Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 14 September 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Fenomena Jokowi, Antara Fakta dan Mitos

Posted: 14 Sep 2013 12:23 PM PDT

Fenomena Jokowi saat ini sangat luar biasa dan tidak ada pernah ada yang menduga seperti ini. Fenomena "Wong Ndeso" menjadi dahsyat sulit diprediksi dan dipastikan penyebab dan faktor pendukungnya. Selama ini sebagian masyarakat bahkan para pengamat mengatakan bahwa fenomena itu lahir karena Jokowi merakyat, jujur, dukungan peranan media, kaderisasi partai yang baik, krisis kepemimpinan atau buruknya kepemimpinan saat ini. Apakah pendapat itu sekedar fakta atau mitos ?

Jokowi mungkin tidak pernah menyewa konsultan pakar komunikasi politik untuk merubah namanya menjadi JKW, seperti halnya ARB, SBY atau JK. Jokowi mungkin adalah nama alamiah pemberian rakyat, keluarga atau temannya. Tertapi saat ini dapat sebagai nama politik yang sederhana tapi luar biasa kekuatannya. Jokowi tidak pernah mengiklankan diri secara langsung melalui media televisi untuk menaikkan citranya. Tetapi media justru berlomba memberitakan, popularitasnya yang menjulang secara alamiah.

Bila mencermati sejarah maka masyarakat mungkin baru sadar. Bahwa calon pemimpin itu akan lahir dari popularitas alamiah. Popularitas itu terjadi karena karisma sebuah karunia dari Sang Sutradara Alam. Bila dicermati ternyata faktor sikap merakyat, jujur, dukungan peranan media, kaderisasi partai yang baik bukan faktor utama pendukung kehebatan fenomena Jokowi bukan faktor utama. Bahkan mungkin hanya sekedar mitos bila di analisa dengan cermat. Faktanya, bila dipelajari sejarah meroketnya Jokowi dan terpilihnya para pemimpin negeri ini sebenarnya faktor karisma adalah hal utama bila dibandingkan faktor lainnya. Karismatik Jokowi inilah yang menjadi modal luar biasa dalam melenggang meraih RI 1.

  • Karena merakyat dan Jujur ? Benarkah presiden sebelumnya atau Jokowi, dipilih rakyat karena merakyat dan jujur ? Benarkah kemenangan Jokowi atas Foke karena merakyat ? Mungkin benar bahwa Jokowi adalah pribadi yang merakyat dan jujur. Tetapi ternyata hal itu bukan modal utama untuk meraih polularitasnya. Bila mempelajari sejarah pemimpin negeri ini tampaknya karisma pemimpin adalah faktor utama dalam mencetak figur pemimpin negeri ini bukan karena sekedar merakyat atau jujur. Faktor merakyat ternyata bukan jaminan seseorang dapat diangkat sebagai pemimpin. Bila dicermati pengalaman sejarah saat SBY meraih suara terbanyak dalam Pilpres dua kali nperiode bertutut-turut bukan karena SBY merakyat. Tetapi karena karismatik SBY. Dibalik kehebatan SBY saat itu karisma SBY yang paling mendominasi. Dengan tampilan yang kalem, cerdas dan fisik yang menarik berhasil menggaet dominasi suara rakyat. Apakah saat itu SBY penampilannya merakyat ? Saat itu SBY justru lebih ekslusif dan elitis dibandingkan Megawati. Tetapi justru SBY mengalahkan Megawati Megawati dengan mutlah. Padahal Megawati telah dinobatkan dan menobatkan diri sebagai suara rakyat bawah. Padahal saat itu penampilan Megawati selalu banyak blusukan ke rakyat bawah dan dalam setiap ucapannya selalu didominasi demi rakyat dan peduli rakyat. Saat SBY dipilih rakyat dengan mutlak selama dua kali bertutut-turut juga bukan karena sosok SBY karena lebih jujur, lebih bermoral, lebih agamis. Buktinya calon yang berlabel lebih agamis dengan konotasi jujur dan lebih bermoral seperti Amin Rais, Hasyim Muzadi pun dengan mudah dikalahkan SBY saat itu.
  • Karena kapasitas dan kapabilitas ? Sejarah para presiden negeri ini juga menunjukkan bahwa kompetensi, kapasitas dan kapabilitas pemimpin ternyata bukan faktor utama dalam menentukan terpilihnya pemimpin oleh rakyat. Demikian juga tampaknya pada Jokowi. Saat naiknya Megawati sebagai presiden juga didominasi oleh karisma Megawati. Bayangkan kualitas kepemimpinan baik dalam segi pedidikan atau pengalaman Megawati dibandingkan para saingannya seperti Amin Rais, Wiranto, Akbar Tanjung dan pesaing lainnya. Mungkin kualitas Megawati jauh dibawah mereka. Tetapi saat itu Megawati dengan cepat melenggang meraih kursi RI 1 dengan kemampuan yang dianggap seperti ibu rumah tangga biasa. Demikian juga dalam pemilihan Pilkada DKI Jakarta Foke vs Jokowi. Secara kualitas kepemimpinan sulit dinilai manakah yang lebih berkualitas karena ke duanya mempunyai latar belakang pengalaman yang berbeda. Secara kompetensi keahlian sebagai gubernur juga berbeda. Jokowi berpendidikan insinyur Fakultas Kehutanan UGM .Ketika mencalonkan diri sebagai wali kota, banyak yang meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel rumah dan taman ini; bahkan hingga saat ia terpilih. Sedangkan justru Foke bila dilihat dari pendidikannya justru lebih berkompetensi sebagai pemimpin Jakarta. Karena Foke adalah ahli Arsitektur bidang Perencanaan Kota dan Wilayah dari Technische Universität Braunschweig Jerman dan tamat 1976 sebagai Diplom-Ingenieur. Pendidikan tinggi program Doktor-Ingenieur dari Technische Universität Kaiserslautern bidang perencanaan diselesaikannya pada tahun 2000. Tetapi hal ini bukan alasan penting bagi masyarakat Jakarta unutuk memilih Foke.
  • Karena kaderisasi partai yang hebat ?. Dalam sistem perpolitikan pemilihan langsung maka faktor keunggulan figur adalah yang utama bukan karena latar belakang partai politik. Bualan para politikus bahwa partai melahirkan seorang pemimpin sangatlah sulit dipercaya. Fakta menunjukkan bahwa SBY bisa meraih RI1, padahal saat itu partai Demokrat hanyalah sebuah partai kecil. Selama ini para elit politik PDIP selalu mengatakan bahwa Jokowi adalah hasil proses kaderisasi dari partai, adalah bohong besar. Jokowi itu bisa jadi Cagub DKI, sebenarnya bukan karena kaderisasi atau rencana jangka panjang partai apalagi dari kehendak pemimpin partai tetapi terjadi secara alamiah. Jusuf Kalla adalah tokoh pertama yang mati-matian memperjuangkan dan memperkenalkan Jokowi sebagai bakal cagub DKI. Secara politis beberapa pengamat mengatakan saat itu Jokowi dari awal paham benar bahwa dia sebenarya bukan diproyeksikan jadi Bakal Cagub DKI. Bahkan untuk jadi bakal Cagub Jatengpun partainya belum menunjukkan sinyal sedikitpun. Pada saat jelang penutupan pendaftaran Cagub DKI, Megawati sudah hampir pasti mendukung Mayjen Adang Ruchyatna dan Cagub lain Letjen Toto Sampono. Namun, mendekati tenggat waktu pendaftaran di KPU, JK seorang politikus jenius dan tampaknya mempunyai indera ke enam politik itu terus menghubungi Mega untuk memohon pertimbangkan Jokowi. Tetapi awalnya Mega awalnya tidak bergeming sedikitpun. Tampaknya saat itu Megawati atau semua elit PDIP tiada terpikir atau mempunyai niatan sedikitpun untuk mengangkat Jokowi. Tampaknya dukungan Mega kepada Adang Ruchiatna itu sudah bulat. Tapi, JK dengan segala kepiwaian politiknya dan kehebatan pengaruhnya berhasil meluluhkan Megawati. Dukungan partai politik terhadap calon pemimpin hanyalah sekedar politik transaksional belaka yang hanya dilakukan oleh elit politik demi kepentingan pribadi atau partai. Buktinya calon partai besar seperti Golkar, PKS, dan Partai Demokrat dilumat oleh Partai PDIP dan Gerindra yang notabene bukan partai penguasa Jakarta. Usaha mesin partai untuk mementingkan calon yang didukung juga hanya omong kosong belaka, Justru yang banyak menentukan adalah tim pemenanganan calon. Politik transsaksional inilah yang akan berpotensi terjadi penyelewengan saat pemimpin menang dalam Pilkada. Hutang budi politik transaksional akan menyandera para pemimpin negeri ini untuk berbuat curang dan korupsi saat menjabat.
  • Karena peranan media ? Jokowi besar bukan hanya karena peranan kehebatan media dalam mengorbitkannya. Isu bahwa para konglomerat mengerahkan berbagain media untuk mengangkat Jokowi tidak sepenuhnya bisa dipercaya. Popularitas Jokowi tampaknya terbentuk karena karisma yang dipunyai tidak pernah diduga sebelumnya. Popularitas dan karisma tidak bisa direkayasa oleh media. Buktinya meski Jokowi tidak punya media dibandingkan calon presiden lainnya maka popularitas Jokowi tidak terbendung. Bukti lain dapat dilihat bahwa Surya Paloh dan ARB yang setiap hari bahkan setiap jam menayangkan iklan politiknya tetapi saja populartasnya tidak penah berkutat pada satu digit atau antara 4-5%. Bahkan para pakar komunikasi secara hebat merancang iklan politik ARB di media secara bertubi-tubi dan tak pernah putus juga tidak bisa mengangkat populatitas ARB seperti Jokowi. Jokowi bahkan sedikitpun tidak pernah beriklan politik yang mahal di televisi. Karismatik Jokowi yang membuat magnet tersendiri bagi media untuk berlomba-lomba memberitakannya. Setiap langkah dan ucapan Jokowi seakan menyihir setiap masyarakat dan para awak media. Justru hal itu membuat iklan gratis baginya. Bukan sebaliknya karena rekayasa media Jokowi menjadi besar.
  • Karena krisis kepemimpinan dan buruknya pemimpin sebelumnya ? Meroketnya pamor Jokowi ternyata bukan sekedar krisis kepemimpinan dan buruknya kepemimpinan sebelumnya. Karisma seorang pemimpin tampaknya tidak akan diberikan sang pencipta seumur hidupnya. Tampaknya Sang pencipta selalu memilih orang yang diberi anugerah karisma dan lamanya waktu pemberian karisma. Sepertinya karisma itu ada batas kadar kadaluarsa tergantung orang tersebut mempergunakannya. Bila digunakan dengan baik dan benar maka bisa saja anugerah karisma itu akan melekat seumur hidup. Tetapi bila tidak karisma akan berubah menjadi petaka, sebut saja pengalaman pemimpin besar Indonesia seperti Soeharto, SBY dan Soekarno. Bisa saja lima tahun yang lalu Foke mendapat karisma yang luar biasa dari Tuhan sehingga terpilih menjadi Gubernur Jakarta. Saat itu slogan Berikan Jakarta kepada Ahlinya mungkin menjadi karisma dan daya tarik. Tetapi ternyata saat melawan Jokowi slogan itu bila dikampanyekan pasti akan dicumpat banyak orang bahkan menjadi bahan olokan. Mungkin saja saat ini tangan Tuhan mungkin mengalihkan karisma tersebut kepada Jokowi. Demikian juga saat SBY mendapat anugerah karisma tersebut. Setiap pemikiran dan gerak tubuh SBY menjadi daya tarik dan panutan masyarakat bangsa ini. Tetapi saat ini setiap ucapan dan keputusan SBY selalu saja dianggap salah dan dianggap buruk. Bahkan sekarang orang selalu mengatakan bahwa Jokowi jauh lebih hebat daripada SBY. Saat ini masyarakat menyanjung-nyanjung Jokowi dan merendahkan SBY dengan mengatakan bahwa SBY kalah jauh dibandingkan Jokowi karena SBY lambat, kaku, tidak merakyat dan kepemimpinan jadul. Hal inilah yang sering dikonotasikan karena Indonesia krisis kepemimpinan atau jenuh terhadap elit politik dan para pemimpin negeri ini. Istilah krisis kepemimpinan tampaknya hanya didengung-dengungkan oleh para politikus capres yang berusahan ingin mencitrakan pemimpin pembaharu dengan melemparkan isu dan opini bahwa Indonesia saat ini krisis kepemimpinan. Padahal bila dicermati banyak pemimpin dan tokoh hebat di seluruh pelosok negeri. Padahal pemerintahan SBYpuin sebenarnya cukup berprestasi dengan berbagai nindikator pembanginan yang ada. Dalam setiap periode kepemimpinan selalu saja sifat tidak puas manusia ingin mempunyai pemimpin lebih baik dibandingkan sebelumnya. Tetapi faktanya rakyat lupa. Dahulu tanpa bosan pernah mengelu-elukan SBY bahkan memilih secara langsung selama dua kali periode berturut-turut dengan kemenangan mutlak terhadap banyak nama besar di Republik ini.
  • Karena anugerah karisma Bila bukan karena berbagai hal tersebut di atas maka kehebatan Fenomena Jokowi bisa jadi karena anugerah karisma untuk menjadi pemimpin. Faktanya para pemimpin negeri ini terpilih juga karena karismatiknya. Tampaknya bila analisa, sulit dijelaskan dengan pandangan ilmiah apapun. Karisma adalah cahaya seseorang yang tak ternilai dengan materi. Karisma adalah energi yang tak terlihat tetapi memberi dampak nyata. Sehingga bila ditinjau dengan kaidah ilmiah apapun maka sulit dapat dilihat pembenarannya. Orang yang karismatik seperti itu mampu menjadi pusat perhatian yang begitu dikagumi banyak orang, padahal penampilan mereka tak berbeda dengan kebanyakan orang dengan kemampuan yang sama bahkan lebih rendah. Karisma itu merupakan bakat alamiah yang merupakan anugerah sang Pencipta. Tangan Tuhan sebagai sutradara kehidupan tanpa disadari akan ikut bermain yang tidak dapat dikalahkan oleh kekuatan apapun. Demikian juga Jokowi dengan karismanya, anugerah sang Pencipta akan membuatnya menjadi manusia paling sempurna di mata rakyatnya dibanding para kandidat lawan politiknya. Saat dalam Pilkada Gubernur DKI, dengan karismanya maka setiap langkah, ucapan dan gerak tubuh Jokowi dianggap sempurna dan dianggap benar. Setiap senyuman Jokowi padahal bisa juga karena karakter anatomis wajahnya meski tidak tersenyum, tidak tulus dan terlalu lelah sering dianggap senyuman paling tulus dan dari hati yang paling dalam. Sebaliknya seandainya Foke tersenyum meski senyuman itu ditujukan untuk ibunya tetapi tetap dianggap senyum pura-pura dan penuh kemunafikan. Setiap prestasi yang standard dari Jokowi selalu saja dianggap hebat, tetapi setiap prestasi hebat Foke membangun Jakarta seringkali dianggap biasa bahkan tidak berprestasi. Benar atau salah ucapan dari mulut Jokowi selalu dianggap benar dan sesuatu yang baru. Tetapi ucapan Foke meski merupakan substansi yang berkualitas dan benar pasti akan dianggap salah atau sesuatu yang usang. Bila tangan Tuhan yang sangat canggih bekerja maka seringkali sulit diterima oleh akal sehat manusia. Memang menjadi tidak rasional bila Foke yang sudah sangat berpengalaman membangun Jakarta, mempunyai gelar atau keahlian membangun Jakarta dan didukung dana yang sangat besar serta partai pendukung yang sangat hebat tetapi tetap kala oleh Jokowi yang sederhana dan "lebih miskin dibandingkan Foke. Fenomena itu tampaknya menjadi tidak rasional bila hanya dilihat dari aspek sosial, politik dan hitungan-hitungan matematika yang paling canggih. Hal inilah yang akan terjadi bila tangan Tuhan ikut bermain dalam kehidupan masyarakat jakarta. Hal inilah yang sangat luarbiasa sebuah anugerah dari Sang penguasa Kehidupan. Apapun tindak tanduk seorang yang berkarisma adalah selalu benar meski bila dicermati sebagai manusia biasa selalu saja ada beberapa dosa kepemimpinan atau dosa politik yang dibuat. Coba saja dicermati, baik buruk, salah benar Jokowi selalu saja dianggap paling benar dan paling baik. Itulah kehebatan karisma sebuah anugerah Allah. Sehingga kadang sikap berlebihan masyarakat tersebut dianggap manusiawi terhadap seorang karismatik. Kadang secara berlebihan, seorang karismatik sangat hebat bahkan dianggap sebagai dewa atau manusia setengah dewa. Itulah hebatnya karisma seseorang yang bisa membius manusia sehingga dapat mengaburkan rasio dan akal sehat manusia dalam menilai seorang Jokowi.

Ternyata Tuhan memberikan karisma bukan sekedar karena Jokowi rajin blusukan dan merakyat. Tetapi Jokowi adalah seorang karismatis karena menjadi manusia terpilih. Sang Sutradara Alam tidak akan pernah salah dalam memberikan karismanya kepada pemimpin yang berkarakter, jujur, bermoral dan punya kapasitas dan kapabilitas.

Fenomena Jokowi tampaknya adalah anugerah karisma yang membawanya menjadi pemimpin bangsa. Kepemimpinan adalah gabungan anugerah karisma, unsur-unsur kecerdasan, sifat amanah dapat dipercaya, rasa kemanusiaan, keberanian, serta disiplin. Hanya ketika seseorang memiliki enam unsur ini menjadi satu dalam dirinya, masing-masing dalam porsi yang tepat, baru dia layak dan bisa menjadi seorang pemimpin sejati. Pemimpin tidak memimpin dengan cara menindas orang, itu kekerasan namanya, bukan kepemimpinan. Pemimpin harus cukup dekat dengan yang dipimpinnya agar bisa memahami kondisi mereka, tetapi harus cukup jauh juga agar bisa memotivasi mereka.

Selamat kepada manusia terpilih seperti Jokowi. Anugerah karisma dan menjadi manusia terpilih berasal dari Yang Maha Berkehendak. Anugerah itu harus digunakan sebaik-baiknya dalam meraih RI1. Gunakanlah karisma itu dengan tulus, ihklas dan kerja keras demi membangun bangsa ini. Kompetensi, karakter, kapabilitas, track record, visi ataupun misi para calon presiden tampaknya bisa direkayasa. Tetapi karisma, popularitas dan elektabilitas adalah anugerah Sang Sutradara Alam tidak ada yang bisa merekayasa. Tidak ada kelompok manapun yang dapat melawan, mengalahkan apalagi merekayasanya.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Dari, Oleh Untuk Rakyat

Posted: 14 Sep 2013 12:23 PM PDT

OPINI | 15 September 2013 | 01:58 Dibaca: 14   Komentar: 1   1

Dari Rakyat,oleh rakyat dan untuk rakyat….!!!

Republik ini telah 68 tahun merdeka, namun makna kemerdekaan itu sendiri belum layak untuk dinikmati oleh sebagian rakyat indonesia. Rakyat yang miskin, kelaparan bahkan mungkin masih banyak yang buta aksara/baca tulis dan bahkan tidak dapat sekolah karena ekonomi yang tidak sampai dengan kata cukup. Janji manis yang dahulu diserukan untuk rakyat seolah membutakan bahkan mempesona sehingga rakyat ditipu untuk memilih mereka yang seakan dapat merubah keadaan. Setelah apa yang di janjikan mereka lupa akibat kesibukan untuk urusan perut mereka masing-masing, dan keegoisan (pemimpin) diri sendiri yang menghancurkan mimpi indah para rakyat dengan janji manis itu. Apakah mungkin mereka tidak paham arti dari demokrasi? Ataukah mungkin rakyat yang terlalu bodoh untuk percaya janji ?. Jelas bahwa arti Demokrasi itu adalah dari kata demos = rakyat dan kratos = kekuasaan, maka artinya kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sudah jelas makna itu tanpa rakyat apalah artinya seorang pemimpin dan kekuasaan, dan jelas juga pada sila 'Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan'. Pengertian kerakyatan merupakan dasar filsafat negara dengan jelas bahwa memang dikehendaki asas kebangsaan dan kenegaraan, mengingat kerakyatan adalah aspek yang fundamental dalam negara. Dan hal itu dapat diketahui pada alinea keempat proklamasi "…….negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat", sebagai bentuk penjelmaan sebagai dasar politik negara dan yang menentukan pancasila sebagai filsafat negara indonesia. Oleh karena itu, ketegasan ideologis tidak dapat terjadi tanpa kerja politik yang melibatkan rakyat itu sendiri dalam menegaskan perjuangan politiknya.

Self-awareness adalah salah satu butir yang patut dimiliki para pemimpin, pemimpin yang mempunyai karakteristik kerakyatan yang dimana dirinya harus sadar bahwa dirinya juga adalah rakyat. Dan juga harus adanya keadilan sesuai dengan 'Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia', bukan mencari dan mendapatkan tepuk tangan serta pujian dan citra yang baik demi mendapat posisi nyaman. Oleh karena itu kepemimpinan sejati dibutuhkan jelas sangat diidamkan bangsa dan negara harus memeluk kerakyatan dan menerapkan keadilan sebagai dasar pemikiran dan tindakannya. Presiden Soekarno pernah berseru : "Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. amal semua buat kepentingan semua. keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama!"

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Jokowi Simbol Kematian Elite Partai Politik

Posted: 14 Sep 2013 12:23 PM PDT

Nama Jokowi yang santer disebut-sebut bakal maju sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan telah mematahkan tradisi pemimpin negara yang selama ini selalu berasal dari pucuk pimpinan partai. Jokowi adalah simbol pemimpin yang merakyat. Inilah yang menyebabkan Jokowi lebih populer dari calon lainnya.

Rakyat sudah bosan dengan pemimpin yang terlalu elitis dan kurang merakyat. Jokowi adalah antitesa dari para pemimpin di negeri ini yang sok elitis, hipokrit dan jauh dari rakyat. Dengan modal ini Jokowi akan dengan mudah menyingkirkan semua capres yang saat ini telah mendeklarasikan diri.

Bahkan, Jokowi dinilai lebih konsisten dibandingkan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD yang mulai ditinggalkan pendukungnya. Mahfud mulai kehilangan daya tarik setelah terlalu banyak bicara dan genit secara politik.

Dalam hal popularitas, Jokowi juga lebih unggul dari calon lain seperti Dahlan Iskan dan Gita Wirjawan. Keduanya memang hebat dan dikenal oleh kalangan menengah ke atas, namun tingkat rakyat kelas bawah, belum banyak yang kenal Gita dan Dahlan.

Jika dibandingkan dengan beberapa capres lain, Jokowi juga masih lebih unggul. Sebut saja Prabowo Subianto. Capres dari Partai Gerindra itu memang tokoh yang tegas dengan ideologi dan konsepnya sebagai presiden para petani. Meski elektabilitasnya tinggi, Prabowo punya satu kelemahan yaitu datang sebagai calon pemimpin dari elite lama. Masyarakat sudah kecewa dan bosan pada kelompok 4L (Lo Lagi Lo Lagi).

Partai Golkar juga setali tiga uang. Pencalonan Aburizal Bakrie justru akan membebani partainya. Golkar hanya akan berpotensi menang jika menggelar konvensi dan mengusung tokoh lain. Salah satu faktor kegagalan ARB adalah ketidakjelasan ideologi dan dosa masa lalu yaitu kasus lumpur Lapindo Sidoarjo.

Demikian juga dengan Wiranto, capres dari Partai Hanura sudah kalah dalam dua kali periode pemilu. Meski tegas dan memiliki ideologi kemajemukan, Wiranto telah gagal dalam komunikasi publik, sehingga masyarakat kurang mengenal dan merasa dekat. Wiranto bisa tertolong karena dukungan media milik Harry Tanoe.

Hal yang sama juga terjadi pada elite Partai Amanat Nasional, Hatta Rajasa. PAN tidak akan bisa all out karena partai tersebut telah tersandera oleh sosok Hatta, besan SBY.

Tingkat popularitas, elektabilitas dan akseptabilitas Jokowi di mata publik begitu kuat dan tak tertandingi oleh calon lain. Rakyat sudah dimabuk cinta dengan Jokowi. Tanpa Jokowi, Pilpres 2014 tak akan ada warna.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Dortmund Tidak Tertahan

Posted: 14 Sep 2013 12:23 PM PDT

Borussia Dortmund berhasil menghentikan perlawanan SV.Hamburger. Dalam pertandingan yang digelar di stadion Signal Iduna Park (15/9/2013) , pasukan Jurgen Klopp unggul 6-2 atas anak asuhan Thorsten Fink. Dortmund unggul melalui gol Piere-Emerick Aubameyeng (19′ dan 65′), Henrikh Mkhitaryan (22′), Robert Lewandowski (73′ dan 81′), dan Marco Reus (74′). Hamburger sendiri berhasil mencuri gol melalui Zhi Gin Lam (26) dan Heiko Westermann (49′). Kemenangan ini berarti Dortmund menuntaskan penasaran mereka atas tim yang musim lalu dua kali mengalahkan mereka dan menyebabkan upaya Dortmund bersaing dengan Bayern menjadi berat.

Buruknya koordinasi lini bertahan Hamburger harus dibayar mahal dengan bersarangnya enam gol di gawang Rene Adler. Sebaliknya, Dortmund terlihat makin matang dan perkasa dalam permainan. Secara keseluruhan, Dortmund melepaskan 32 tendangan ke arah gawang, unggul 800 persen atas Hamburger yang hanya mampu melakukan hal yang sama 4 kali. Dortmund menuntaskan 643 operan (56,7%), sementara Hamburger 491 operan (43,3%).

Dortmund mengambil kembali pemimpin klasemen Bundesliga dari Bayern yang beberapa jam sebelumnya menang atas Hannover 96 dengan skor 2-0.  Melalui gol Mario Mandzukic (51′) dan Frank Ribery (64′) Bayern sempat bersuka dengan perolehan poin 13 hingga pekan ke-5 Bundesliga. Namun kemenangan Dortmund menjadikan tim asuhan Klopp kembali memuncaki liga teratas Jerman dengan nilai 15.

Hasil pertandingan Bundesliga lainnya adalah:

1. Herta Berlin 0 - Stuttgart 1.

2. Bayer Leverkusen 3 - Wolfsburg 1.

3. Werder Bremen 0 - Frankfurt 3.

4. Mainz 0 - Schalke 1.

5. Augsburg 2 - Freiburg 1.

Dua pertandingan tersisa adalah Hoffenheim versus Borusia Moenchengladbach dan Braunschweig versus Nurenberg. Tiga besar papan atas masih ditempati Dortmund, Bayern dan Leverkusen. Sementara tiga terbawah ditempati oleh Nurenberg, Freiburg dan Braunschweig.

Sumber : Kompas TV dan Bundesliga.com

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

CARA MELACAK SMARTPHONE ANDROID DAN BB LEWAT INTERNET

Posted: 14 Sep 2013 12:23 PM PDT

ilustrasi gambar dari : http://blog.netoneshop.com/wp-content/uploads/2013/05/android-hilang.jpg

ilustrasi gambar dari : http://blog.netoneshop.com/wp-content/uploads/2013/05/android-hilang.jpg

Pernahkah anda merasa khawatir hilang dengan beberapa barang berharga anda seperti Handphone, Ipad, atau Smartphone ?… ya, saya rasa tentunya pernah!. di zaman yang serba terbuka dan transparan ini tidak menutup kemungkinan adanya pelaku-pelaku kejahatan seperti mencopet, mencuri dan lain sebagainnya. Ponsel merupakan alat kominikasi yang sifatnya Privasi, tentunya didalamnya terdapat berbagai macam isi kepribadian, mulai dari isi pesan, E-mail, nomor telepon, video, dan lain-lainnya. Namun bagaimanakah jika ponsel tersebut hilang dengan cara yang tak wajar, seperti di copet atau di curi! hmmmh.. bisa-bisa isi dari ponsel atau smartphone kita jadi bulan-bulannan si pencuri. Lantas apa yang harus kita perbuat ?..

Ada penyakit tentunya ada obat penawarnya, itulah kehidupan. Kita gak perlu takut tapi perlu waspada. Buat pengguna ponsel smartphone maupun Android, ini ada beberapa tips agar Ponsel anda tetap terjaga, yaitu menggunakan beberapa aplikasi yang sudah beredar secara gratis maupun berbayar. Untuk pengguna smartphone Android anda bisa mengunduhnya di beberapa agen google play dengan kata kunci Lost Android, Android Lost, atau yang berhubungan dengan GPS, namun disini saya sendiri menggunakan aplikasi produknya Android itu sendiri, yaitu "Android Lost" setelah anda mengunduhnya dari google play, berikutnya anda harus menginstalnya di HP Android anda dan ikuti langkah-langkahnya sesuai dengan intruksi installasi, dengan catatan anda harus memiliki akun G-Mail. Setelah anda menyelesaikan tahap installasi di ponsel anda, berikutnya anda buka laptop atau PC anda dengan mengunjungi situs Android Lost, seperti gambar dibawah ini dan jangan lupa login sesuai dengan alamat G-mail anda.

13791836621318953550

dok pribadi (capture from Android lost)

Keunggulan yang ditawarkan oleh Android Lost ini adalah :

- Remote Ponsel dari jarak jauh

-Merekam aktifitas Ponsel

- Mengaktifkan Bluetooth, Wifi, GPS dari internet

- Capture dari kamera depan dan belakang

- membaca SMS

- Melihat posisi keberadaan Ponsel dengan google MAP

- dan lain-lainnya

Menurut saya pribadi sih, sangat membantu sekali, karena saya menggunakan fasilitas ini sudah hampir satu tahun, dan saya gunakan untuk mengawasi aktifitas ponsel pacar saya. hehehe. tapi inget jangan digunakan untuk kejahatan, gunakanlah untuk demi kebaikan.

Berikutnya saya akan berbagi tips mengenai Proteksi Ponsel Black Berry. Caranya sama yaitu kita harus menginstal sebuah aplikasi terlebih dahulu pada ponsel Black Berry kita, aplikasi yang digunakan boleh aplikasi apa saja karena di Black Berry world banyak sekali aplikasi untuk proteksi ponsel tersebut, tapi saya lebih cenderung suka dengan yang gratisan yaitu, Black Berry Protect. Syarat yang pertama anda harus punya akun Black Berry terlebih dahulu untuk mendownload di Black Berry World, setelah itu download, lalu daftarkan akun anda melalui akun E-mail, disini anda boleh menggunakan E-mail apa saja, lalu buka situs Black Berry Protect dan isikan sesuai dengan intruksinya. Langkah berikutnya restart Ponsel anda. setelah itu anda baru bisa menggunakan fasiltas tersebut dengan catatan anda harus punya paket yang bisa internetan alias full service. Fasiltas yang di tawarkan tidak berbeda dengan Android Lost, tapi di Black Berry protect anda bisa memback UP isi pesan maupun kontak ponsel kapan saja.

Untuk lebih jelasnya anda bisa lihat video tutorialnya dari saya di bawah ini :

Terima Kasih

Baca Juga : Serunya BackPacking Ke Yogya Karta

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar