Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Senin, 02 September 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


“BERTOBAT”

Posted: 02 Sep 2013 11:27 AM PDT

Emang Penting Ya, Ada Akun @SBYudhoyono?

Posted: 02 Sep 2013 11:27 AM PDT

1378144891623759799

https://twitter.com/Jenderal_Luten

Tadi pagi ada pertanyaan seperti ini, buat apa sih ada akun @SBYudhoyono? Saya juga bingung sebenarnya, emang penting banget ya ada akun kayak gitu. Terus ada yang tanya lagi, akun @SBYudhoyono kan banyak, mana yang asli mana yang benar? Pikir saya, ini juga penting banget apa? Asli atau tidak akun Presiden kita itu nggak penting ngkale. Yang penting adalah, apa yang kita tulis dengan me-reply ke tweet dia.

Hal ini saya hubung-hubungkan dengan kampus saya dulu, kenapa mereka kok tiba-tiba membuat akun grup facebook? Penting banget apa? Apalagi seumuran saya, emang kalo aktif di akun itu bisa menghasilkan duit? Pikir saya, penting juga apa kalo kita bilang "grup facebook itu gak ada guna"?

Terus saya hubungkan lagi dengan kampung saya ini? Emang penting apa membahas masalah Gelumbang, sebagai kota kecamatan yang bercita-cita jadi kabupaten? Kayaknya gak penting banget, deh. Tapi lagi-lagi saya mikir, emang orang peduli kalo saya komen, "Gelumbang gak penting banget deh"?

Ujung-ujungnya saya mikir, sebenarnya kita ini penting gak sih? Ngapain sok eksis ngetweet ke akun Presiden, sok eksis bikin status dan comment di facebook? Emangnya kita orang penting, yang hidupnya selalu jadi pusat perhatian. Kalo kita merasa diri kita penting, tentu ada solusinya dong. Kalo nggak, ngapain juga kita reply dan comment nggak jelas?

Kalo emang kita gak penting-penting banget ya, reply-nya yang ringan-ringan ajalah. Kayak…

Pak @SBYudhoyono, tolong duwooong! Aku galaaau!

Atau…

Pakde @SBYudhoyono, iki sikelku loro. Jileh duite tho!

Atau yang rada gila dikit…

Bikin akun yang mirip-mirip @SBYudhoyono

Suka-suka hati saja, asal konsekuen dengan akun tersebut. Maksudnya pakai nama asli, link-nya juga asli, jadi nggak ngelunjak tapi pakai akun palsu. Saya yakin kok, kalo kita bisa memberikan solusi yang baik, terus kita konsisten dengan apa yang kita bahas, bukan tidak mungkin kita akan ditoleh oleh kandidat Presiden Republik Indonesia selanjutnya.

Kira-kira begitulah. Semoga berguna, ya!

CATATAN : Tulisan di atas menilai kapasitas SBY sebagai Presiden lho, bukan bagian dari partai. Thanks!

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

“Dasar Bear Brand! Susu gak konsisten.” Edisi curhat.

Posted: 02 Sep 2013 11:27 AM PDT

Sudah basi belum ya, kalau baru sekarang saya ngomentari produk susu favorite saya ini?

Sudah sejak lama saya pengen misah-misuh soal iklan satu ini. Hanya saja, baru mantap sekarang.

Tahu Susu Beruang? Maksudnya, "Susu Bear Brand".

Just for your information, susu tersebut memang pakai gambar beruang sebagai brand-nya. Namanya juga produk Nestle. Sebagai perusahaan yang berbasis di Swiss, dimana dekat dengan pegunungan Alpen. Wajar saja, jika beruang menjadi maskot produk susu mereka. Selain itu, logikanya, kalau Nestle menggunakan beruang sebagai maskot, maka otomatis merk dagang mereka menyebut kata "Bear", sehingga menjadi "Bear Brand".

Jadi, gak mungkin kan, kalau merk-nya "Bear Brand", tapi berlogo kucing? Apalagi, kalau pakai gambar anjing.

Lantas, apa akan disebut sebagai, "Dog Milk", "Puppy Milk", "Halib Al-Kalbun", "Susu Anjing", atau "Susu Rajagukguk…"?! //–Waah… Stop! Stop! SARA… SARA…

Coba bayangin saja kalau logonya kucing, maka secara natural, penduduk lokal di Indonesia melabeli susu Bear Brand menjadi, "Susu beruang gambar kucing". Atau, familiarnya menjadi, "Susu Kucing" atau "Meong Milk". Bisa jadi, para ibu-ibu bakalan mikir-mikir dulu, sebelum ngebeliin anaknya susu ini.

Next question. Sudah pernah ngicipin susu merk Bear Brand? Jika "ya" adalah jawabanmu. Okay then, gimana rasanya? Hambar? Gurih? Manis?

Bagi saya pribadi, biar pun judulnya Bear Brand –dan bakalan lebih merakyat kalau disebut Susu Beruang, jujur saja, rasanya seperti susu!

Okelah, saya serius… Biarpun sudah bukan rahasia lagi, bahwa Susu Beruang rasanya memang seperti susu. Tapi buat kamu, yang sudah capek-capek nyasar ke artikel ini, plus ngebuang bandwidth buat page loading, maka saya rinciin deh… Susu Beruang memiliki rasa yang…

Segar…

Tawar…

Encer…

Harum…

Dan, bagi beberapa penikmat susu, cenderung mengatakan bahwa Susu Beruang itu gak enak, malah bikin mual…

————-To Be Continued!

Trus, trus? Mana letak gak konsistennya? Bukannya dari dulu rasa Susu Bear Brand memang gitu ya?

Penasaran? Gak penasaran ya? :'( Teganya…

Kalau gitu, yang boleh klik dan baca lanjutannya, cuma buat kamu yang penasaran! Klik di sini buat baca lebih panjang lagiiiiiiiii…..

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Mau CD Resume Perayaan 100 Tahun IMT?

Posted: 02 Sep 2013 11:27 AM PDT

1378143280881766329

para penari berusia belasan tahun saat pertontonkan tarian kolosal

Pernah hadiri rangkaian perayaan 100 Tahun Injil Masuk Toraja? Kalaupun sudah belum tentu menyaksikan semua kegiatan yang dibalut gelar tari-tarian adat berbagai propinsi, lomba seni dan paduan suara ibu-ibu dari berbagai penjuru Toraja dan luar daerah lainnya.

Atau decak kagum dan aplause penonton yang membludak saat rombongan asal Papua tampil membawakan tarian adat, sukaria peserta asal Palu yang memenuhi jantung kota Rantepao melakukan Ma'dero, artis-artis ibu kota Andre Hehanusa hingga Novita Dewi the X-Factor yang menghibur warga dan berbagai talk show  kesehatan, lettoan (bawaan tanda bersyukur) ratusan hewan ternak yang digotong beramai-ramai masuk kedalam pusat acara kegiatan bersama rombongan masing-masing daerah maupun gelar pawai semua institusi pemerintah dan swasta yang dibalut dengan atribut-atribut budaya maupun tarian Kolosal nan spektakuler macam Pa'kurre Sumanga'.

Masih banyak momen-momen yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Bagi yang tidak sempat ikut pulang bersyukur menyaksikan peristiwa langka maupun penasaran dengan kegiatan itu, tanpa menghilangkan momen-momen penting didalamnya setelah melalui proses pengeditan cukup panjang perayaan akbar itu terangkum dalam 3 Compact Disc dengan format DVD, memuaskan rasa ingin tahu anda seperti apa perayaan spektakuler itu.

Kabar-Toraja.Com bekerjasama dengan Toraja TV merangkum resume 100 tahun IMT I (Tuan rumah di Makale) dan IMT II (Tuan Rumah di Rantepao), dapat dibeli dengan Harga 1 paket (3 CD) Rp 170.000 belum termasuk ongkos kirim (tergantung daerah).

Bagi yang berminat dapat menghubungi email: marketing@kabar-toraja.com / nomor kontak (hanya sms) 0813-4061-1911/ Black Berry pin 2AB22ED5 / inbox Face Book kabartoraja.

Sebesar 4% dari hasil penjualan anda akan disumbangkan di rumah yatim piatu maupun rumah sosial lainnya di Toraja (Makale dan Rantepao). Hasil penjualan akan diumumkan secara berkala di ditus resmi kabar-toraja.com, yang bekerjasama dengan Radio Solideo FM, Rantepao. Tunggu apalagi dapati resume terlengkapnya sembari beramal. Lebih lengkap tonton resume videonya ini

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Pahlawan Kita Sudah Duluan Jadi Nama Jalan di Belanda

Posted: 02 Sep 2013 11:27 AM PDT

Usulan soal pergantian nama jalan di seputaran Monas, Jakarta Pusat. Perubahan ini mencakup Jalan Medan Merdeka menjadi Jalan Soekarno dan Jalan Merdeka Selatan yang disusulkan menjadi Jalan Hatta, Jalan Merdeka Timu menjadi Jalan Soeharto, Jalan Merdeka Barat menjadi Jalan Ali Saadikin, belum menemukan titik terang.

Usul ini bermula disampaikan oleh Panitia 17, Ketua MPR dan mantan anggota DPR RI kepada Gubernur DKI Jakarta yang nanti diteruskan kepada Presiden SBY untuk di terima atau ditolak. Seyogyanya,  hal ini adalah langkah positif. Kenapa? agar parah tokoh Pahlawan Kita bisa di kenang, dan senantiasa melekat dalam ingatan generasi berikutnya.

Sebagai perbandingan, saya coba menoleh ke Belanda.

Kita liat ke Belanda, bangsa kolonial penjajah bumi pertiwi kita saja. Disana ada beberapa tokoh pahlawan Indonesia yang dijadikan nama jalan di Belanda.  C0ntohnya saja:

1), Sjahrir Straat (Jalan Sjahrir) di kota Leiden.

13781427721390414145

(sumber foto: http://1.bp.blogspot.com/)

2) RA Kartini Straat berlokasi di Utrcehrt, Verlo dan Amsterdam.

13781409572077142449

(sumber foto: http://1.bp.blogspot.com/)

3) Mohamad Hatta Straaat (Jalan Mohammad Hatta) di kawasan Haarle.

13781416581091362564

(sumber foto: http://1.bp.blogspot.com)

4) Munir Straat (Jalan Munir) di Den Haag.

13781419961618981125

(sumber foto: http://2.bp.blogspot.com/)

Ketika kita baru memikirkannya, orang lain sudah melakukannya! Jaya Indonesia Ku!

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Jalan Soeharto Untuk Melukai atau Apa?

Posted: 02 Sep 2013 11:27 AM PDT

Soeharto (wikiphoto)

Soeharto (wikiphoto

Lima belas tahun memang waktu yang sudah cukup untuk melupakan kesalahan seorang Soeharto, meskipun itu terlalu menyiksa. Tetapi  bagi sebagian kecil mereka yang menikmati gelimang harta dan gemilang tahta ketika Soeharto berkuasa, waktu selama itu seperti sudah berabad silam. Mereka yang awalnya malu malu mengungkap keberadaan mereka di ranah umum sekarang sudah terang terangan unjuk diri bahwa mereka adalah pemuja penguasa Orde Baru itu.

Sebenarnya Pak Harto yang meninggal 27 Januari 2008 lalu masih segar dalam ingatan sebagian kita saat ini, meskipun ketika dia berkuasa kita mungkin belum tahu siapa itu Suharto dengan segala kekayaan yang super mewah di sekitar pendukung kekuasaannya. Artinya, tahun 2013 ini pemuja Soeharto baru kehilangannya baru lima tahun saja.

Mungkin sebelum waktu menghilangkan jejak Soeharto dalam ingatan mereka, maka kini besar upaya yang dilakukan untuk mengesahkan keberadaan seorang diktator yang tersenyum itu. Setelah gagal menjadikannya sebagai Pahlawan, kini Soeharto diusulkan sebagai nama jalan.

Para pengusul nama jalan Soeharto ini benar benar seperti tiran yang tidak memperhatikan masalah perasaan mereka yang lebih banyak. Penulis tidak tahu persis seberapa besar pendukung Soeharto dan berapa jumlah yang anti dengannya, namun terlihat bagaimana rakyat kebanyakan seperti alergi mendengar nama 'the smiling General' itu.

Semasa hidupnya, Soeharto memang pernah diseret ke pengadilan untuk kasus korupsi, namun kasusnya tidak pernah diputus karena dokter menyatakan Soeharto menderita kerusakan memori yang membuatnya tak bisa diadili. Sampai akhir hayatnya dia berstatus tersangka, sebelum Jaksa Agung akhirnya memutuskan menghentikan penuntutan atas perkara Soeharto.

Para korban penculikan dan korupsi yang dilakukan keturunan serta sanak saudara termasuk para birokrat ketika dia berkuasa harusnya tidak berusaha melukai perasaan masyarakat yang teraniaya dengan Orde Barunya Soeharto.

Ada yang diculik, dirampas tanah leluhurnya, dirampas hak politik serta kebebasannya, uang negara seoalh uang pribadi, dan masih banyak lainnya berkategori pelanggaran HAM, adalah alasan kenapa Soeharto jatuh dari kursi istana sana. Tentu dipicu krisis dan gejolak ekonomi pada masa 1998 berdarah itu.

Usulan nama Soherto sebagai jalan, dengan dalih rekonsiliasi dan mendekatkan penguasa Orde Baru itu seperti yang dikemukakan politisi Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, Senin, 2 September 2013 (seperti dikutip banyak media).

Masalahnya, adakah orang dari keluarga Soeharto meminta maaf atas nama beliau (ketika masih hidup dan sampai sekarang) kepada mereka yang teraniaya secara terbuka? Atau adakah negara meminta maaf atas pelanggarah HAM yang dilakukan oleh Presiden selama 32 tahun itu?

Benar, belum ada keputusan dari pengadilan bahwa dia (Soeharto) dinyatakan  bersalah, tetapi bukankan setiap upaya pengadilan selalu dihalang-halangi oleh mereka yang ada di lingkaran kekuasaan dan politik pasca kejatuhan Soeharto - terutama politisi dari kalangan Golkar dan pecahannya? Lalu bagaimana ada keputusan kalau tidak ada pengadilannya?

Saya tidak membenci Soeharto dan tidak punya alasan untuk itu, tapi jika namanya dijadikan sebagai nama jalan, saya khawatir bukan rekonsiliasi yang didapat malah perpecahan semakin sulit dielakkan…

Disisi lain, sepertinya ada upaya mempertahankan dan memperkuat ketokohan nama Soeharto dan membersihkan namanya secara perlahan sebagai investasi politik masa depan. Dengan menjadikan Soeharto sebagai seolah orang suci tak berdosa, maka para penerus partai tertentu tidak akan kekurangan sosok pemersatu dan penguat seperti Bung Karno saat ini.

Kalau ini yang terjadi, silahkan saja berinvestasi…politik. Anda pasti mengerti maskud saya bukan?

;

;
=SachsTM=

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar