Kompasiana
Kompasiana |
- Lelaki ke empat dalam hidupku
- Belajar Aksara Jawa (6)
- PKSPIYUNGAN.Org Membodohi Publik Dengan Pageviews palsu?
- Kumpulan Kata Kata Mutiara
- Janda Muda Cantik Pemeluk Bantal Tua
- Bocoran Soal CPNS 2013
Posted: 05 Sep 2013 11:14 AM PDT |
Posted: 05 Sep 2013 11:14 AM PDT Apa kabar Kompasianer tercinta? Semoga anda dalam keadaan sehat dan berbahagia. Mari kita lanjutkan pembahasan kita mengenai aksara Jawa. Dalam tulisan yang lalu saya sudah memberi contoh cara penulisan aksara murda dan aksara swara. Lalu sebagai penutupnya saya memberi contoh penulisan aksara Jawa dalam sebuah bait dari Serat Wedhatama (pupuh I, bait I). Saya juga menyebutkan mengenai "judul" pupuh, yaitu Sekar Macapat Pangkur yang diapit oleh purwapada. Kali ini saya akan menyampaikan beberapa hal mengenai purwapada, madyapada, dan wasanapada. Bila anda menulis kalimat biasa dalam satu alinea menggunakan aksara Jawa, umumnya diawali dengan adêg-adêg dan diakhiri dengan pada lungsi. Adêg-adêg berfungsi sebagai pembuka kalimat, sedangkan pada lungsi berfungsi sebagai penutup kalimat atau titik. Nah, purwapada memiliki fungsi yang hampir sama dengan adêg-adêg, hanya saja penggunaannya pada kidung atau tembang. Purwapada mengawali sebuah pupuh, madyapada dituliskan pada awal pupuh-pupuh di antara pupuh awal dan pupuh akhir, wasanapada dituliskan pada akhir pupuh. Beginilah wujud dari purwapada, madyapada, dan wasanapada: Jika anda perhatikan, ada titik-titik di antara purwapada, madyapada, dan wasanapada. Pada titik-titik itulah dituliskan "judul" atau menurut sekar macapat manakah bait-bait itu ditembangkan. Sebagaimana saya sampaikan dalam tulisan yang lalu, kata Pangkur ditulis di antara purwapada. Purwapada, madyapada, dan wasanapada sebenarnya adalah aksara Jawa berstilir atau aksara Jawa yang "digayakan". Yang membedakan bentuk ketiganya adalah aksara-aksara yang diapit oleh aksara berstilir mangajapa. Pada purwapada, aksara yang diapit adalah aksara carakan ba dan aksara pasangan ca. Pada madyapada, aksara yang diapit adalah aksara murda na dan aksara pasangan da yang dirangkai dengan sandhangan cakra. Terakhir pada wasanapada, aksara yang diapit adalah aksara swara i. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat gambar berikut: Sebagaimana digambarkan di atas, aksara Jawa berstilir mangajapa sebenarnya terdiri dari aksara pasangan ma, aksara carakan nga, aksara pasangan ja, dan aksara carakan pa. Mangajapa berasal dari kata ajap/ajab, ngajap/ngajab, yang berarti pengharapan atau mengharap. Kemudian aksara berstilir mangajap itu mengapit aksara carakan ba dan aksara pasangan ca. Ba dan ca di sini dipakai untuk melambangkan maksud bêcik (baik, bagus). Jadi purwapada mangajapa baca itu berarti mangajap becik, mengharapkan yang baik. Memang sudah layak dan sepantasnya bila kita hendak memulai suatu pekerjaan, kita mengharapkan awal yang baik, proses yang baik, dan hasil yang baik pula. Sekarang perhatikan bagian yang diapit oleh mangajapa dalam madyapada pada gambar berikut: Bagian yang diapit mangajapa dalam madyapada adalah aksara murda na dan aksara pasangan da yang dirangkai dengan sandhangan cakra. Bagian ini dibaca ndra, kependekan dari mandrawa. Mandrawa berarti "jauh". Maksudnya, bait yang ditembangkan itu belum akan selesai, masih ada bait-bait berikutnya. Sebagai penutup pupuh digunakan wasanapada. Aksara yang diapit mangajapa dalam wasanapada adalah aksara swara i: Aksara swara i dalam wasanapada adalah kependekan dari iti yang berarti "demikianlah", selesai, paripurna, tamat. Jadi bila pada bait sudah terdapat wasanapada, pupuh tembang itu berakhir. Sebagai contoh penulisan madyapada saya berikan Sekar Wedhatama pupuh II, bait XV yang irama tembangnya Sekar Macapat Sinom: Coba perhatikan aksara ndra yang diapit oleh mangajapa dan pada lungsi di akhir bait. Berarti Serat Wedhatama belum berakhir pada bait ini. Latinisasi aksara Jawa di atas sebagai berikut: Sinom Nuladha laku utama Bait di atas sangat popular di antara orang-orang Jawa yang gemar macapatan (menyanyikan tembang macapat). Wong Agung Ngèksiganda yang dimaksud adalah Danang Sutawijaya alias Panembahan Senapati pendiri Kerajaan Mataram. Ngèksi, dari ang+kèksi, tampak jelas (dengan mata); ganda, arum/harum, mata-arum, mataram. Inti dari bait di atas adalah Panembahan Senapati menjadi teladan bagi orang-orang Jawa dalam hal asketisme. Pupuh III, bait XXXIII ditembangkan dengan irama Sekar Macapat Pocung: Terlihat pada yang digunakan masih madyapada dan pada lungsi. Jadi bait ini pun belum menjadi akhir Serat Wedhatama. Latinisasinya: Pocung Ngèlmu iku kalakoné kanthi laku Inti bait tersebut: ngèlmu atau ilmu-sejati hanya dapat dicapai melalui laku prihatin yang sungguh-sungguh. Ilmu-sejati akan menjadikan orang semakin rendah hati dan jauh dari sifat angkara murka. Jadi kalau orang berilmu tetapi bersikap arogan dan penuh angkara murka, orang itu belum mencapai tataran tertinggi. Sekarang mari kita melompat ke pupuh IV, bait LXXII yang ditembangkan dengan irama Sekar Macapat Gambuh: Pada bait LXXII (ke-72), anda dapat melihat wasanapada, yaitu mangajapa yang mengapit aksara swara i di akhir bait. Dengan demikian Serat Wedhatama telah selesai. Meskipun demikian, sebagaimana saya sampaikan kemarin, masih ada 28 bait tambahan yang kemungkinan tidak ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV. Latinisasinya: Gambuh Meloké ujar iku Intinya: orang yang sudah mencapai ilmu-sejati, tidak akan khawatir karena sudah menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah SWT dan mengandalkan Dia satu-satunya dalam setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan. Nah, anda sudah mengenal purwapada, madyapada, dan wasanapada, juga bagaimana penggunaan dan penulisannya. Masih ada beberapa hal lain berkaitan dengan aksara Jawa yang akan saya sampaikan dalam tulisan berikutnya. Terima kasih, anda sudah meluangkan waktu untuk membaca. Sampai bertemu di tulisan mendatang! Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. |
PKSPIYUNGAN.Org Membodohi Publik Dengan Pageviews palsu? Posted: 05 Sep 2013 11:14 AM PDT Saat sedang surfing di Kaskus, saya menemukan sebuah postingan tentang website PKS, yakni pada pkspiyungan.org. Website yang sering dijadikan rujukan para kader pks ini sedang disorot, terkait masalah pageviews pada tampilan web tersebut. Di bulan Mei 2013, pkspiyungan.org menurunkan tulisan tentang kebanggaan web mereka berhasil meraih total kunjungan 25 juta semenjak pertama kali web ini diluncurkan di tahun 2008. Jumlah ini didasarkan pada sebuah plugin counter yang terpasang dihalaman paling bawah. Sebenarnya, plugin counter yang dipasang pada laman web tersebut bukan merujuk pada total kunjungan (counter visitor), tapi pada jumlah halaman yang dilihat (pageviews). Ini kebohongan pertama. Kebohongan yang kedua adalah, plugin counter tersebut ternyata berjalan konstan tiap setengah detik. Logikanya, jika plugin tersebut benar menghitung jumlah halaman yang dibaca orang, apakah wajar tiap setengah detik ada orang yang masuk / membukan halaman pada web pks piyungan? Saya mencoba mengetesnya dengan mematikan koneksi internet. Menakjubkan! plugin penghitung tersebut terus berjalan bagaikan jarum jam yang terus berdetak. Pantas saja, hanya dalam jangka waktu 4 bulan semenjak admin pks piyungan merayakan jumlah pageviews ke 25 juta, di bulan ini langsung melonjak dua kali lipatnya. Sungguh sangat menakjubkan!!!! Setelah berita ini ramai dibicarakan orang di dunia maya, admin web pks piyungan pun mencoba menjawab keanehan tersebut. Dijelaskan oleh admin, yang dimaksud pageviews itu jumlah halaman yang dilihat, bukan jumlah pengunjung. Plugin counter yang dipakai pun bawaan dari mesin blogger. Bagi orang awam, penjelasan admin mungkin bisa diterima akal sehat. Tapi, masih belum bisa menjawab pertanyaan saya. Mengapa plugin counter berjalan terus tiap setengah detik? Saya pun mencoba membandingkan dengan beberapa blog yang memakai plugin counter bawaan blogger. Hasilnya, rata-rata plugin counter mereka tidak berjalan secepat milik pks piyungan atau dengan kata lain berhenti. Hanya ada satu contoh yang saya temukan mempunyai plugin counter mirip pks piyungan, yakni pada web bersamadakwah.com. Setelah saya tanyakan pada teman yang lebih mengerti masalah web, jawabannya mungkin saja pada plugin counter web tersebut dipasang script client side, dimana animas penghitungnya berjalan konstan tiap detik, meskipun tidak ada yang berkunjung pada halaman web. Atau bisa juga memakai plugin fake counter, seperti pada script berikut: [removed] function fakecounter(){ Atau bisa juga plugin pageviews tersebut memakai javascript, sehingga hitungan pageviews-nya berjalan terus tiap setengah detik. Yang jelas, jika mesin web tersebut memakai blogger sebagaimana jawaban admin web, sangatlah tidak mungkin pageviews web bisa berjalan terus tanpa berhenti. Ada atau tidak ada, banyak atau sedikit pengunjung web pks piyungan tidak akan berpengaruh pada pageviews yang asli karena pengunjung web sudah tertipu dengan penampilan pageviews palsu tersebut. Dan, setelah diubek-ubek mengapa pada web pks piyungan dan web bersamadakwah plugin counter mereka berjalan terus setiap detik, padahal pada blog lain yang memakai plugin bawaan dari blogger tidak seperti itu, ternyata baru tahu bahwa web template kedua web ini (pkspiyungan dan bersamadakwah) dibuat oleh orang yang sama. Jelas, apa yang dijelaskan admin pkspiyungan di halaman web mereka masih tetap berupa kebohongan. Karena mereka tidak menjelaskan secara detil dan teknis bagaimana bisa counter pageviews mereka terus berjalan tiap setengah detik, bahkan walaupun koneksi internet pengunjung terputus. Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. |
Posted: 05 Sep 2013 11:14 AM PDT Kumpulan Kata Kata Mutiara - Cinta dan Persahabatan tak akan terlepas dari hal yang Indah dalam kehidupan kita sehari hari, baiklah sahabat ku di sini saya berbagi artikel menarik yaitu sebuah Kata Kata Mutiara yang sedang bernuansa yang indah dengan penuh makna yang luhur dan akan terlukis dalam kehidupan kita sehari hari. Di bawah ini adalah artikel tidak kalah menarik dengan artikel yang saya share kemaren tentang sebuah kata kata bijak yang sangat bijaksana. oke sahabat kuyung.com saya mau kasih bocoran sedikit tentang kata mutiara indah ini sbb : "Kesedihan hanyalah lembaran buram yang ada dalam sebuah buku kehidupan, yang harus dilakukan adalah membuangnya dan menggantinya dengan lembaran baru" bagai mana sobat mau menyapa kumpulan kata mutiara terbaru secara gratis dan bagus nah lanjut sapa di bawah ini kata katanya. Kumpulan Kata Kata Mutiara
Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. |
Janda Muda Cantik Pemeluk Bantal Tua Posted: 05 Sep 2013 11:14 AM PDT |
Posted: 05 Sep 2013 11:14 AM PDT OPINI | 06 September 2013 | 00:55 Dibaca: 18 Komentar: 0 0 Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. Siapa yang menilai tulisan ini? - |
You are subscribed to email updates from Kompasiana To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar