Ketika hari mulai terasa panas dan matahari tepat dikepala kita, saya dengan seorang kawan sedang asik menikmati secangkir kopi dan rokok kretek. kita berdua sebenarnnya sedang berbicara namun tak bersuara. Bermenit-menit kita terdiam dan hanya senyuman saja yang tampak diantara kita ketika saling menatap. Hingga lebih dari 30 menit, Lagi-lagi kita tersenyum ketika saling menatap, mungkin lebih tepatnya mirip pasien RSJ kalau boleh saya mencontohkan.

lalu tak lama kemudian imajinasi saya mulai melayang jauh tak tentu arah. Tiba-tiba terdengar celetukan, "butuh modal aku bro.. kudune aku dadi anake wong sogeh, yen gawe usaha gak usah bingung modal ngene." (harusnnya aku jadi anak orang kaya kalau bikin usaha tidak usah bingung modal seperti ini). Saya tidak menjawab dan tidak berkomentar apa-apa. Lagi-lagi suasana hening tak bersuara lagi. Hanya suara berisik kipas angin yang terdengar saat itu.

Entah mengapa mata saya tiba-tiba tertuju pada batu yg bernama lumpang, seperti cawan yang terbuat dari batu. ditempat saya tinggal biasannya lumpang untuk tempat menumbuk kacang. Lumpang itu sudah lama tidak terpakai, lumpang yang saya miliki saya taruh didepan teras rumah dan saya beri ikan kecil, awalnya airnya begitu tampak jernih. Ikannya tampak bagus dan menyenangkan jika dilihat. Namun saat ini airnya berwarna hijau gelap dan ikan–ikan itu sudah berkembangbiak dan jumlahnya juga bertambah dari sebelumnya.

Telinga saya tidak lagi mendengarkan kawan saya berceloteh, seakan-akan saya mendengarkan ia berceloteh namun pikiran saya tak memperhatikannya. Saya memikirkan ikan-ikan saya yang saya taruh di lumpang tadi. Sudah lama saya tak memberi makan ikan-ikan itu, tetapi mereka masih hidup dan malah berkembangbiak walaupun airnya telah berubah menjadi hijau gelap.

Kawan saya terus berkeluh kesah seakan-akan takut dan khawatir bahwa esok ia tak dapat makan dan entah jalan apa yang ia tuju nanti untuk memenuhi kebutuhan perutnnya. Namun saya masih asik saja memperhatikan ikan-ikan itu. Ia masih dapat hidup diruang yang begitu sempit. Dan tak ada sedikit makananpun yang saya berikan sejak satu bulan yang lalu. saya sempat berpikir apakah ikan tersebut mungkin keluar dari air, lalu mengumpulkan makannan yang ada di darat lalu ikan itu kembali lagi di air. Hehehehee..

Saya bertanya-tanya pada diri saya sendiri, apakah mungkin ikan berdoa kepada TUHAN meminta untuk ditumbuhkannya lumut dikisaran batu, agar ikan dapat tetap hidup dan menghidupi anak-anaknya. Saya hanya bisa tersenyum heran, emmm. :) dan tiba-tiba mata saya melihat katak kecil, katak kecil yang begitu sabar menunggu mangsannya datang. katak itu memang sudah berada di pinggir lumpang tempat ikan saya sejak tadi, mungkin sejak 2 jam yang lalu. Katak itu berdiam diri tak bergerak sedikitpun. Mata saya kini beralih pada katak yang sabar menunggu mangsannya datang.

Kawan saya masih saja berkeluh kesah tak henti-hentinya. Menceritakan, bla.. bla.. bla… tak tentu arah. Saya hanya mengangguk saja ketika kawan saya terus bercerita dan meminta pertimbangan tentang keputusannya untuk mencari usaha baru karena usaha yang lama tak tampak berhasil.. tiba-tiba datang seekor lalat lalu hap.. habis sudah tertelan lalat itu. Lalu saya berpikir apakah lalat juga pernah berdoa Untuk tidak dimakan Katak ya.. hemmm.. entahlah mungkin katak juga pernah berdoa untuk mendapatkan lalat hari ini.

Lalu saya memikirkan hewan yang berlidah panjang juga, Yaitu cicak. cicak juga hewan yang sabar menunggu mangsannya datang. saya melihat diatap rumah ternyata tak ada satu ekor cicakpun saat itu. Biasannya cicak sudah mulai bergerombol disela-sela batas kayu atap rumah. Namun hari ini tak biasannya cicak-cicak tak ada disana. Mungkin cicak-cicak di rumah sedang rekreasi, karena butuh waktu penyegaran sebelum bertugas menjadi hewan yang selalu menunggu mangsannya. hehehe..

Lalu saya mencoba untuk memikirkan prilaku cicak dan katak yang selalu menunggu dengan sabar untuk memenuhi kebutuhan perutnnya. Mungkin cicak dan katak hewan yang tak pernah mengeluh karena ia harus menunggu dengan sabar sebelum bergerak cepat untuk menyergap mangsannya ketika seekor lalat atau nyamuk datang.

Mungkin juga cicak dan katak tak pernah berdoa kepada TUHAN untuk meminta sayap, karena mangsa buruhannya rata-rata hewan bersayap. Mungkin cicak dan katak sudah merasa kaya dengan apa yang ia punya walaupun cicak dan katak tak bersayap. Begitu juga dengan ikian-ikanku yang berada di lumpang ataupun ikan-ikan yang berada di danau dan di laut., mereka mungkin tak pernah berdoa kepada TUHAN untuk meminta sayap juga agar bisa terbang jauh, jika air berlahan mulai mengering dan tak ada lagi makanan didalam air.

Maaf untuk pembaca, rupannya kawan saya mulai marah dan tersinggung kepada saya, karena ia merasa ceritannya tidak saya dengarkan. Hehehe.. maaf akawan bukannya tak menghiraukanmu. sepertinnya kita perlu belajar dari hewan-hewan disekitar kita. Sebenarnnya dirimu sudah amat kaya dengan kemampuanmu. Tak perlu berkeluh kesah dengan kondisi kita yang terlahir sebagai apapun. Kita perlu belajar memahami kehidupan ini seperti ikan, cicak dan katak memahami khidupannya. :)

Sementara hal ini yang dapat saya ceritakan kepada semua, kita perlu memahami kehidupan dari sekitar kita tak hanya memahami kehidupan manusia saja, kehidupan hewan ataupun tumbuhan mungkin juga menyenangkan untuk kita amati dan kita pahami. Salam hangat untuk semua. Terima kasih. :)