkannya. Kompasiana tidak dapat menjamin validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing pengguna.

Pengaktifan Otak Kiri Dengan Seni

Posted: 15 May 2013 11:16 AM PDT

REP | 16 May 2013 | 01:00 Dibaca: 10   Komentar: 0   Nihil

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani; paedagogie yang artinya bimbingan yang diberikan kepada anak atau siswa. Paedagogie atau Pendidikan lebih dikenal dengan sebutan cara membimbing yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa (tua) kepada anak-anak atau siswa agar mencapai tingkat kedewasaan tertentu. Aplikasi pendidikan terus dikembangkan dan setiap orang memberikan penegasan maknanya.

Pendidikan seni adalah kegiatan membuat manusia agar mampu bertahan hidup dan mampu menunjukkan jati dirinya di masa depan, Maka kemampuan beragam bahasa (multi Ianguage) perlu dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi pesatnya perkembangan kemampuan berbahasa non verbal: bunyi, gerak, rupa dan perpaduannya.

Melalui kemampuan beragam bahasa seni (artistik), manusia diharapkan mampu memahami dan berekspresi terhadap citra budaya sendiri dan budaya lain (multi cultural). Pendidikan seni juga memiliki wacana multidimensional; artinya pendidikan seni memiliki cakupan yang luas; baik yang berkaitan dengan masalah budaya ataupun ilmu pengetahuan.

Latihan atau pendidikan musik di sebuah Yayasan Kesenian pada usia muda akan sangat membantu perkembangan pada bagian otak tertentu yang digunakan untuk mempelajari bahasa dan daya nalar. Studi yang dilakukan belakangan ini telah menunjukkan bahwa latihan musik dapat mengembangkan kemampuan otak kiri yang dalam tugas sehari-harinya memproses informasi atau bahasa yang masuk ke otak dan pada dasarnya membantu otak tersebut mengalirkan sirkuit tertentu pada otak dengan cara tertentu. Memperdengarkan lagu-lagu yang familiar pada saat menangkap informasi baru cenderung meningkatkan daya tangkap pada anak-anak yang masih muda.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap artikel di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (pengguna Kompasiana) yang menayangkannya. Kompasiana tidak dapat menjamin validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing pengguna.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Jangan Jadi Bodoh Seperti Emak

Posted: 15 May 2013 11:16 AM PDT

[Wartawan]:”Waktu Hilmi Diperiksa KPK, Terkencing-kencing Nggak?”

Posted: 15 May 2013 11:16 AM PDT

Tim pengawal Hilmi dan wartawan berkelahi sewaktu acara pemanggilan Hilmi oleh KPK sebagai saksi, dua hari lalu. Perkelahian itu dipicu  ketidaknyamanan oleh ulah para wartawan  ke Hilmi dan para pengawal-nya.

Sejak tiba di gerbang KPK Wartawan terus memberondong Hilmi dengan dengan pertanyaan aneh aneh. bahkan selanjutnya wartawan semakin provokatif, dengan kata-kata makian maupun dengan tendangan kaki. Mereka juga berteriak copet.copettt. Ada juga yg berteriak "sikaat… hajaar… Apa lu ini bukan markas elu".

Pertanyaan wartawan juga kasar, "Waktu diperiksa,  Hilmi terkencing-kencing nggak?" Dan pertanyaan2 lain yang menyudutkan.

Kamerawan dan fotografer makin kalap menyorotkan kamera sambil beteriak-teriak, menunjuk-nunjuk, menendang, menyodok dan membenturkan kamera, tripod dan mikrofon kepada tim pengamanan yang berusaha memberi jalan Hilmi.

Beberapa orang berbaju batik yang merekam dengan BB juga berteriak-teriak, dicurigai sbg provokator. Tim pengamanan yang mencoba membuka jalan dari belakang wartawan dan berusaha menembus kerumunan namun dipukuli puluhan kali dengan mikrofon maupun dengan kamera.

Tim pengamanan juga terpaksa melompat railing karena ingin menyelamatkan Hilmi. Karena kalau dibiarkan Hilmi bisa jatuh di undak-undakan, atau terbentur kamera dan mikrofon yang semakin merangsek.

Tim pengaman mencoba persuasif, "tolong hoi ini orang tua!" dll. Agar wartawan minggir dan tidak menghalangi pintu mobil. Petugas pengamanan terus berusaha membuka pintu dengan susah payah. Akhirnya pintu bisa dibuka, ustadz masuk mobil dan meninggalkan KPK.

Namun tiba-tiba terjadi kekacauan. Wartawan melampiaskan kemarahannya secara membabi buta. Seorang anggota tim pengamanan bernama RN dipukul kamera (kena bibir atas), diteriaki, ditendang dan dipukuli puluhan wartawan. RN mengalami luka di bibir atas serta memar di jari tangannya (karena menangkis dan melindungi kepalanya).

RN beberapa kali jatuh terduduk dan melindungi kepalanya. Para wartawan berteriak2 dengan kasar, menyebut anjing dll.

RN lari karena keselamatannya terancam. RN sempat beberapa kali jatuh, ditendang, dipukul dan diinjak-injak. TF berusaha melindungi RN, namun juga kena pukul dan tendangan.

RN diselamatkan dan dilindungi oleh petugas kepolisian berpakaian preman dan dibawa ke pos security Jasa Raharja di samping Gedung KPK. RN didampingi kawan-kawannya dibawa ke Polsek Setiabudi, bukan untuk ditahan tetapi dimintai keterangan dan akan dibantu kalau akan melakukan penuntutan.

Awalnya petugas polisi mengira kalau RN dkk ini adalah aparat. Namun dijelaskan bahwa mereka adalah tim pengamanan PKS. Akhirnya RN dkk diizinkan pulang.

Sempat beredar kabar bahwa yang terjadi adalah wartawan dikeroyok tim pengawal Hilmi. Namun faktanya adalah wartawan sudah menunjukkan puncak kebenciannya dan melakukan tindakan premanisme yang memalukan.

Itulah mungkin kenapa Hilmi memakai jasa pengawal kali ini, karena pada panggilan pertama Hilmi tak menggunakan jasa pengawal. Mungkin berpengalaman dari sebelumnya di mana tingkah para wartawan itu  aneh dan provokatif. dan boleh jadi bisa membahayakan si saksi sendiri. Apalagi jika sang saksi sudah diasosiakan sebagai bersalah  amak bukan saja wartawan yang  saja bertindak di luar nalar, tapi juga mungkin warga yang yang diskeitar Hilmi. Atau bahkan kemungkinan provokator itu sendiri.

Sikap wartawan ini memang sudah di luar batas.  Karena bukan hanya bertanya soal kasus tapi juga menyerang secara fisik ke nara sumber. Kasus LHI ini benar benar sudah menyita banyak perhatian dan energi terbuang. kalau tak diselesaikan segera bisa menimbulkan gejolak horizontal. Ini rawan.

.

sumber kabar dari Dakwatuna.com

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap artikel di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (pengguna Kompasiana) yang menayangkannya. Kompasiana tidak dapat menjamin validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing pengguna.

Apa itu Ideologi Pancasila?

Posted: 15 May 2013 11:16 AM PDT

OPINI | 16 May 2013 | 00:52 Dibaca: 29   Komentar: 0   Nihil

Ideologi Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali (kristalisasi) dari nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia. Kelima sila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung didalamnya.

Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan ideologi bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan yang dari luar/dalam, langsung/tidak langsung dalam rangka menjamin kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Indonesia.

Untuk mewujudkannya diperlukan kondisi mental bangsa yang berlandaskan keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara serta pengamalannya yang konsisten dan berlanjut.
Untuk memperkuat ketahanan ideologi perlu langkah pembinaan sebagai berikut:
1. Pengamalan Pancasila secara obyektif dan subyektif.

2. Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu direlevansikan dan diaktualisasikan agar mampu membimbing dan mengarahkan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

3. Bhineka Tunggal Ika dan Wasantara terus dikembangkan dan ditanamkan dalam masyarakat yang majemuk sebagai upaya untuk menjaga persatuan bangsa dan kesatuan wilayah.

4. Contoh para pemimpin penyelenggara negara dan pemimpin tokoh masyarakat merupakan hal yang sangat mendasar.

5. Pembangunan seimbang antara fisik material dan mental spiritual untuk menghindari tumbuhnya materialisme dan sekularisme

6. Pendidikan moral Pancasila ditanamkan pada anak didik dengan cara mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap artikel di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (pengguna Kompasiana) yang menayangkannya. Kompasiana tidak dapat menjamin validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing pengguna.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar