Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Kamis, 12 September 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Terbaik

Posted: 12 Sep 2013 12:08 PM PDT

MENTERI MABUK INDONESIA

Posted: 12 Sep 2013 12:08 PM PDT

OPINI | 13 September 2013 | 01:59 Dibaca: 4   0

Setelah membaca beberapa berita tentang diluncurkannya mobil murah LCGC ( Low Cost Green Car ) Agya dan Ayla oleh Toyota dan Daihatsu, ada sesuatu yang sangat menggelitik di hati saya yaitu pernyataan oleh Menteri Perindustrian " program mobil murah ini untuk rakyat kecil ". Pertanyaannya kenapa rakyat kecil diajari untuk memiliki mobil…? bukankah sebaiknya seluruh rakyat Indonesia ini menggunakan angkutan umum..? seharusnya para pembantu presiden ini berpikir bagaimana cara menyediakan angkutan umum massal yang terjangkau untuk rakyatnya, tapi tampaknya menteri yang satu ini masih berpikir bahwa negara yang maju itu adalah jika rakyat miskin sudah mampu membeli mobil.

Jika di negara ini sudah tersedia angkutan umum yang manusiawi dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan jika sebagian besar dari masyarakat itu mau menggunakan angkutan umum, kita bisa bayangkan sangat banyak manfaat yang bisa diambil, kebutuhan akan BBM dalam negeri bisa dikurangi dan akan membuat negara ini bisa menjual minyak ke luar negeri, masyarakat akan lebih bisa mengatur keuangannya, penghasilan masyarakat akan mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dan masyarakat bisa diarahkan untuk menabung dan berbagai manfaat lainnya bukan malah diajarkan berperilaku konsumtif, ingatlah bahwa perilaku konsumstif itu hanya akan membuat rakyat kecil akan semakin melarat dan hanya akan menguntungkan pengusaha, semakin rakyat melarat maka rakyat akan semakin mudah untuk digunakan sebagai " tenaga kerja paksa " bagi pengusaha dan pemerintah untuk menghasilkan rupiah dan sekali lagi rakyat tetap sebagai pihak yang dikorbankan.

berikut adalah kutipan pernyataan Menteri Perindustrian yang mabuk itu :" "Kasih tahu Pak Jokowi, ini juga ditujukan kepada rakyat yang berpenghasilan kecil dan menengah, rakyat yang mencintai dia juga. Harus diberikan kesempatan kepada rakyat kecil yang mencintai Pak Jokowi untuk bisa membeli mobil murah," kata Hidayat di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (12/9/2013 ). Hidayat mengatakan, tidak ada salahnya jika rakyat yang memiliki kemampuan lalu membeli mobil murah. Ia berseloroh, Indonesia sudah 68 tahun merdeka, masa rakyat miskin tidak boleh membeli mobil murah. (sumber = http://nasional.kompas.com/read/2013/09/12/1507206/Menteri.Perindustrian.Kasih.Tahu.Pak.Jokowi.Mobil.Murah.untuk.Rakyat.Kecil?%20utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp )

Kesimpulan akhir adalah Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang memikirkan dan menyayangi rakyatnya dan tidak akan mengajarkan yang tidak baik dan tidak akan mengajarkan hal - hal yang merugikan bagi rakyatnya, nah bagaimana pendapat pembaca kompasiana apakah pemerintah ini sudah menjadi pemerintah yang baik atau malah menjadi pemerintah yang buruk…??

Penulis sangat mengharapkan tanggapan, saran dan kritik yang membangun dari pembaca semua. Terima Kasih.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Donor Darah, Bernilai kemanusiaan, Bermanfaat bagi Kesehatan

Posted: 12 Sep 2013 12:08 PM PDT

Donor darah, salah satu kegiatan yang bernilai kemanusiaan juga dikatakan bermanfaat bagi kesehatan orang yang melakukannya. Biasanya kegiatan donor darah di lakukan oleh PMI setempat bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang memang ingin melakukan bakti sosial semacam ini. Dan jangan heran, bila masih banyak orang yang mau melakukan kegiatan sosial ini. Memang di antara kaum muda berkembang mitos bahwa donor darah bisa menyebabkan kegemukan bila tak rutin melakukannya. Juga beberapa hal klasik seperti takut dengan jarum suntik. Namun, ada beberapa teman penulis yang sebenarnya ingin ikut kegiatan donor darah akan tetapi tidak memenuhi syarat sehingga niat mulia tersebut harus terhenti.

Untuk bisa menjadi peserta donor darah pun ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh calon pendonor. Di antaranya, adalah berusia 17 hingga 60 tahun, berat badan yang harus diatas 45 Kg, Tingkat Hemoglobin diatas 12,5 gram, denyut nadi normal dan tekanan darah baik, tidak sedang menstruasi bagi perempuan, tidak mengkonsumsi obat-obatan dan juga tidak memiliki riwayat penyakit berat atau menular. Tentunya hal ini dimaksudkan agar darah yang didapatkan dari kegiatan donor darah adalah darah yang bersih dan sehat supaya bisa dimanfaatkan untuk orang yang memerlukan. Meski sebelum darah itu disalurkan ke orang yang memerlukan, darah yang didapatkan dari kegiatan donor darah akan melalui serangkaian tes di laboratorium untuk memastikan bahwa darah tersebut layak digunakan. Darah yang terindikasi mengandung penyakit atau terinfeksi obat-obatan pastinya akan langsung dibuang.

Darah yang telah melalui serangkaian pemeriksaan di laboratorium dan dinyatakan sehat akan ditambahi dengan serum tertentu agar lebih tahan lama. Karena darah yang kita donorkan hanya bisa tahan selama 4 minggu. Setelah masa penyimpanan dalam kurun waktu tertentu maka darah akan siap di distribusikan ke Rumah Sakit, Puskesmas dan lembaga kesehatan lain yang memerlukan darah.

Donor darah, banyak sekali manfaatnya. Salah satunya adalah dapat menyelamatkan nyawa orang lain yang sedang dalam kondisi kritis dan memerlukan transfusi darah. Selain itu, donor darah juga bermanfaat bagi kesehatan pelakunya. Diantaranya menyeimbangkan zat besi, mengurangi resiko penyakit berat seperti serangan jantung, stroke, dan obesitas.

Di Universitas Paramadina, setiap peringatan hari lahir yang dinamakan Dies Natalis Paramadina di tanggal 10 Januari selalu di adakan kegiatan donor darah yang diikuti oleh karyawan, mahasiswa dan dosen di Universitas tersebut. Biasanya dilakukan sejak jam 9 pagi dan diakhiri jam 12 siang atau jika kantong darah sudah penuh. Lebih sering pendaftaran peserta di tutup karena kantong darah sudah penuh sebab orang yang ingin donor darah ternyata banyak sekali, tidak hanya dari kalangan dalam paramadina tapi juga dari kolega-kolega universitas paramadina yang diundang dalam acara dies natalies tersebut.

Lokasi gedung Universitas Paramadina yang bersebelahan dengan Gedung PMI Pusat yakni di Jalan Gatot Subroto Mampang Jakarta Selatan memudahkan akses ke PMI untuk berkoordinasi dalam melakukan kegiatan donor darah di kampus. Ditambah lagi bahwa Jusuf Kalla, yang merupakan salah satu Dewan Pembina Yayasan Paramadina adalah Ketua PMI pusat sejak tahun 2009. Sehingga kegiatan donor darah di kampus ini amat dianjurkan dan diapresiasi oleh beliau.

Selain donor darah yang diadakan setiap ulang tahun Universitas, beberapa Himpunan Mahasiswa dan Unit Kegiatan Mahasiswa di kampus warisan Cak Nur ini juga sering melakukan kegiatan donor darah. Contohnya Hima Manajemen yang melakukan kegiatan donor darah dalam rangkaian acara Manajemen Cup di tahun 2011.

Adalah Septi Diah Prameswari, mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2010 yang rutin melakukan donor darah baik di kampus maupun di lingkungan tempatnya tinggal.

"Saya suka melakukan donor darah sebab itu mempermudah keluarga saya untuk memperoleh bantuan darah apabila sedang memerlukan darah, akibat kecelakaan misalnya," tutur Septi.

Lain lagi dengan Fidia Larakinanti, mahasiswi Hubungan Internasional di Paramadina yang mengaku awalnya takut melakukan donor darah."Dulu, aku gak berani ikut donor darah. Karena pernah jadi korban dokter yang salah menggunakan jarum suntik. Kemudian setelah kuliah aku nekat nyoba ikut donor darah di kelurahan, alhamdulillah petugasnya profesional dalam menggunakan peralatan. Jadi sekarang aku rutin donor darah sebab aku telah merasakan manfaatnya, aku merasa segar dan sehat dengan melakukan donor darah," ungkapnya.

Sedangkan Zahra Rahmani Rahmiyah, mahasiswi Desain Produk Industri yang juga tak pernah melewatkan kesempatan untuk ikut donor darah menyatakan "Saya ikut donor darah karena ingin berbagi, itu aja," ujarnya simple.

Beragam alasan orang melakukan donor darah, ada yang karena manfaatnya bagi kesehatan atau karena memang niatnya murni bagi kemanusiaan. Apapun itu, tentunya aksi donor darah adalah aksi sosial yang patut dilestarikan untuk memupuk rasa solidaritas kemanusiaan dalam setiap diri individu.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Mengangkat Potensi Daerah Wujudkan Indonesia Mandiri

Posted: 12 Sep 2013 12:08 PM PDT

OPINI | 13 September 2013 | 01:52 Dibaca: 12   Komentar: 0   0

Salam Indonesia Mandiri,

Dengan segala puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT kami panjatkan kepadaNya, bersama dengan ini kami sebagai salah satu komunitas yang peduli terhadap Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Usaha Rakyat mengajak kepada seluruh masyarakat atau pelaku tani, ternak serta usaha rakyat untuk bergabung bersama kami demi mewujudkan "Indonesia Mandiri".
Kami mengajak untuk cinta pertanian dan produk indonesia hasil rakyat, dengan demikian kami yakin bisa memperbaiki sistem dan ekonomi kerakyatan. Dengan berbagi dan peduli terhadap pertanian, perkebunan, peternakan dan usaha rakyat , maka kita bisa saling mengisi kekurangan-kekurangan yang ada.
Disamping pertanian desa kitapun akan membudayakan bertani kota, dimana warga kotapun bisa untuk bercocok tanam dengan menggunakan dan memaksimalkan lahan yang ada di pekarangan rumahnya. Semua program yang kita jalankan adalah sebuah program penghijauan dan peningkatan SDM masyarakat untuk lebih faham dan mengerti akan pentingnya mempertahankan pertanian, perkebunan, peternakan dan usaha rakyat.
Demikian gambaran singkat mengenai komunitas Indonesia Mandiri, semoga yang baca ini tertarik hatinya untuk bergabung dan mau saling mengisi, berbagi serta peduli terhadap lingkungan kita.

Mengangkat Potensi Daerah Wujudkan Indonesia Mandiri

Hormat kami,
@IDMandiri

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Jokowi Hanya “Tumbal” Politik.

Posted: 12 Sep 2013 12:08 PM PDT

Dengan alasan keprihatinan dengan kepemimpinan Presiden SBY, maka untuk masa mendatang menilai Jokowi adalah sosok pimpinan bangsa yang paling pantas menjadi Presiden Indonesia mendatang. Apapun yang dilakukan Jokowi dianggap sebagai contoh kesuksesan memimpin sekalipun  membenahi pasar Tanah Abang. Blusukan dan menunggui pekerjaan renovasi pasar menjadi sebuah penilaian yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh capres lain. Ketika prestasi Jokowi "dikecilkan", muncul reaksi dengan komen  tidak rasional, Jokowi tidak boleh dikritik yang intinya Jokowilah yang terbaik.

Fenomena yang berkembang di kompasiana belakangan ini tak ubahnya sebagai pengulangan fenomena pilpres tahun 2009 lalu antara pendukung SBY dan Jusuf Kalla ( JK).  Ibarat jual kecap, semua kecap adalah nomor satu dan hasilnya SBY melenggang menduduki jabatan keduanya dengan kemenangan telak cukup satu putaran mengalahkan kandidat presiden lainnya termasuk Megawati.

Seperti saat ini, ketika nyatanya rakernas PDIP tidak menastikan pencapresan Jokowi sebagai capres, kilahpun sebagai pembenaran Jokowi pasti dicapreskan oleh PDIP dikembangkan.  Bahwa tidak dicapreskannya Jokowi adalah sebagai strategi politik PDIP yang brilian untuk mengecoh pesaingnya. Spekulasi juga dikembangkan, deklarasi Jokowi capres akan dilakukan bulan Januari 2014.

Fenomena yang berkembang,  bombastisnya "pencitraan" Jokowi justru menenggelamkan Megawati  menyiratkan agar Megawati tidak usah nyapres, PDIP pasti mengusung Jokowi. Artinya, team sukses Jokowi telah sukses mempengaruhi floor PDIP untuk menjegal ketumnya sendiri Megawati Sukarno Putri.  Sayangnya, Megawati masih menunjukkan jati diri sebagai politikus ulung yang tidak terpengaruh oleh provokasi team sukses Jokowi.

PDIP, secara formal menjadi partai opisisi dalam parlemen karena tidak memiliki portofolio dalam kekuasaan. Tapi soal korupsi tidak  ada oposisi didalam parlemen, terakhir Amir Moeis, politisi PDIP  di DPR ini dicokok KPK  terkait kasus proyek PLTU Tarahan, Lampung.  Artinya, oposisi hanya label politik semata, sementara fungsi oposisi yang merupakan alat kontrol parlemen tidak sebagaimana seharusnya, sama-sama terlibat tindak korupsi.  Korupsi bukan hanya terjadi di parlemen, dari 24 kepala daerah terlibat kasus dugaan korupsi saat ini, tujuh orang berasal dari Partai Golongan Karya, enam dari Partai Demokrat, tiga Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, tiga Partai Amanat Nasional, dua Partai keadilan Sejahtera, dan dua orang asal Partai Kebangkitan Bangsa.

Yang menjadi pertanyaan, apakah Jokowi mampu memberantas korupsi ?.  Adalah sebuah pertanyaan yang timbul mengingat team sukses Jokowi berkeyakinan Jokowi mampu memberantas korupsi di Indonesia.  Jika kita lihat ketatanegraan indonesia, Indonesia menganut system trias politica yaitu legislatif, eksekutive dan yudikatif yang masing-masing tidak dapat saling mengintervensi.  Namun dalam prakteknya, Indonesia menganut politik dagang sapi, baik eksekutive maupun legislative adalah wakil parpol sehingga fungsi pengawasan sebagaimana yang dianut system trias politika itu tidak berjalan.

Jika dilihat dari perkembangan politik saat ini, argumentasi bahwa Jokowi mampu memberantas korupsi tak lain hanya dagang kecap, kecap nomor satu. Sebab, pemberantasan korupsi bukan kewenangan presiden dan sangat tergantung dari political will dari semua parpol. Mennggadangkan Jokowi yang akan membawa bangsa ini lebih sejahtera hanyalah sebuah pencitraan.  PDIP sendiri menargetkan memperoleh 27 % suara parlemen, jika Jokowi dicapreskan PDIP dan memenangi pilpres, dipastikan PDIP akan membentuk koalisi pemerintahan seperti pemerintahan SBY saat ini.  Tanpa adanya political will dari parpol untuk tidak melakukan korupsi, Jokowi hanya akan menjadi tumbal politik, harus bertanggung jawab membawa rakyat sejahtera tapi kewenangan dibatasi oleh parpol koalisi yang masing-masing memiliki kepentingan.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Catatan Untuk Ana

Posted: 12 Sep 2013 12:08 PM PDT

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar