Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Rabu, 25 September 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


BERBAGI, MENGUBAH HIDUPKU…

Posted: 25 Sep 2013 11:11 AM PDT

(Sebuah Renungan-Motivasi-Inspiratif)

Oleh : Engga Setiawan, S.Si.

Terlahir dari anak seorang guru, ini juga berpengaruh dalam kehidupanku. Ayahku adalah seorang guru yang berasal dari keluarga petani dikampung (bahasa kami "dusun"), kampung kami di lebak celikah kayu agung OKI sumsel . Beliau telah banyak memberi ilmu, nasehat dan yang terpenting adalah teladan yang sangat berguna bagiku. Kehidupan ayah dulu sungguh jauh berbeda dengan kami, namun perjuangan ayah untuk menjadi seorang sarjana, banyak rintangan yang dihadapi. Dulu ayah berangkat sekolah jalan kaki, ada sepatu tapi belum dipakai karena harus melalui sawah-sawah, kebun, dan jalan-jalan berlumpur. Saat kami mudik ke kampung, ayah selalu bercerita kehidupannya dulu saat sekolah, membantu kakek (kami panggil "yai") baik di sawah kebun maupun berjualan.

Keadaan ekonomi yang sangat terbatas, bukan penghalang bagi ayah untuk terus melanjutkan studi ke perguruan tinggi, apalagi saat itu dikampung anggapan orang-orang "untuk ape sarjana ngabisi duit be, gek masih nganggur jugek" (artinya: untuk apa menjadi sarjana Cuma menghabuskan uang saja, nanti jadi pengangguran juga). Apapun anggapan orang Ayah tetap berangkat ke Palembang untuk kuliah di IAIN Reden Fatah, syukur di Palembang ada keluarga yaitu kak Hasan, jadi saat kuliah Ayah numpang tinggal disana dan juga ikut kerja dengannya di bengkel di cinde, sehingga biaya kuliah bisa terbantu dari upah kerja Ayah. Tantu saja ayah tidak lupa untuk berbagi, bersedekah, baik ke orang miskin atau ke masjid. Ayahku adalah pekerja keras, apapun yang bisa menghasilkan asalkan halal akan ia kerjakan. Jual buah-buahan dan lain-lain. Akhirnya ia bisa selesai dan menjadi sarjana muda dengan gelar BA.

Cerita di atas merupakan bagian kisah hidup Ayahku, tentu ada kisah lainnya. Kini beralih kisah padaku. Kisah diatas memberi semangat hidupku untuk menjadi lebih hebat lagi. Membaca, mendengar berbagai kisah tentang semangat, sedekah, membuatku untuk melakukan hal yang sama. Berbagai kisah yang saya baca dibuku "setengah isi setengah kosong" karya Parlindungan Marpaung, banyak menggugah hatiku. Salah satunya berjudul "Berbagi", begini kisahnya :

Sepasang suami istri yang berusia lanjut, suatu kali mengunjungi kantor pusat untuk bernostalgia tentang suka duka ketika mereka masih aktif bekerja dahulu. Kesempatan bernostalgia ini rupanya dimanfaatkan mereka untuk menikmati sop buntut yang tersohor dikantin, dalam kantor pusat tersebut. Kebetulan , ketika itu jam makan siang sehingga banyak pegawai yang saantap siang disana.

Suami istri ini lalu masuk antrean untuk memesaan sop buntut. Mereka memesan satu porsi sop buntut beserta nasinya, dan dua gelas es the manis sertasebuah piring kosong dan mangkuk. Semua yang melihat mereka heran. Sepasang suami istri ini hanya memesan satu porsi. Bahkan, beberapa pegawai lain iba melihat betapa menderitanyanasib pensiunan ini sehingga untuk makan siang dikantin saja hanya memesan satu porsi. Sang suami lalu membagi nasi menjadi dua bagian, demikian pula sop buntutnya. Saatu bagian untuk dirinya dan bagian lain diserahkan pada istrinya. Mulailah mereka makan. Namun, yang makan adalah suami dulu, sementara saang istri dengan tersenyum menunggu dan menatap kekasihnya makan.

Seorang pegawai tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju meja mereka. Dengan rasa ib, pegawai ini menawarkan kepada pasangan suami istri inisatu porsi lagi sop buntut gratis, ia yang mentraktir. Dia merasa tidak tahan melihat sepasang suami istri ini, sementara ia sendiri hidup berkecukupan. Namun tawaran pegawai ini ditolak secara halus sambil tersenyum oleh pasangan ini dengan menggunakan bahasa isyarat.

Sang suami pun kembali melanjutkan santap siangnya, sementara sang istri hanya menatap sambil tersenyum hingga sop buntut bagiannya menjadi dingin. Setelah beberapa lama, kembali si pegawai yang berkecukupan gelisah melihat tingkah pasangan ini. Sang istri ternyata tidak makan, hanya menunggu sang suami makan. Betapa cintanya sang istri kepada suami hingga rela berkorban menunggu sang suami selesai makan.

Kembali, pegawai tadi dengan rasa penasaran mendatangi sang ibu dan bertanya, "Ibu, saya melihat Ibu hanya menunggu bapak makan. Kalau boleh tahu, apakah yang ibu tunggu?" Dengan tersenyum sang ibu menjawab, "Yang saya tunggu adalah gigi, sementara ini masih dipakai Bapak!"

Sebagai manusia sosial tentu kita tidak bisa melakukan semua sendirian, kita butuh keluarga, teman, sahabat, rekan kerja. Begitupun sebaliknya, terkadang teman butuh bantuan kita saat kita juga sangat butuh. Berbagi atau sedekah merupakan perrbuatan yang mulia, jika kita ikhlas dan tidak ada kepentingan di dalamnya.

Berbicara menunjukkan bahwa kita berbagi, sementara mendengarkan menunjukkan kita peduli-demikian sang motivator pernah bertutur. Hal ini sekaligus memberikan gambaran bahwa berbagi tidak dapat dilepaskan dari peduli. Beberapa ahli mengatakan peduli mengawali langkah dalam berbagi.

Setelah aku lulus dari MAN Sakatiga, aku bekerja dulu, di bengkel kak Hasan tempat Ayah dulu bekerja. sambil bekerja, sorenya mengikuti bimbel khusus alumni, sebagai persiapan agar bisa masuk perguruan tinggi negeri. Hasil dari kerja sebagian ditabung, dikasih juga ke istri kak Hasan, karena aku juga numpang tinggal disana, sebagian disedekahkan, sebagain dibelikan oleh-oleh untuk adik-adik dan Ibu kalau balik ke rumah di Indralaya. Ayahlah yang mengajarkan untuk berbagi agar pertolongan dan rizki selalu datang. Keyakinan ini terus tertanam dalam hatiku. Tahun berikutnya aku menjadi mahasiswa di FMIPA Matematika UNSRI, setelah lulus aku diajak guruku yang masih mengajar di MAN Sakatiga, untuk mengajar disana , sekolahku dulu.

Menjadi Honorer selama 4 tahun memberi pengalaman berharga dalam hidupku, tentang berbagi ilmu, bertahan karena sudah ada dalam database atau mencari kerja lain agar dapat peluang lain, tentu saja ini menjadi pemikiranku, tentang rizki, tentang masa depan. Akhirnya pada tahun ke-4 menjadi Honor, dengan keyakinanku dan membaca berbagai kisah, dari honor 300 ribu perbulan, ku sedekahkan 100 ribu perbulan selama satu tahun lebih, awalnya berat tapi inilah kesungguahan yang ingin ku buktikan. Tahun 2009 aku coba tes cpns di berbagai daerah dengan modal ongkos, ikut di Bengkulu, Palembang, Bangka. Alhamdulillah aku bisa lulus di Bengkulu dan Bangka, aku pilih di Bengkulu karena pengumuman dan pemberkasan sudah selesai disana.

Sesungguhnya sedekah atau shadaqah memiliki keistimewaan dan kelebihan. Dan ini haruslah menjadi motifasi/pendorong seorang muslim menjadi lebih dermawan. Sehingga jika orang kaya berbagi kepada saudara muslimnya yang kurang mampu, ia telah meringankan beban orang lain dan mempermudah urusannya. Dan Allah senantiasa menolong hamba, selama dia gemar menolong sesamanya.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

"Siapa yang menghilangkan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan menghilangkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat. . .  dan Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya." (HR. Muslim)

Hadits tersebut menunjukkan keutamaan memenuhi kebutuhan kaum muslimin, memberi kemanfaatan bagi mereka dengan ilmu, harta, bantuan, nasihat, arahan kepada yang lebih bermanfaat bagi mereka, dan yang lainnya.

Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama

Jika kita makan ubi
Jangan lupa duduk beralas
Jika kita berhutang budi
Jangan lupa untuk membalas

Kalau lah sempat mandi di sawah.
Mandi di sumur bajunya basah.
Hari Jumat penuh dengan berkah.
Banyaklah bersyukur juga sedekah

Semoga tulisan ini bermanfaat. Terima kasih

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Lelaki di Ujung Jalan

Posted: 25 Sep 2013 11:11 AM PDT

Lawatan Exsara Keliling Semarang: Markas Sarekat Islam Semarang Memprihatinkan

Posted: 25 Sep 2013 11:11 AM PDT

Rahman, mahasiswa sejarah yang mengikuti program pertukaran mahasiswa dari Universitas Negeri Gorontalo ini, sangat antusias dalam mengikuti acara kali ini. Pesan dan kesan yang ia sampaikan dalam acara puncak di tugu muda yakni "saya sangat senang dan antausias sebelum mengikuti acara ini, dan terbukti saya sangat puas sesudah mengelilingi kota semarang dengan ketempat-tempat bersejarah bersma Exsara". Lontaran senada juga di sampaikan oleh M. Yusuf, selaku mahasiswa baru "acara ini sangat berguna bagi anak-anak sejarah yang bukan hanya belajar di dalam kelas saja, melainkan bisa langsung mengunjungi tempat-tempat bersejarah".

Memperihatinkan

Saat rombongan Exsara menyambangi tempat bersejarah lainnya, yakni sebuah gedung yang kondisinya bisa dibilang sangat memprihatinkan. Dinding temboknya sudah miring, termasuk juga tiang-tiang kayunya. Atapnya jebol, gentingnya banyak yang rontok. Kusam, muram, dan merana. Itulah gedung bekas markas Sarekat Islam yang berada di Kampung Gendong, Kelurahan Sarirejo, Kecamatan Semarang Timur, Semarang.  Padahal gedung itu sebenarnya mampu bercerita banyak soal sejarah. Gedung itu dulu didirikan oleh Semaun, pemimpin organisasi politik pertama di Indonesia, Sarekat Islam, pada 1919 oleh bantuan dari berbagai pihak, mulai dari tanah, batu bata, genteng, kayu, pasir dln.

Di gedung itu pula Tan Malaka, seorang tokoh nasionalis berhaluan sosialis, memberikan pelajaran politik kepada puluhan muridnya. Bukti bahwa gedung itu didirikan oleh Sarekat Islam masih terlihat ada tulisan S.I. berupa susunan tegel di lantai gedung tersebut. Tan Malaka adalah salah satu pahlawan nasional RI kelahiran Suliki, Sumatera Barat. Ia pernah berada di Semarang pada 1921. Ia mendirikan Sekolah Sarekat Islam ketika Sarekat Islam dipimpin oleh Semaun di Semarang. Tan Malaka ikut memimpin pemogokan umum di Semarang, dan atas tindakannya itu pemerintah kolonial Belanda mengganjar Tan Malaka dengan membuangnya ke Kupang.

Tan Malaka mengajar para muridnya di gedung itu yang dulu dikenal sebagai Gedung Rakyat Indonesia. Bentuk bangunannya terlihat memang sederhana. Tiang utama berupa kayu jati utuh gelondongan yang terbilang berukuran kecil untuk kala itu. Usuk dan reng penyangga genting pun termasuk kecil. Maklum saja, anggaran yang terkumpul juga tidak terlalu banyak untuk membangun sebuah gedung yang merupakan swadaya dari berbagai anggota SI kala itu.

Sayangnya dalam gedung yang dulunya juga sempat digunakan oleh PMI, PNI(Pendidikan Nasional Indonesia), dan organisasi-organisasi lainnya tersebut tidak ditemukannya sumber atau bukti-bukti tertulis. Keadaan ini dikarenakan menurut penuturan Pak Agus, Pengurus Yayasan Bani Muslimin "saat pasca gerakan G30/S, warga yang diprovokasi oleh pihak militer membakar seluruh dokumen-dokumen yang ada didalam gedung, dan bahkan gedung juga akan dibakar. Untungnya bapak saya meredakan emosi warga dan akhirnya tak jadi membakar gedung" tuturnya lebih lanjut " tindakan ini dikarenakan bahwa dulunya gedung ini adalah bekas dari markas Sarekat Islam Semarang yang terkenal dengan ideologi kiri". Kemudian ia menambahkan " bahwa setelah tidak adanya kepengurusan terhadap gedung tersebut, muncul inisiatif dari Yayasan Bani Muslimin untuk menjadikannya sebagai tempat peribadatan dan organisasi dari tahun 1980 sampai 2008" dan itu terbukti banyak ditemukannya alat-alat serupa yang ada dimasjid, seperti kubah masjid, mimbar dln. "Bahkan rencananya gedung tersebut akan di bongkar dan buat suatu bangunan baru bertingkat tiga untuk puskesmas dan di beri nama gedung SI. Ini sangat tidak etis, seharusnya bentuk banguan tersebut harus tetap dipertahankan tetapi bagian-bagian yang memang sudah rusak harus segera diperbaiki hingga bisa dijadikan alihfungsi yang memang itu masih memungkinkan tanpa menghilangkan unsur sejarahnya" tutur Pak Agus mengakhiri.

Pelajaran

Perjalanan yang ditutup di taman Tugu Muda ini, banyak perlajaran yang selayaknya dapat dipetik. Melihat kontrasnya keadaan bangunan bersejarah di Semarang. Melihat megahnya bagunan Klenteng Sam Po Kong;Museum Ranggawarsito serta Lawang Sewu, sebagai mahasiswa sejarah, para anggota Exsara merasa miris jika keadaan itu di bandingkan dengan kondisi gedung eks Sarekat Islam. Tampak 180 derajat terlihat berbeda dari perhatian pemerintah, serta masyarakat sekitarnya. Nampak juga apa yang dilakukan pemerintah terlihat hanya sebagai pencitraan semata, mengingat letak dari bangunan-bangunan bersejarah yang megah tersebut terletak disuatu tempat yang strategis. Sejatinya sejarah tak membeda-bedakan mana letak bangunan yang strategis ataupun tidak, bahkan selayaknya tidak diperkenankan untuk urusan komersil maupun pencitraan suatu kelompok tertentu. Sejarah adalah jujur dan tak memihak. Maka dari itu, diharapkan pemerintah ada suatu tindakan untuk  tetap memelihara bangunan-bangunan bersejarah bagaimanapun latar belakang dari bangunan itu. Karna sejatinya Cicero pernah mengatakan bahwa "sejarah adalah guru kehidupan". (Exsan)

Simbolisasi Karakter dalam sebuah Lagu POP Jawa

Posted: 25 Sep 2013 11:11 AM PDT

Ini lagu entah apa judulnya. Hanya serpihan ingatan masa kecil menjelang tahun 90-an. Berkumandang dari tape recorder, hasil putaran gulungan pita kaset. Suara wanita, kalau tak salah namanya Evy Soenarko. Dalam kaset itu Mbak Evy menyanyikan beberapa lagu, lagu-lagu yang lainnya dinyanyikan kakak beradik Mus Mulyadi - Mus Mujiono. Mungkin judulnya kembang manggis atau kembang pelem, sementara anggap saja begitu. Di tiap bait akan langsung saya terjemahkan ke dalam bahasa Indoesia.

Ini lirik lagunya:

Kembang pelem pasemone wong atine tentrem

Klecam-klecem ora pati sugih gunem

Diece mung ngguya-ngguyu wae ..    ee

Dialem ora mongkog atine

Arti: Bunga mangga simbolisasi orang yang hatinya bahagia

Kalem bersahaja tidak terlalu banyak bicara

Diejek cuma tertawa saja   aa

Dipuja tidak merasa bangga

1380131304891288294

Bunga mangga. (© flickriver.com)

Kembang manggis pasemone wong atine lamis

Yen wicara, wicarane mesthi manis

Yen seneng, ngaleme ora uwis-uwis,             [yo ra?]

Yen gela, adate ngengis-engis

Arti: Bunga manggis simbolisasi orang yang berhati sinis

Kalau bicara, kata-katanya manis-manis

Kalau sedang suka, memujinya tak habis-habis    [ya, nggak?]

Kalau kecewa, biasanya menghujat dengan bengis

Kembang jambu pasemone uwong gampang nesu

Yen wis nesu lali mangan lali turu

Yen gela awake dadi kuru,                  [ yo ra?]

Anehe, rumangsane ra kleru..

Arti: Bunga jambu simbolisasi orang pemarah terbawa nafsu

Kalau sudah terbawa nafsu, lupa makan lupa beradu..

Kalau kecewa badannya jadi kurus,                 [ya nggak?]

Anehnya, dia rasa itu tak keliru..

**

Nah, bunga atau kembang apa yang mewakili karakter Anda? Semoga saja bunga mangga alias kembang pelem, bukan kembang manggis ataupun kembang jambu.

****

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Sajak pendek tentang Kabut dan mengenang akan Cinta

Posted: 25 Sep 2013 11:11 AM PDT

ternyata pemain u19 dari ipl

Posted: 25 Sep 2013 11:11 AM PDT

REP | 26 September 2013 | 00:48 Dibaca: 41   Komentar: 1   1

kebakaran jenggot si joko driyono

ternyata kebnyakan pemain u19 dari lpi….mana isl ….katanya liga jeger liga laki…pemainya ngelokro

mari kita ganti si joko driyono ho0exxxxxx bner orang ini……

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar