Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Selasa, 24 September 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Masyarakat Biang Kerok Kecelakaan?

Posted: 24 Sep 2013 11:45 AM PDT

Masalah digiring ke Hilir
http://rsa.or.id/masalah-digiring-ke-hilir/
—–

Saat ini, masalah kecelakaan lalu lintas jalan marak diberitakan dan dieskpos media massa. Entah karena banyaknya figur publik yang terlibat, atau kepedulian masyarakat yang kian menguat. Apapun itu, sebagai pengguna jalan kita harus mensyukuri fenomena ini.

Sebanyak 80-an jiwa melayang per hari akibat kecelakaan di jalan. Tentu itu adalah sebuah angka yang tinggi jika dibandingkan dengan faktor penyebab kematian nonpenyakit lainnya. Ironisnya, kecelakaan punya efek berantai di dalam kehidupan manusia.

Tahun 2012, lebih dari 60% kendaraan yang terlibat kecelakaan adalah sepeda motor. Masuk akal karena populasi roda dua cukup tinggi. Tahun itu, jumlah sepeda motor yang tercatat Kepolisian RI sekitar 77,7 juta unit. Sedangkan roda empat atau lebih sekitar 15 juta unit.

Data Kepolisian RI menyebutkan, pada 2011, pemicu kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia terdiri atas faktor manusia (53,20%), faktor jalan (28,17%), faktor kendaraan (14,05%), dan faktor alam (4,58%). Artinya, faktor manusia masih menjadi pemicu utama.

Faktor manusia didominasi dua aspek, yakni kelengahan dan berkendara tidak tertib. Tak pelak muncul jargon dari kepolisian, yakni kecelakaan kerap kali diawali pelanggaran aturan lalu lintas.

Ada hal yang menggelitik saya, hal ini juga menjadi topik bahasan harian para penggiat LSM keselamatan jalan satu-satunya di Indonesia, Road Safety Association (RSA). Publik terlena dengan data dan jargon yang dibangun. Publik juga dijejali dengan berbagai macam kampanye keselamatan jalan, hampir sangat mudah kita lihat imbauan keselamatan berkendara di jalan-jalan protokol. Bahkan, siswa-siswi sekolah dengan mudah mendapatkan informasi data kecelakaan berikut tips keamanan saat berkendara.

Hal yang menjadi fokus saya di tengah gencarnya pemberitaan dan kampanye yang dilakukan pemerintah adalah, penempatan masyarakat sebagai biang kerok kecelakaan. Karena itu, masyarakat diminta harus terampil, harus tertib, dan harus beretika di jalan. Masyarakat jadi kambing hitam, mereka pun kebingungan. Hal itu berujung pada keputus-asaan, pengguna jalan jadi "minder" melihat tudingan-tudingan yang dilancarkan pemerintah itu.

Seakan-akan pemerintah sudah sempurna dengan segala usahanya.

Sadarkah pemerintah bahwa mereka belum konsisten dalam mensinergikan masing-masing para pemangku kepentingan keselamatan jalan? Mestinya kementerian perhubungan bisa lebih sinergi dengan kepolisian. Lalu, kementerian kesehatan juga bersinergi dengan yang lain. Bahkan, amat elok jika semua dana dari instansi yang ada dapat menjadi satu kesatuan untuk memudahkan tercapai tujuannya.

Lantas, bagaimana penegakan hukum sebagai faktor keberhasilan implementasi peraturan? Lalu bagaimana wewenang penindakan kepada angkutan umum, siapa yang bisa bertindak? Lalu bagaimana sinergi dalam tingkat provinsi bila Polisi dan Perhubungan tidak mempunyai alur komando yang sama?

Ya, kita terlena dengan pemberitaan bahwa kesalahan ada di pengguna jalan, kampanye seakan melegitimasi bahwa Pemerintah sudah sempurna melakukan hal yang benar? Mana kampanye tentang usaha Pemerintah dalam saling koordinasi dan bersinergi?

Memang betul, masalah kecelakaan lalu lintas ini adalah tanggung jawab kita bersama, hanya saja, saya juga mau melihat perimbangannya. Pemerintah dengan pembenahannya dan masyarakat dengan kesadarannya. Aamiin.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Dibawah Hujan

Posted: 24 Sep 2013 11:45 AM PDT

DUA PERTANYAAN UNTUK GUBERNUR KALTIM 2013-1018

Posted: 24 Sep 2013 11:45 AM PDT

Visi dan Misi Gubernur dan Wakil Gubernur kaltim 2013-108, Awang Faroek Ishak dan Mukmin Faisyal (AFI & MF), itu berbunyi "Mewujudkan Kaltim sejahtera yang Merata dan Berkeadilan Berbasis Agroindustri dan Energi Ramah Lingkungan".

Tulisan ini mencoba fokus pada basis agroindustri dan energi ramah lingkungan karena penulis menekuni dua bidang itu selama lima tahun terakhir ini. Sebagai konsultan agribisnis, dan sebagai praktisi untuk bidang energi terbarukan. Agribisnis bermakna sama dengan agroindustri.

Dua pertanyaan yang sempat penulis susun ketika mencermati visi tersebut. Apa indikator bahwa Kaltim sedang memasuki tahapan sebagai daerah berbasis agroindustri? Lalu, apa indikator bahwa Kaltim telah mencapai atau sedang memasuki tahapan basis energi ramah lingkungan?

Tahapan agribisnis

Jika berpijak pada kerangka pikir agribisnis, ada lima subsistem yang saling terkait dan saling mendukung bahwa suatu sistem total agribisnis telah berjalan dengan baik. Kelima subsistem itu harus diawali pengadaan dan distribusi input pertanian; kegiatan produksi primer; pengolahan hasil pertanian; pemasaran hasil pertanian; serta subsistem layanan pendukung.

Semua subsistem itu harus mampu melibatkan peran lembaga pendidikan dan penelitian , petani-nelayan-peternak, pengusaha, pemerintah dan anggota DPRD selaku pengendali regulasi yang seharus mendorong pada percepatan realisasi Kaltim sebagai basis agri industri.

Bagi Kaltim, boleh jadi tahapan agribisnis ini sudah tercapai untuk komoditi kelapa sawit. Bahkan telah dipersiapkan lokasi di KEK Maloy untuk industri oleokimia sehingga ekspor bukan lagi CPO tetapi akan berubah menjadi minyak goreng, sabun, dan margarin. Namun, untuk komoditi lain, jajaran tim kerja di pemerintahan AFI dan MF harus masih ekstra kerja cerdas untuk  mewujudkan visi tersebut. Kerja cerdas itu harus kerja sama, kerja keras, dan kerja cermat.

Pemerintah Kaltim perlu memfokuskan diri pada komoditi-komoditi pertanian lain yang tercakup dalam tanam pangan, perkebunan, perikanan sungai dan laut, peternakan, serta kehutanan. Kelima kelompok komoditi itu masih menunjukkan bahwa Kaltim masih berposisi sebagai penyedia bahan baku saja, dan belum mampu mengubahnya menjadi produk jadi atau setengah jadi. Bahkan untuk komoditi bahan pangan seperti beras, jagung, kedelai, daging sapi, dan hortikultura, daerah ini masih dalam posisi minus.

Tanpa skala prioritas untuk pemilihan komoditi, maka terlalu berat bagi Pemerintahan AFI dan MF untuk merealisasikan visi dan misinya. Apalagi jika hanya bertumpu pada APBD yang sudah banyak tersedot untuk operasional pemerintah sendiri, dan hanya menyisakan sedikit untuk anggaran pembangunan. Lagi-lagi apakah pertanian harus bersabar menunggu penambahan dana di APBD?

Penulis menyarankan kepada Gubernur Kaltim untuk lima tahun kedepan untuk membuat skala prioritas komoditi pertanian, bekerja sama dengan kabupaten dan kota untuk penentuan sentra produksi dan pengolahan komoditi, dukungan anggaran yang jelas dan cukup untuk sentra tersebut. Dukungan kebijakan daerah yang transparan dan jelas biaya dan waktunya jika berminat mengundang investor. Bahkan harus mampu bekerjasama dengan DPRD Provinsi untuk merancang Peraturan Daerah tentang Pengembangan Agroindustri Daerah sebagai sinkronisasi seluruh aturan nasional dan daerah sebagai landasan hukumnya.

Tahapan Energi Ramah Lingkungan?

Untuk membangun Kaltim sebagai daerah yang berbasis pada energi ramah lingkungan memerlukan pembahasan dari pihak pemerintah, DPRD, masyarakat, swasta, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan tak kalah pentingnya adalah mengajak peran swasta dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk menjadi motor penggerak kendati memerlukan persyaratan bisnis didalamnya.

Berdasarkan kajian pustaka, ada tujuh bagian penting jika suatu daerah diplotkan sebagai basis energi apalagi harus ramah lingkungan. Ketujuh bagian itu adalah (1) Ketersediaan bahan baku energi; (2) pemahaman yang baik tentang konversi energi, (3) adaptasi dan kemampuan untuk memilih teknologi pembangkit energi, (4) Kondisi Lokasi dari sisi sosial dan lingkungan yang bakal menjadi sentra produksi energi. Karena sentra itu ingin mendapatkan manfaat sosial dan lingkungan dan bukan sebaliknya yaitu kehancuran lingkungan; (5) Strategi Manajemen, siapa dan berperan apa?, kebutuhan regulasi apa? ; (6) Identifikasi Kebutuhan Energi untuk sendiri dan langkah optimis untuk menjadi eksportir energi ke daerah lain dengan tidak mengandalkan minyak, gas dan batubara; dan (7) keuangan atau strategi dan langkah pembiayaannya.

Ketujuh bagian itu perlu dirinci lagi dalam bantuk kertas kerja atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk kalangan pemerintah dan harus selaras dan menjadi panduan penting bagi swasta untuk menyusun Rencana Bisnisnya.

Strategi pemikiran AFI-MF akan lebih bermakna lagi jika Jajaran Pemda Kaltim  mampu mengkombinasikan paradigma agroindustri dengan paradigma energi untuk mendukung Kaltim menjadi basis energi terbarukan.

Penulis hanya mengantarkan opini ini sebagai bahan diskusi kepada Pemerintah dan masyarakat Kaltim. Dua pertanyaan itu jadi awal kontribusi penulis untuk ikut membantu penataan KALTIM sebagai Basis Agroindustri dan Energi Ramah Lingkungan.   Mimpi indah?

Sangatta, September 2013.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Praktek Kapitalisme Di Papua

Posted: 24 Sep 2013 11:45 AM PDT

Alam yang melimpah di negeri Papua selalu menjadi target negara-negara lain yang mau memonopoli kekayaan alam di Bumi Cendrawasih. Sebagai salah satu lungs dunia, alam Papua memang harus dilestarikan, bermula dari kemerdekaan negara Indonesia, Papua sudah terlihat menjadi rebutan antara Indonesia dengan negara lain. Kekayaan alam memang menjadi target banyak negara yang ingin mengeksploitasi demi kemajuan bangsanya atau kelompoknya.

Pemanfaatan propertie Papua seharusnya dilakukan tanpa cara eksploitasi yang tidak baik. Penerapan mega proyek tambang yang dapat merusak alam juga harus dipikirkan lebih lanjut. mega proyek tambang yang terdapat di Papua yaitu PT Freeport. Hasil dari proyek tambang tersebut sebagian besar dibawa oleh PT Freeport dan hanya sebagian kecil saja diberikan ke pemerintah. "Sungguh membuat hati tak sahdu", sangat tidak rasional apabila Papua dieksploitasi secara besar-besaran kekayaan alamnya nantinya yang menikmati hasilnya adalah negara barat-barat yang mana masih menganut pemahaman kapitalisme.

Masyarakat Papua menjadi korban dari kapitalisme yang terus-menerus menggerus kekayaan tanah kelahirannya untuk kepentingan yang tidak dapat dinikmati secara nyata oleh masyarakat Papua tersebut. Dampak dari eksploitasi sumber daya alam tersebut antara lain kepada kesehatan, gangguan alam akibat galian tambang, konflik dengan pihak PT Freeport dan ketidakpercayaan masyarakat papua terhadap pemerintah Republik Indonesia (net).

Salah satu pemicu dari konflik ini adalah ketika Papua ingin berpisah dari NKRI, terjadilah perebutan dan semacamnya, dan juga kita sebagai warga negara Indonesia harus mendukung apa sebenarnya yang di inginkan masyarakat Papua, diantaranya adalah Pendidikan, kesejahteraan hidup, keadilan ekonomi  - Kesenjangan ekonomi juga menjadi pemicu terjadinya berbagai jenis kesenjangan dan keterpurukan dan lain sebagainya.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

PSSI dan BTN akan Tetap Selalu Salah di Mata IPLONTE

Posted: 24 Sep 2013 11:45 AM PDT

PSSI & BTN sudah bawa Timnas Juara aja tetap disalahkan, dihina, dicaci, dihujat dll. Apalagi Timnas gagal Juara? pasti bilang kekalahan udah di setting mafia bla bla bla ujung2nya fitnah… Kalau para IPLONTE memfitnah itu bukan hal aneh lagi, udah biasa, wajar dan kebiasaan mereka.

Bisanya cuma nyinyir-nyinyir mulu, seolah PSSI Rezim jenggala itu yg terbaik sedunia dan akhirat. dulu katanya sehancur-hancurnya PSSI tetep dukung yg PSSI Resmi. Karena PSSI sudah tidak ditangan kelompok sempak mereka, jadi ya slogan resmi-resmi itu tidak berlaku sekarang :D

*Sekarang saya tanya ya IPLONTE, tolong di jawab, tapi pake OTAK yah jawabnya? xixixi :D

Bedakan mana yg BAIK mana yg GA TAU DIRI ?

1. PSSI Rezim Jenggala tidak membayar gaji para pelatih Timnas berbulan bulan

2. PSSI (yg katanya) 'mafia' MELUNASI semua tunggakan gaji pelatih Timnas

====================

1. PSSI Rezim Jenggala HUTANG ke HOTEL-HOTEL

2. PSSI 'mafia' yg MELUNASI semua Tunggakan ke Hotel-hotel

=====================

1. PSSI Rezim Jenggala TUNGGAK uang Saku pemain Timnas

2. PSSI 'mafia' lewat BTN memberi Beasiswa atas Prestasi Timnas U-19

=====================

Sumber-sumber:

http://bola.kompas.com/read/2013/02/21/13244130/pssi.tunggak.uang.saku.pemain.timnas

http://www.tempo.co/read/news/2013/04/01/100470534

http://www.duniasoccer.com/Duniasoccer/Indonesia/PSSI/Usai-Gaji-Dilunasi-Kontrak-Seluruh-Pelatih-Timnas-Diputus-Dahulu

http://www.bola.net/indonesia/exco-patungan-lunasi-utang-sebelum-hut-pssi-7195f0.html

Itu PERTANYAAN MUDAH LOOOOOH? :D

FM

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Kebenaran itu Tidak Mungkin Tidak Logis!

Posted: 24 Sep 2013 11:45 AM PDT

"Segala kebenaran adalah kebenaran Allah. Di mana dan kapan pun kebenaran itu ditemukan, pastilah berasal dari Allah". Ini adalah tesis dasar dari buku berjudul: All Truth is God's Truth karya Arthur F. Holmes.

Persoalan spesifik yang menggelitik dan coba saya tuangkan permenungan saya via tulisan pendek ini adalah mungkinkah Allah - sumber segala kebenaran - mewahyukan sesuatu yang tidak logis?

Sebelum menilik buah pergelutan saya dengan pertanyaan di atas, sebaiknya saya kemukakan dulu apa yang saya maksudkan dengan logika [yang kata sifatnya, logis, saya gunakan dalam tulisan ini]. Sederhananya, logika adalah aturan-aturan atau hukum-hukum penalaran.

Jadi, frasa "tidak logis" di atas berarti tidak sesuai dengan aturan-aturan atau hukum-hukum penalaran. Konkretnya, mungkinkah Allah mewahyukan kebenaran yang tidak sesuai dengan hukum-hukum penalaran (logika)?

Saya memberikan jawaban negatif untuk pertanyaan di atas. TIDAK MUNGKIN!

Mengapa tidak mungkin? Tidak mungkin karena ketidaksesuaian dengan hukum-hukum penalaran adalah ketidakbenaran (fallacies). Ketidakbenaran pasti tidak benar. Tidak benar pasti tidak berasal dari Allah.

Tetapi, tunggu dulu. Anda menyanggah?! Bukankah banyak hal, mis. berkaitan dengan iman yang tidak masuk akal? Well, sebutkan salah satu hal berkaitan iman yang menurut Anda tidak masuk Akal. Oke, Anda mulai meraba-raba dan mencoba mengemukakan sebuah contoh.

Misalnya mukjizat-mukjizat. Bukankah mukjizat-mukjizat tidak dapat dijelaskan secara logis?

Bila itu contoh terbaik Anda [Anda bisa memikirkan sebuah contoh lain], saya justru melihat Anda kebingungan dan menggabungkan antara "ketidaklengkapan informasi" atau "keterbatasan pemahaman" dengan prinsip-prinsip penalaran. Kita tidak dapat menjelaskan sebuah mukjizat secara memuaskan berdasarkan kemampuan nalar kita, bukan karena terjadinya mukjizat itu adalah sesuatu yang tidak logis. Bukan. Kita tidak dapat menjelaskannya secara tuntas karena kita tidak memiliki semua informasi yang diperlukan untuk menjelaskannya.

Paling banter, kita bisa menyebutnya "melampaui pemahaman" kita yang terbatas, sebagai manusia yang terbatas tentunya. Tetapi adalah tidak benar untuk memberinya label "tidak logis" hanya karena kita tidak dapat memberikan penjelasan yang mencakup segala sesuatu mengenai sesuatu hal.

Perihal terjadinya mukjizat, itu adalah sebuah kejadian logis. Bagaimana bisa? Ya bisa dong. Allah Mahakuasa bukan? Tidakkah kemahakuasaan Allah menjadi dasar yang logis untuk terjadinya sebuah mukjizat? Begini rekonstruksi logisnya:

1. Allah Mahakuasa
2. Karena IA Mahakuasa, hal-hal yang tergolong ajaib bagi manusia PASTI bisa IA lakukan
3. Maka mukjizat (hal-hal yang ajaib) dapat terjadi.

Saya justru menganggap bahwa mereka yang mengajarkan kebenaran yang tidak logis sebagai orang-orang yang menyebarluaskan kebohongan mengenai Allah. Kebohongan itu adalah bahwa Allah dapat memberikan pewahyuan atau melakukan sebuah tindakan yang tidak logis.

Implikasi dari hal di atas sangat penting untuk diperhatikan. Kita harus menghindari segala sesuatu yang tidak logis atau cacat logika (fallacies). Berhentilah menipu diri bahwa Anda dapat membela Tuhan dan membela kebenaran dengan bergelimang sesat pikir (cacat logika). Melakukan hal ini berarti Anda menganggap bahwa Tuhan dapat "mengawinkan" kebenaran dengan ketidakbenaran Anda demi membuat-Nya terlihat "baik"/"benar" di mata publik. Kebenaran hanya dapat diajarkan dipertahankan dengan kebenaran!

Sekali lagi, tidak mungkin kebenaran itu tidak logis!

Bekasi, 25 September 2013.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar