Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 25 Januari 2014 0 komentar

Kompasiana


Angie-Anas-Andi-Akil, Poligami dan Sutan Bhatoegana Tak Poligami Tapi Terindikasi Korupsi

Posted: 25 Jan 2014 11:34 AM PST

Poligami dan korupsi. Sutan Bhatoegana dan korupsi. Kontroversi pernyataan Sutan Bhatoegana yang menyatakan poligami sebagai pemicu korupsi menarik diamati. Fakta menunjukkan bahwa banyak koruptor berpoligami. Contoh paling nyata adalah Gayus, ustadz Luthfi Hasan Ishaaq, ustadz Ahmad Fathanah, Zulkarnaen Djabar, dan banyak lagi yang lainnya. Dari sisi perempuan, para koruptor pun memilici catatan asmara yang sumir - bahkan cenderung poliandri. Contohnya Angelina Sondakh, Hakim Kartini dan sebagainya.

Pernyataan Sutan Bhatoegana mengandung kontroversi memang. Namun pada kenyataannya apa yang disampaikan oleh Bhatoegana memang memiliki secercah kebenaran. Kebenaran paling kurang adalah versi Sutan sendiri. Sutan adalah orang cerdas dengan wawasan yang sangat luas. Seluas samudera setinggi angkasa. Sehingga pernyataan poligami sebagai salah satu indicator pemicu korupsi memiliki kasahihan yang tak terbantahkan. Poligami salah satu penyebab korupsi. Bagaimana dengan korupsi yang dilakukan oleh para koruptor yang tidak poligami? Koruptor dan politikus yang tidak berpoligami ada yang cenderung berkehidupan buruk: narkoba, drugs, perempuan simpanan. Contohnya Akil Mochtar.

Kini, Sutan Bhatoegana tengah bergelut dengan pasal korupsi dan tengah digerinda oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Sutan yang diketahui oleh publik bukan berpaktrek poligami tengah dirundung oleh dua hal (1) tekanan dari KPK dan Rudi Rubiandini - yang menyatakan bahwa Sutan Bhatoegana menerima uang THR dari Rudi Rubiandini bersama dengan beberapa teman di Banggar (2) tekanan untuk melokalisir masalah THR antara menjadi tumbal diri sendiri atau 'bernyanyi' dan bersama-sama menikmati keindahan diberondong oleh penyidik KPK dan pada akhirnya apakah akan bergabung dengan Trio A (Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum).

Ketua Komisi Energi DPR ini kemungkinan terbesar akan bergabung dengan trio koruptor dan calon koruptor Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum. Hal ini terkait dengan THR yang telah disebutkan oleh Rudi Rubiandini yang diterima oleh para anggota DPR yang antara lain Sutan Bhatoegana ditengarai menerimanya.

Indikasi akan dicokoknya Sutan adalah (1) pernyataannya yang selalu menyebut 'biar hukum yang berbicara dan taat kepada hukum', jika tak bersalah akan mengamuk dan menuntut KPK dan Rudi Rubiandini - sama halnya Ibas yang disebut oleh Yulianis menerima uang Hambalang tak berani menuntut Yulianis.

Lalu (2) KPK getol memeriksa kementerian ESDM dan pemeriksaan mengarah pada keterlibatan banyak orang lain selain ESDM da nada kemungkinan besar Sutan akan masuk kelompok tersebut dan akan menyeret anggota DPR lain.

Kemudian (3) berbagai bukti dokumen sitaan di ruang kerja anggota DPR dan Sutan Bhatoegana di DPR dan server DPR, serta bukti komunikasi telepon seluler para staff di DPR dan berbagai sadapan akan memaksa dan bukti-bukti yang cukup untuk menetapkannya terkait dengan THR yang disebutkan oleh Prof. DR. Rudi Rubiandini, MSc. sang koruptor berbaju orang baik bergelar professor ITB.

Ternyata, untuk korupsi tak harus berpoligami, yang tak berpoligami pun bisa terindikasi dan dicokok oleh KPK seperti Sutan Bhatogana? Poligami memang benar pemicu menjadi koruptor seperti yang disampaikan oleh Sutan Bhatoegana. Akankah pernyataan Sutan Bhatoegana - meskipun bukan poligami - memakan dirinya sama halnya dengan Akil Mochtar yang akan dipotong jarinya karena melakukan korupsi?

Salam bahagia ala saya.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Jembatan “Tenaga Surya” Blackfriars, Inspirasi Bagi Jembatan Selat Sunda

Posted: 25 Jan 2014 11:34 AM PST

13906749551180751589

Keterangan foto : Jembatan dengan panel tenal surya, tampak atas

London telah memiliki jembatan dengan panel bertenaga surya terbesar di dunia. Jembatan itu dilengkapi dengan 4.400 - panel tertutup yang membentang di sepanjang Sungai Thames di pusat kota London . Bukti cerdas membangun jembatan dengan memanfaatkan sisi energi terbarukan (sustainable energy).

Jembatan Blackfriars  namanya, yang dibuka pada tahun 2012 saat penyelenggaraan atau tepatnya saat pembukaan Olimpiade London. Panel bertenaga surya itu dipasang diatas jembatan yang secara nyata telah menghemat permakaian energi listrik konvensional, dan memanfaatkannya energi surya untuk kebutuhan

13906750291760837562

keterangan : tampak belakang ke depan

Dengan dipasangnya panel-panel tenaga surya diatas jembatan yang menghubungkan Utara dan Selatan kota London tersebut (berukuran panjang seluruhnya 6.000 meter persegi), jaringan panel itu  telah menghasilkan listrik serta menambah daya hingga 1,1 megawatt atau sebanyak setengah kebutuhan listrik stasiun kereta listrik dibawahnya. Manfaat lain dari adanya jaringan panel listrik bertenaga surya adalah penghematan energi konvensional, dimana selama setahun  dapat menghindari sebesar 511 ton buangan emisi CO2, sungguh mengagumkan bukan ? .

London saja yang intensitas penyinaran matahari tidak sebaik kotakota di Indonesia mampu memanfaatkan tenaga surya pada jembatannya. Mengapa kita tidak berfikiran jauh seperti mereka ?. Penulis pada kesempatan ini  ingin menyampaikan ide pemanfaatan panel-panel bertenaga surya itu pada jembatan Selat Sunda yang baru tahap perencanaan, namun jauh lebih panjang dari Jembatan Blackfriars yang konsekuensinya memerlukan energi listrik lebih banyak .

1390675741332049350

Rencana Rancang Bangun Jembatan Selat Sunda

Dengan adanya tenaga listrik yang dihasilkan melalui panel-panel yang dipasang di jembatan Selat Sunda nantinya, setidaknya kebutuhan listrik untuk penerangan di malam harinya akan terpenuhi, sehingga akan menghemat biaya listrik hingga puluhan milyar setiap tahunnya. Bagaimana Pak Djoko Kirmanto dan bapak Dahlan Iskan (meminta Krakatau Stell menginstal Panel), apakah Bapak-bapak menerima usulan cerdas ini ? Mudah-mudahan Bapak-bapak Menteri  membaca artikel ini, salam hemat energi dari para diaspora !

sumber foto : tgdaily.com dan pulsk.com

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Emergency aid doctor, menyelamatkan nyawa. Luxus atau hak dasar manusia?

Posted: 25 Jan 2014 11:34 AM PST

Kenapa saya ceritakan ini?

Karena saya berpikir, apakah jiwa beliau bisa diselamatkan dan saya bisa menengok sekali lagi sebelum di usianya yang sudah tinggi itu beliau akhirnya akan dipanggil Tuhan, seandainya di Indonesia sistem emergency aid doctor sudah/bisa diterapkan.

Apa sistem emergency aid doctor ini?

Tidak lain sistem pertolongan pertama dengan dokter-dokter yang memperoleh pendidikan khusus dalam hal ini. Bahkan sejak kurang lebih dua tahun yang lalu, pendidikan ini diakui sebagai sebuah subspesialisasi.

Bagaimana bekerjanya sistem ini?

Di seluruh Jerman terdapat pusat-pusat yang mengorganisasi layanan darurat ini di setiap kota atau daerah (seperti kecamatan). Biasanya untuk di kota kecil cukup seorang EAD dan di samping itu ada juga dokter praktik (dokter umum atau ahli yang mempunyai praktek) yang harus melakukan dinas malam atau akhir minggu. Kalau seorang menderita sakit biasa (bronkitis, diare ringan dsb.) dan bisa ditangani oleh dokter praktik dinas, maka EAD tidak dihubungi dan pasien ditangani/diobati di luar. Seandainya dokter dinas menganggap pasien harus dirujuk, maka ia akan memanggil dinas palang merah yang kemudian akan mengangkut pasien ke rumah-sakit. Dalam hal-hal gawat darurat (seperti kecelakaan lalu-lintas, infark jantung, edema paru dsb.), maka dokter dinas akan menghubungi dinas palang merah dan dinas palang merah menjemput EAD. Biasanya tersedia dua mobil untuk satu kasus: 1 mobil untuk EAD dan 1 ambulans (biasanya dengan peralatan cukup lengkap: O2, EKG dengan alat defibrilasi, kadang alat ultrasound portable dsb. dan obat-obat standar). Sistem di Jerman adalah sistem periksa, penanganan pertama dan kemudian perujukan ke RS. Menurut informasi yang saya peroleh, di England contohnya, sistemnya ialah sistem take and carry. Jadi pasien dijemput dan langsung dibawa ke RS. Pelaksananya setahu saya para paramedics, jadi bukan dokter.

Prosedurnya secara agak mendetail:

1. Pasien atau kebanyakan keluarga menghubungi dokter dinas atau terkadang langsung palang merah melalui nomer-nomer tilpon tertentu.

2. Dokter dinas memutuskan, apakah pasien bisa ditangani di luar atau harus masuk rumah sakit. Dalam hal ini apakah EAD perlu dipanggil. Kalau yang dihubungi petugas Palang Merah (atau dari organisasi-organisasi lain yang sejenis), mereka akan menginterview penelepon secara singkat untuk memutuskan, apakah EAD harus langsung diminta datang atau mereka melihat dulu situasi ditempat.

3. Kalau perlu EAD dihubungi dan dijemput dengan mobil khusus EAD.

4. EAD memeriksa, melakukan pengobatan pertama dan memutuskan perujukan ke rumah sakit mana.

5. Transport ke RS tujuan dengan EAD. Seandainya selama perjalanan terjadi komplikasi, seperti gangguan pernafasan berat atau gangguan rytme jantung atau sebagainya, maka EAD akan menangani dan melakukan pengobatan darurat untuk menstabilisasikan pasien sampai rumah sakit tujuan dicapai.

Di Jerman mobil EAD dan mobil penyelamat mempunyai prioritas utama kalau lampu signal biru dipasang. Kalau ada pemakai lalu-lintas lain tidak memberi jalan, maka bisa dituntut dan dikenakan hukuman atau paling tidak didenda.

Penulis sendiri telah berkerja sejak bertahun-tahun sebagai EAD (di samping tugas utama di rumah-sakit). Selama itu banyak hal yang dialami, dari dipanggil karena ada seorang yang mengamuk (psikotis) sampai pada kecelakaan baik lalu-lintas maupun di rumah.

Sebuah kecelakaan masih saya ingat sampai sekarang: di sebuah pabrik, sebuah alat berat jatuh menjatuhi kaki seorang pekerja yang berusia kira-kira 35 tahun. Waktu kami datang, pekerja itu sudah dalam keadaan preshock dan kaki kirinya hampir putus, tinggal selembar kulit yang menghubungkannya dengan tungkai kaki. Setelah meninjau situasi, saya putuskan untuk memotong kulit tersebut (tentu setelah sebelumnya saya memberikan anestesi). Kemudian pasien saya rujukkan dengan helikopter ke rumah-sakit spesial. Sayang kakinya tidak bisa diselamatkan, karena jaringan dagingnya telah hancur.

Kembali mengenai paman saya seperti saya singgung di atas. Mungkin jiwanya bisa diselamatkan, tetapi mungkin itu juga sudah takdirnya, sudah waktunya. Biarpun layanan kesehatan sudah sebagus di Jerman, tetapi kalau sudah waktunya, kita tidak akan bisa merubah atau memundurkan waktu itu. Jadi saya beliau saya relakan.

Rettungswagen

Mobil penyelamat (Rettungswagen). Sumber: Wikipedia.

BMW X3 Notarztwagen Rettungsfahrzeug SAV Sports Utility Vehicle

Mobil EAD (Notarztwagen). Sumber: www.speedheads.de

Belated day

Posted: 25 Jan 2014 11:34 AM PST

Nge-Fandom Boleh Aja, Asalkan…

Posted: 25 Jan 2014 11:34 AM PST

Andai Rasulullah hidup di zaman ini, pastilah di tengah umat Islam saat ini hanya ada satu "fandom", yaitu fans-nya Muhammad SAW. Tak satu pun manusia yang dapat menandingi kemuliaan akhlak beliau, kesucian hati beliau, kesempurnaan fisik beliau, ketampanan wajah beliau, dan pastinya poster beliau akan tersebar di seluruh penjuru dunia. Karena Rasulullah hidup di negeri Arab, maka semua orang akan berlomba-lomba mempelajari bahasa negara tersebut yaitu bahasa Arab dan pastinya Al-Quran yang diajarkan Rasulullah. Orang-orang akan berlomba-lomba agar bisa menempuh pendidikan di negeri Arab atau sekedar traveling agar dapat bertemu dengan idolanya yaitu Rasulullah.

Rasulullah akan menjadi top search di seluruh mesin pencari di dunia maya, beliau akan menjadi orang nomor satu yang "siapa sih yang g kenal Muhammad SAW" dan mungkin rumah beliau akan dipenuhi oleh paparazi dari berbagai media cetak maupun elektronik untuk mengetahui kehidupan beliau sehari-hari. Andai beliau memiliki akun twitter, maka follower nya pun akan mencapai puluhan juta bahkan milyaran.

Impossible, right?, namanya juga angan-angan.

Kenyatannya Rasulullah hidup 14 abad yang lalu dan sosoknya saat ini tidak lagi berada di peringkat nomor satu di hati kaum muslimin.

Alih-alih, di tengah umat Islam saat ini banyak sekali "fandom-fandom" yang bertebaran dengan idolanya masing-masing. Fandom ini memang tidak berdiri secara legal ataupun memiliki dasar hukum tertentu, akan tetapi keberadaannya bagaikan debu yang bertebaran di pelosok negeri. Mereka eksis dan tanpa mereka, sang idola mungkin tidak akan bertahan lama di dunia entertainment. Jumlahnya beraneka ragam. Semakin terkenal sang idola, biasanya jumlah anggota fandomnya juga besar. Puluhan, ratusan, ribuan, bahkan mencapai jutaan umat manusia. Keberadaan fandom dan sang idola ini bagaikan sebuah lingkaran yang tiada berujung. Mereka saling membutuhkan dan tak bisa berdiri sendiri. Tanpa fandom, sang idola akan kehilangan popularitas, dan tanpa sang idola pastinya tidak akan ada fandom.

Lalu siapakah sang idola? Pastinya dia adalah sang public figure.

Islamkah? Bisa jadi.

Nasranikah? Bisa jadi.

Yahudikah? Bisa jadi.

Atheiskah? Bisa jadi.

Agama bukanlah poin nomor satu yang dilihat dari sang idola.

Lalu bagaimana akhlaknya? Karena para fandom ini bukan orang yang "berada di samping sang idola" 24 jam sehari, jadi tidak ada yang tahu pasti seperti apa akhlak "aslinya". Yang mereka tahu hanyalah akhlak sang idola saat berada di depan public. Poin ini sebenarnya juga bukan poin utama, tapi kadang jadi pertimbangan ketika memilih apakah dia layak menjadi sang idola.

Lalu bagaimana fisik dan wajahnya? Nah, ini dia yang menjadi kriteria utama apakah sang idola layak memiliki fandom atau tidak. Pastinya dia harus "stand out" dibanding manusia biasa. Wajahnya juga harus "stand out". Fisiknya juga harus "stand out". Sehingga layak dipasang sebagai "wallpaper" atau poster.

Lalu selain fisik dan wajah apalagi yang menjadi kriteria "you are my idol"? pastinya skill yang dia miliki. Jika dia seorang aktor, maka beragam penghargaan harus dikantongi olehnya, minimal rating film atau drama yang ia bintangi selalu meroket. Jika dia seorang penyanyi, maka suara dan performanya ketika berada di panggung harus mampu membuat para penonton berteriak histeris, menangis bahkan pingsan (saking terharunya).

Apa yang menjadi sejarah lahirnya fandom di dunia ini? kenapa ada idola? Kenapa ada fans? Karena…

Pada dasarnya "HUMANS ARE SOCIAL CREATURES"

In most cases, it's perfectly natural. Humans are social creatures, psychologists say, and we evolved — and still live — in an environment where it paid to pay attention to the people at the top. Celebrity fascination may be an outgrowth of this tendency, nourished by the media and technology.

"In our society, celebrities act like a drug," said James Houran, a psychologist at the consulting firm HVS Executive Search who helped create the first questionnaire to measure celebrity worship. "They're around us everywhere. They're an easy fix." (Oscar psychology, why celebrities fascinate us. By Stephanie Pappas, Livescience Senior Writer)

Artinya…

Harus diterjemahin?? Berhubung sekarang sudah ada teknologi yang bernama g****e translate, terjemahin sendiri aja ya…^_^

Intinya manusia itu adalah makhluk sosial yang hidup di lingkungan manusia. Setiap hari kita berinteraksi dengan berbagai manusia untuk menyerap nilai-nilai (baik maupun buruk). Manusia cenderung memiliki ekspektasi untuk menjadi "lebih" dibandingkan dirinya sendiri. Misalnya :

"Saya ngefans sama Barack Obama, pengen deh punya presiden seperti dia."

"Saya ngefans sama Albert Einstein, jenius!"

"Saya ngefans sama Steve Jobs, gue banget deh!"

"Saya ngefans sama CR7, udah cakep, jago main bola, kaya, pokoknya keren deh."

"Saya ngefans sama Johnny Depp, aktingnya keren banget."

"Saya ngefans sama Exo, aahhhhh…mereka itu unyu unyu…!!!"

Apakah ngefans sama seseorang itu suatu hal yang jelek?

Nah, ini berdasarkan teori psikologi lagi…

Who among us hasn't fallen victim to a little celebrity worship? Whether the object of our affections are movie stars, athletes, poets or politicians (just look at how many Americans are getting a buzz off Sarah Palin and Barack Obama), we're hungry for information about them. We want to know what they're saying, what they're wearing, where they're going and whom they're with. Indeed, billion-dollar industries revolve around our indefatigable obsession with celebrities. And now new scientific research has found that celebri-crushes are not only common but maybe even healthy: a study published Sept. 10 suggests that the act of celebrity worship may be a boon to some people's self-esteem.

Shira Gabriel, a psychologist at the University at Buffalo, conducted a series of three studies on celebrity worship, focusing specifically on how admiration from afar may affect the admirer's self-esteem.

G penting lah ya metode penelitian atau penjelasan panjang lebar tentang penelitian si Shira Gabriel ini seperti apa, yang jelas kesimpulannya adalah :

Perhaps some people who don't feel good about themselves and are not able to get what they want out of a real relationship because of a fear of rejection can feel a connection with a celebrity and get something positive out of that," says Gabriel.

Because people form bonds in their mind with their favorite celebrities, they are able to assimilate the celebrity's characteristics in themselves and feel better about themselves when they think about that celebrity," says Gabriel. "And that is something these individuals can't do in real relationships because their fear of rejection keeps them from getting close to people."

A little can be good, but a lot can become harmful — as stalking and more obsessive behaviors prove. Recent research has even found that celebrity worship can decrease a person's self-esteem because the endless admiration and yearning for a life and lifestyle that are out of reach may end up cementing one's feelings of isolation and inadequacy.

There is a growing body of evidence that suggests that the human brain is not well equipped to distinguish between real relationships and — as psychologists call them — "parasocial," or imagined ones. That means that some of the benefits people get from pseudo relationships with celebrities may be the same as those reaped from real friendships and real-life interactions. It's just a matter of degree. So it's O.K. to get caught up in Palinmania if her example makes you feel better about your chaotic life of juggling work and family — as long as you realize she won't be there to talk you through your next family crisis. (sumber : http://content.time.com/time/health/article/0,8599,1841093,00.html)

Intinya, adanya perilaku ngefans sama selebriti atau public figure, dikarenakan manusia ingin menjadi seperti apa yang diidolakannya. Apabila hal ini dapat memberikan semangat kita untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan dalam hidup, memberikan hal positif bagi kita, ini bagus. Tapi apabila ngefans-nya ini berlebihan, justru tidak bagus bagi kehidupan kita, karena, come on…!!! they are not real. They have their own life, and so do you!.

bagi jiwa-jiwa labil, terkadang susah membedakan apakah perilaku mengidolakan seseorang ini tergolong normal dan masih dalam batas wajar atau sudah termasuk ke dalam kategori akut. Ini ada beberapa kriteria yang bisa menjadi pegangan.

Level 1 : sekedar tahu nama, hasil karyanya, perjalanan hidupnya hingga menjadi orang yang sukses, dan mengoleksi karya-karyanya.

Level 2 : level 1 + mengoleksi foto-fotonya, mengikuti berita kehidupannya yang

terbaru.

Level 3 : level 2 + follow semua media sosial yang ia miiki, jadi anggota fandom-nya, wallpaper gadget + dinding kamar all about dia.

Level 4 : level 3 + di alam bawah sadar pun, ada dia.

Level 5 : level 4 + dimana ada dia, disitu ada saya. (bayangan kaleee…)

Level 6 : level 5 + hidup matiku hanya untuknya…(<<

*klo Anda sudah merasa berada di level 4 apalagi level 6, waspadalah…!!.

Kehidupan manusia itu seperti roda yang berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Sang idola pun seperti itu. Saat ini berada di puncak ketenaran dan keberhasilan, tapi suatu hari dia hanya akan tinggal kenangan. Saat ini kita mengidolakannya, tapi suatu hari nanti orang-orang yang berada di level 1 akan tersenyum mengenang dulu dia pernah mengidolakan "dia" dan mungkin karena "dia" lah orang-orang level 1 ini punya tekad untuk menjadi orang sukses. Sementara orang-orang yang berada di level 6 akan tersenyum miris mengingat betapa silly-nya dia dulu bisa habis-habisan hanya untuk idolanya. Tidak ada yang didapat kecuali wasting time, wasting money, wasting energy and they feel like stupid person.

Gimana klo kita mulai mencoba ngefans sama sosok yang nyata…

Nge-fans sama Rasulullah SAW.

Manusia yang T-O-P B-G-T ini tidak akan memberikan kesia-siaan kepada para fans-nya. Jangankan di dunia, di akhirat pun nantinya akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.

"Ngefans sama Rasulullah mah udah pasti, sebagai umat muslim itu kudu wajib", caranya dengan melaksanakan sunnahnya".

Tapi…

Klo sekedar "melaksanakan" tanpa ada feelnya itu seperti zombi yang berjalan tanpa jiwa. Seperti anak SD yang disuruh ngafalin ini, itu, dan sebagainya. Seperti robot yang disetel untuk melakukan pekerjaan.

Lalu bagaimana caranya agar nge-fans sama Rasulullah ada feelnya…?

Jadilah fans level 6.

Cari dan resapi literatur yang menceritakan tentang beliau…

Tentang kemuliaan akhlak beliau…

Tentang kesederhanaan hidup beliau…

Tentang kecintaan beliau kepada Rabb-nya…

Tentang kecintaan beliau kepada umatnya…

Tentang keelokan rupanya…

Tentang kesempurnaan fisiknya…

Tentang kebiasaannya…

Tentang kepemimpinannya…

Rasulullah, yang di akhirat kelak hanya orang-orang yang mencintai Rabb dan Rasul sang kekasihNya yang akan berjumpa di surgaNya…

Perjumpaan yang hanya bisa dicicipi oleh jiwa-jiwa yang haus akan firmanNya…

Perjumpaan yang hanya akan dicicipi oleh raga yang senantiasa bersujud untukNya…

Perjumpaan yang tiada akan disesali, yang abadi lagi mambahagiakan.

So…

Nge-fandom boleh aja, asalkan…

1. Ngefans level 1.

2. Menjadikan kita manusia yang lebih baik dan berfikir " hebat ya dia, klo dia bisa jadi orang hebat, kenapa saya gak bisa?"

And…

It's better become a fandom of Rasulullah SAW. It's everlasting and happy ending.

What an amazing world if in our heart, there is only one fandom, the ultimate idol, Muhammad SAW…

Oleh : IamProudToBeMuslim (@echyonghae)

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Kiprah Menarik Sunderland di Capital One Cup

Posted: 25 Jan 2014 11:34 AM PST

OPINI | 26 January 2014 | 01:12 Dibaca: 2   Komentar: 0   0

Manchester United kembali menunjukkan performanya yang menurun setelah tersingkir dari ajang capital one cup. The reds devil kalah 1-2 dari Sunderland pada leg 1 dan kalah adu penalti di leg 2 Semifinal Piala Liga Inggris. Walaupun united memang sedang mengalami tren kurang baik di musim ini, kekalahan tersebut tetap mengejutkan.

Hal yang patut diperhatikan adalah sepak terjang Sunderland di turnamen ini. Melihat perjalanan Sunderland hingga mencapai babak Final, tim ini bisa dibilang diam-diam menghanyutkan saat bermain di Piala Liga Inggris. Sebelum mengalahkan United di Semifinal, The Black Cat mengalahkan klub besar liga Inggris lainnya, Chelsea dengan skor 2-1 di Perempat Final. Maka saat melawan Manchester City di Final nanti, Sunderland sudah mendapat pengalaman melawan klub besar.

Menariknya, berdasarkan pengalaman Piala FA musim lalu, City kalah melawan Wigan yang tak diunggulkan di Final. Maka Sunderland yang juga diatas kertas di bawah City, bisa saja justru mengejutkan City. Dengan modal pengalaman mengalahkan dua klub besar, patut ditunggu apakah Sunderland bisa juara dan mengikuti jejak wigan musim lalu yang menjuarai turnamen tertua di Inggris itu.
NB: Tulisan ini dimuat di Rubrik Forum Pembaca Harian Bola edisi 26 Januari 2014

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Rabu, 22 Januari 2014 0 komentar

Kompasiana


Berantas Koruptor dari Akarnya

Posted: 22 Jan 2014 11:37 AM PST

Geli ketika membaca guyonan dari sebuah situs humor tentang korupsi Indonesia. Indonesia menjadi kandidat lima besar negara paling korup, kemudian ketika disurvey lagi beberapa tahun kemudian Indonesia sudah tidak ada dalam daftar lima besar negara paling korup. Cerita itu bikin ketawa, ternyata Indonesia justru menyuap peneliti agar Indonesia tidak masuk dalam daftar negara paling korup.

Pejabat negara dari berbagai instansi pemerintahan menunjukkan kesan yang tidak baik kepada masyarakat. Bukan hanya ratusan ribu, jutaan, milyaran saja. Bahkan sampai triliuanan uang rakyat dirampasnya. Bagus memang akhir-akhir ini kita sering mendengar tentang aksi KPK ataupun Kepolisian menangani beberapa kasus korupsi di Indonesia. Tapi itu hanya pada tingkat korupsi yang besar saja.

BBC Indonesia memberitakan tentang pemberhentian 350 perwira polisi di ibukota Ankara terkait penyelidikan korupsi. Andai saja kepolisian berani bertindak tegas untuk mengusut anggotanya yang melakukan praktek-praktek terlarang, mungkin bisa mengembalikan citra kepolisian di mata masyarakat.

Hasil survei yang dilakukan Transparency International Indonesia (TII) menyebutkan semua institusi yang melayani kepentingan publik, masih melakukan praktik korupsi. Menurut TII, TNI dan Polri dianggap sebagai institusi yang paling tidak bersih diantara lembaga pemerintahan lainnya.

"Hal yang paling banyak dialami anak muda Aceh berdasarkan hasil survei adalah suap ketika ditilang polisi. Kemudian, suap untuk mendapatkan pekerjaan," kata Koordinator Program Kepemudaan TII Lia Toriana di Banda Aceh. (TII)

Masalah suap ketika ditilang polisi itu sudah rahasia umum. Sebenarnya kalau kena tilang di jalan raya, lebih baik memilih mendapat surat tilang kemudian sidang di pengadilan untuk mengambil surat-surat yang ditahan. Kalau itu dilakukan polisi tidak akan mendapat uang suap karena uang akan masuk ke negara.

Mengomentari masalah suap untuk mendapat pekerjaan dari pengakuan anak muda Aceh dalam survey yang dilakukan TII, memang benar kenyataannya. Untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil di TNI atau kepolisian kita harus membayar sejumlah uang agar bisa lolos semua tahapan tes yang selanjutnya bisa menjadi pegawai instansi bersangkutan. Kalau untuk menjadi pegawai saja sudah ditarik uang banyak, maka setelah jadi pegawai nanti juga harus mendapat uang banyak. Sebenarnya hal seperti itu menjadi salah satu faktor penyebab terjadi praktek-praktek terlarang di instansi pemerintahan.

Kadang aksi-aksi seperti itu lolos dari sorotan publik karena nominal tidak sefantastis kasus yang dilakukan pejabat-pejabat diatas. Tapi seharusnya kan pencabutan hama harus dari akar-akarnya biar benar-benar bisa bersih. Kalau daun atau tangkainya di potong, kan masih ada akarnya yang bisa tumbuh berkembang. Malah bisa tumbuh semakin subur.

var vglnk = { api_url: '//api.viglink.com/api', key: 'a187ca0f52aa99eb8b5c172d5d93c05b' };

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Kemiskinan 2013: poor policy makes poor people

Posted: 22 Jan 2014 11:37 AM PST

1390416448920940360

Terdapat 28,55 juta orang miskin di Indonesia pada bulan September 2013. Satu sisi dari data yang dilansir oleh BPS awal bulan ini, kita harus bersyukur karena jumlah orang miskin di Indonesia terus berkurang, tetapi disisi lain kita harus terus bepikir dan bekerja keras untuk membantu saudara-saudara setanah-air ini untuk bisa lepas dari kemiskinan.

Terdapat dua hal yang menurut saya pribadi menarik untuk teman-teman ketahui dari jumlah penduduk miskin yang terjadi pada tahun 2013: pertama, tentang perkembangan jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 dan kedua tentang kemiskinan mempengaruhi kesenjangan di Indonesia.

Terminologi Kemiskinan

Sebelum masuk inti bahasan, perlu diingatkan bahwa kemiskinan memiliki bermacam-macam terminologinya. Berikut macam-macam terminologi kemiskinan dari berbagai sumber.

Sumber

Definisi Kemiskinan

United Nations

Poverty is a condition resulting from severe deprivation of basic human needs such as food, shelter, safe drinking water, sanitation, health, education and information. Poverty is the process of human development having several dimensions to assess.

Amartya Sen (Pemenang Nobel Ekonomi tahun 1998)

Poverty is characterized by three factors that show lack of access to basic capabilities. They include a lack of being well nourished and healthy, the lack of capability for healthy reproduction, and the lack of a capability to be educated and knowledgeable.

World Bank

Poverty is pronounced deprivation in well-being, and comprises many dimensions. It includes low incomes and the inability to acquire the basic goods and services necessary for survival with dignity. Poverty also encompasses low levels of health and education, poor access to clean water and sanitation, inadequate physical security, lack of voice, and insufficient capacity and opportunity to better one's life

Bappenas

Kemiskinan adalah terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi, terbatasnya akses terhadap air bersih, lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah, memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, lemahnya jaminan rasa aman, lemahnya partisipasi, dan besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga

BPS

Kemiskinan adalah terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi, terbatasnya akses terhadap air bersih, lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah, memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, lemahnya jaminan rasa aman, lemahnya partisipasi, dan besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga

Ya tapi okelah, hari ini kita tidak perdebatkan terlebih dahulu tentang definisi kemiskinan. Karena jikalau kita debatkan perbedaan definisi kemiskinan, berarti kita juga debatkan metodologi & metode pengukuran kemiskinan. Semisal pengukuran kemiskinan antara BPS dan World Bank. World Bank dari hasil penelitiannya selama beberapa tahun mengestimasi bahwa garis kemiskinan ialah orang dengan pendapatan US$ 2 per-hari. Dengan perhitungan world bank, di Indonesia pada tahun 2011 terdapat 58% penduduk di Indonesia yang terkategorikan miskin. Sedangkan kalau ikut kiblat BPS, orang yang dikategorikan miskin terdapat 12% dari total populasi.

Perkembangan Penduduk Miskin 2013

13904163301104662929

Sumber: BPS

Sekarang kita amati big picture perkembangan tren kemiskinan di Indonesia yang ada pada gambar diatas terlebih dahulu. Dari tahun 1996-2013, koreksi terhadap penurunan jumlah penduduk miskin (artinya titik pada saat jumlah penduduk miskin naik dari tahun sebelumnya) terjadi dua kali, yakni tahun 1998 dan tahun 2006. Keduanya terkoreksi karena tahun 1998 terjadi krisis moneter dan tahun 2005 terjadi kenaikan harga BBM (dari Rp 2.400,- menjadi Rp 4.500,-).

Tapi kalau kita amati lebih detail lagi, ternyata terjadi pula kenaikan jumlah miskin dari bulan Maret 2013 hingga September 2013. Biasanya jumlah penduduk miskin pada bulan September lebih sedikit dibandingkan dengan bulan Maret sebelumnya, tapi tahun 2013 ini berbeda!

Ada serangkaian kondisi dan kebijakan yang terjadi sepanjang Maret hingga September 2013, mulai dari kenaikan UMR (pada bulan mei), pencabutan subsidi BBM (juni), inflasi tinggi (juli-agustus), kenaikan BI Rate(juni - november), dan melemahnya nilai rupiah (agustus hingga sekarang). Ternyata keseluruhan kondisi dan kebijaksanaan yang ditempuh berpengaruh pada jumlah penduduk miskin di Indonesia! terjadi kenaikan sekitar 500ribu penduduk yang masuk dalam kategori miskin!

Tapi perlu diingat kembali, ternyata jumlah penduduk miskin yang dilansir BPS ini tidak bisa dijadikan patokan. Semisal saat kita berkiblat pada kebijakan BLSM. Kebijakan BLSM membantu 15,530,897 rumah tangga. Jikalau 1 rumah tangga ada 4 orang, maka jumlah yang terbantu oleh BLSM adalah 62,123,588 jiwa. Jumlah ini saja sudah tiga kali lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan menurut BPS.

Orang Miskin di Desa

Pertama silahkan teman-teman perhatikan tabel tentang perbandingan kemiskinan di perkotaan dan perdesaan dibawah ini:

Maret 2013

September 2013

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan

Perdesaan

Jumlah penduduk miskin (juta)

10,33

17,74

10,63

17,92

Persentase penduduk miskin

8,39 %

14,32 %

8,52 %

14,42 %

Indeks kedalaman kemiskinan (P1)

1,25

2,24

1,41

2,37

Indeks kedalaman kemiskinan (P2)

0,31

0,56

0,31

0,60

Sumber: Rekapitulasi dari BPS

Sekilas kita akan temukan bahwasanya secara kumulatif, lebih banyak ditemukan orang miskin di perdesaan dibandingkan di perkotaan. Padahal harus kita ingat lagi kalau ada sekitar 53% jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan.

Kalau kita gunakan kembali standar perhitungan BPS yakni kemiskinan diukur berdasarkan daya belinya terhadap makanan dan bukan makanan dan pelajaran yang terjadi selama ini bahwa kemiskinan lebih banyak terjadi akibat pengaruh bahan makanan. Berarti ketahanan pangan memiliki kontribusi yang siginifikan dalam menentukan orang A & B ini miskin atau tidak.

Ingat, makanan diproduksi dari sektor pertanian, dimana sektor pertanian lebih banyak berada di perdesaan. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa jikalau sektor pertanian (yang lebih banyak berada di perdesaan) tidak segera dibenahi (dengan melakukan kebijakan-kebijakan yang pro-pertanian seperti land reform, subsidi pupuk, peningkatan kualitas dan produktivitas pertanian, kesejahteraan petani, dsb), bisa kita katakan bahwa kemiskinan akan terus terjadi di Indonesia.

Dan permasalahan tidak hanya akan berhenti pada kemiskinan. Kemiskinan di perdesaan dan terbengkalainya sektor pertanian akan mengakibatkan semakin tingginya laju urbanisasi, semakin besarnya jurang kesenjangan, rusaknya lingkungan hidup (akibat banyaknya alih fungsi pertanian), dan kurangnya pasokan pangan (dan memungkinkan terjadi krisis pangan).

**

Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Kemiskinan adalah corak khas yang menempel pada Negara berkembang, termasuk Indonesia. Kemiskinan tahun 2013 adalah bukti government failure dalam mengatasi kemiskinan. Rangkaian kondisi dan kebijaksanaan yang terjadi justru menambah 500ribu penduduk miskin.

Kadang kalau kita lihat satu orang miskin berdiri dihadapan kita, kita akan merasa iba dan serangkaian pertanyaan muncul dari dalam diri kita: mengapa orang ini tidak punya kemauan untuk maju, mengapa orang ini mentalnya lemah, mengapa orang ini tidak berusaha lebih keras, dan lain sebagainya pertanyaan yang mungkin akan muncul. Tapi kalau kita tahu ada 28 juta orang miskin, mungkin kita bisa jadi berpikir: jangan-jangan mereka ini adalah korban dari kebijakan yang payah. Poor people are not those who were borned to be poor, but they are tipically the victim of poor policy

Penulis adalah seorang fakir ilmu pengetahuan

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Omong Kosong

Posted: 22 Jan 2014 11:37 AM PST

Tidak usaha bicara yang aneh-aneh seperti meminta satu peti mati, karena tanpa dimintapun bila sudah meninggal pasti akan diberikan satu peti, dan sangat lucu kelihatannya jika mayat seorang Marzuki diusung kepusara dengan dua peti mati.

"Kalau saya korupsi, Satu peti mati untuk saya," ujar Marzuki Alie dalam debat terbuka peserta konvensi Capres Partai demokrat dihalaman Istana Maimun Medan. Marzuki seakan ingin menegaskan kesiapan dirinya menjadi pemimpin yang bersih, dan bila terbukti korupsi dikemudian hari dia rela dihukum mati.  Sebuah pernyataan yang terkesan berani untuk ukuran saat ini.

Awalnya saya begitu tertarik menyimak pernyataan Marzuki Alie ini, sang ketua DPR yang juga kader Partai demokrat ini nampaknya begitu sungguh-sungguh dalam menjalankan amanah rakyat, teguh pendirian  dan tidak akan tergoda untuk melakukan tindak pidana korupsi jika sudah terpilih sebagai presiden.

Selanjutnya bermain dibenak saya sebuah pertanyaan, masih adakah rakyat yang percaya dengan ucapannya itu ?

Sulit untuk dijawab, karena rakyat sudah kenyang menelan janji manis dari para politisi, terutama poitisi dari Partai Demokrat.  Waktu mendekati Pemilu mereka beriklan mengatakan "TIDAK" pada korupsi, lima tahun kemudian mereka berbondong-bondong masuk bui.

Tercatat beberapa pernyataan elite Partai Demokrat yang terdengar manis dan meyakinkan tetapi berbuah pahit dan mengecewakan, dulu ketua umumnya Anas Urbaningrum berjanji "gantung di Monas",  seolah-olah Anas yakin betul dirinya benar-benar bersih, suci lahir bathin, satu senpun tangannya tidak menyentuh uang haram dari korupsi Hambalang. Kini Anas sudah diciduk oleh KPK, jangankan untuk menunaikan janjinya Gantung di Monas, dipanggil KPK saja dia malah mangkir sampai dua kali.

Kini janji manis itu diulangi lagi oleh Marzuki, bahwa dia siap mati jika korupsi, sebuah pernyatan yang tidak masuk akal, karena antara korupsi dan mati itu merupakan dua hal yang berbeda. Mati itu merupakan garis takdir yang sudah ditetapkan tuhan , sementara korupsi adalah sebuah perbuatan laknat yang dikutuk oleh tuhan. Korupsi atau tidak orang yang hidup pasti akan mati.

Jika Marzuki ingin mengajukan diri sebagai calon presiden, ya maju sajalah dengan baik, kalau terpilih ya syukur, kalau tidak ya Alhamdulillah,  tidak usaha bicara yang aneh-aneh seperti meminta satu peti mati, karena tanpa dimintapun bila sudah meninggal pasti akan diberikan satu peti, dan sangat lucu kelihatannya jika mayat seorang Marzuki diusung kepusara dengan dua peti mati.

Ungkapan itu mengandung multi tafsir, pernyataan yang hari ini terkesan gagah dan berani itu dikemudian hari bisa menjadi alasan bahwa setiap orang yang sudah berhenti hidup hanya butuh satu peti mati. Dan selebihnya janji untuk tidak korupsi itu hanya sekedar pemanis kata dibibir, penyedap telinga yang mendengarkan, hasilnya jika sudah duduk dikursi kekuasaan lupa dengan segala janji yang sudah diucapkan,  atau dengan kata lain  Omong Kosong belaka.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Qanun Dinayah Dihambat

Posted: 22 Jan 2014 11:37 AM PST

OPINI | 23 January 2014 | 01:47 Dibaca: 2   Komentar: 0   0

QANUN  DINAYAH  DIHAMBAT

BERARTI PERBAIKAN AHLAK  BANGSA  ACEH  DIHAMBAT.

PAJAN QANUN DINAYAH DIPEUGET ?

BEK TUO, KARENA QANUN DINAYAH LEUBAEH PENTING DARI PADA QANUN WALI NANGRO.

JANGAN QANUN, BEBERAPA PERDA SAJA YANG MENCOBAH MENERAPKAN SEBAHAGIAN UBIT DARI SYARIAT ISLAM  KA DIANGGAP ANCAMAN OLEH AWAKNYAN (YANG KA DIRACUNI PAHAM BARAT/SEKULER).

PEU JADIJIE MONYO ACEH SABEI DIPIMPIN OLEH AWAKNYAN………………

KA SAAD JIE KAUM  DAYAH  IKUT  PEUGA HABA LAM  KERANGKA" AMAL MAKRUP NAHI MUNGKAR"

SAADNYO TANYO TAPILIH PEMIMPIN DAN WAKIL YANG  BERAHLAK ISLAMI DAN AMANAH, KON YANG HANYA MEMENTINGKAN KEDRO DAN KELOMPOK JIE MANTONG.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Jokowi Salahkan Hujan Stempel Musyrik Melayang….

Posted: 22 Jan 2014 11:37 AM PST

Sejak pencalonan pada pemilihan gubernur DKI hingga memenangkan jabatan , gempuran kritikan belum surut menyertai kepemimpinan Jokowi di Jakarta. Rumor yg beredar tentang pencalonannya dalam bursa pemilihan presiden mendatang, malah semakin membuat gencarnya serangan2 yg ditujukannya.

Begitu berpengaruhnya nama Jokowi hingga diberbagai survei selalu menempatkannya dalam daftar paling atas. Kepastian Jokowi mencapreskan diri belum ada kepastian tetapi rupanya nama gubernur tsb sudah membuat kebanyakan lawan politiknya melakukan berbagai cara untuk menghadangnya. Dari kritikan, tuduhan, fitnah dan pemlintiran perkataan dilakukan mereka.

Banjir yg sedang melanda diberbagai daerah tanah air termasuk Jakarta merupakan santapan hangat untuk dijadikan senjata menjatuhkan nama Jokowi. Setiap ucapannya menanggapi masalah banjir selalu ditunggu dan diintai mereka untuk dicari-cari kesalahannya. Perkataan yg bagi awam gampang dimengerti pun diplintir sedemikian rupa agar opini masyarakat menjadi salah mengartikan. Seperti yg dilakukan oleh Walhi N. Murki Priatna, LSM penggiat dan pemerhati lingkungan. Dalil agamapun dikeluarkan hingga penyebutan musyrik menanggapi perkataan Jokowi.

Ucapan Jokowi yg dipermasalahkan seperti yg dikutip oleh berbagai media adalah sbb : "Memang terjadi hujan deras di sekitar Pulogadung dan robnya naik. Problemnya ada di situ," kata Jokowi.

"Ini murni karena curah hujan tinggi. Karena semua air dari wilayah atas (Kawasan Puncak/Bogor, Jawa Barat) masuk ke Jakarta" tuturnya pada Sindonews saat memantau Kampung Pulo, Senin (13/1).

Tanggapan Walhi hingga menyebut kata musyrik beranggapan bahwa Jokowi menyalahkan hujan, "Yang namanya volume air tetap segitu enggak bisa berubah tapi gentongnya ini yang dikurangi. Kalau lama-lama hanya menyalahkan curah hujan nanti masyarakat ini takutnya musyrik, bilang banjir karena Tuhan padahal hujan itu berkah," ujar Manajer Penanganan Bencana Walhi Nasional Mukri Friatna di Jakarta, Sabtu (18/1/2014).

Orang awam saja pastinya tahu bahwa maksud ucapan Jokowi tidak menyalahkan hujan hingga mengakibatkan banjirnya Jakarta. Apa yg dia katakan adalah semacam hukum sebab akibat. Hal begini saja sampai harus mengeluarkan kata musyrik yg seakan ditujukan kepada Jokowi.

Kita ambil contoh padanan kalimat dengan menggantikan kata curah hujan dengan kelaparan. "Seharian si Ayu tidak makan, sehingga dia kelaparan". Dari kalimat tsb sudah jelas karena akibat seharian tidak makan maka dia kelaparan. Ini seperti halnya jg orang terlambat masuk kerja karena jalanan macet. Orang tidak akan menyalahkan macetnya tapi itu adalah sebagai penyebab hingga mengakibatkan terlambatnya masuk kantor.

Memang sebaiknya Jokowi tidak perlu menanggapi konfrontasi yg selalu dilakukan oleh orang- orang yg tidak menyukai keberadaannya sebagai gubernur , langkah yg ditempuh sudah benar dengan menunjukkan etos kerjanya untuk Jakarta lebih baik. Waktu hanya terbuang percuma jika harus meladeni omongan nyinyir dan hanya mengakibatkan kerja terganggu. Cukup orang- orang yg menginginkan pemimpin bersih, jujur  dan suka kerja, sudah lebih dari memadai untuk mengcounter kenyinyiran mereka…kwkwkkwkwkwkwk..

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Kang Yoto ; Namanya Taman Budaya Saja

Posted: 22 Jan 2014 11:37 AM PST

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Senin, 20 Januari 2014 0 komentar

Kompasiana


Jokowi Dizolimi Para Pengagumnya

Posted: 20 Jan 2014 11:09 AM PST

Dalam seminggu ini banjir melanda berbagai daerah di Indonesia, baik di DKI dan kota-kota di jabar dan berbagai kota lainnya sampai di ujung bagian utamr indonesia yaitu Manado.

Tapi pemberitaan tentang banjir yang paling heboh adalah banjir DKI, dan tuntutan serta kritikan kepada kepala daerah yang paling santer adalah tuntutan kepada gubernur DKI Jokowi, sementara di daerah-daerah lain termasuk di sekitar DKI yang juga kebanjiran, pemberitaan tidak segencar di DKI dan juga tuntutan rakyat kepada para kepala derah sekitar DKI tidak sesanter tuntutan mereka kepada Jokowi, bahkan di Manado yang banjirnya lebih besar dan sampai memakan korban jiwa, tidak kedengaran orang yang menyalah-nyalahkan gubernur Manado bahkan nama gubernurnya pun tak disebut-sebut.

Mengapa banyak orang yang menutut Jokowi dan menyalah-nyalahkan Jokowi atas banjir DKI? Dan tidak menyalahkan para gubernur dan kepala daerah lainnya?

Selain DKI adalah ibu kota Indonesia, tuntutan kepada jokowi merupakan kilas balik dari pemberitaan dan puja-puji kepada Jokowi selama ini. walaupun di Indonesia ada 34 gubernur tapi yang paling banyak diberitakan dan disanjung-sanjung hanyalah Jokowi. Jokowi disanjung dan dipuja-puji setinggi langit. Jokowi digambarkan sebagai seorang manusia super yang punya kemampuan di atas rata-rata manusia pada umumnya. Jokowi dianggap satria paningit yang bisa menyelamatkan bangsa dari keterpurukan dan bisa membawa rakyat kepada negara yang gemah ripah loh jinawi. Jokowi didewa-dewakan seakan orang suci yang sempurna tidak punya kekurangan dan kesalahan sedikitpun.

Sanjungan dan pujian yang berlebihan ini mengakibatkan rakyat menaruh harapan yang berlebihan pula kepada Jokowi. Rakyat berharap Jokowi bisa membenahi DKI dalam sekejap, rakyat berharap setelah Jokowi menjadi gunbernur DKI maka segala persoalan DKI akan selesai dalam waktu sekejap. Rakyat sangat berharap kemacetan yang menghiasi keseharian DKI dan banjir yang menjadi langganan DKI setiap tahun akan sirna dalam sekejap oleh kedigjayaan Jokowi.

Ternyata apa yang terjadi? Setelah menjabat lebih dari setahun, Jakarta tetap macet, setelah dua kali musim hujan, banjir tetap melanda DKI. Kalau begitu di mana kehebatan Jokowi? Apa bedanya Jokowi dengan para pendahulunya dan gubernur-gubernur lainnya di Indonesia?. Ternyata sama saja. Kehebatan dan kedigjayaan Jokowi ternyata hanya omong kosong. Puja-puji selama ini terhadap Jokowi ternyata hanya isapan jempol. Maka rakyat pun kecewa, lalu mereka yang kecewa ini mulai mempertanyakan dan memikulkan tanggung jawab banjir DKI kepada Jokowi.

Inilah jawaban mengapa rakyat tidak banyak menuntut kepada para kepala daerah di luar DKI atas banjir yang melanda daerah mereka? Mereka tahu bahwa gubernur, walikota dan bupati mereka adalah manusia biasa yang punya keterbatasa dan banyak kekurangan. Sementara gubernur DKI digembar-gemborkan sebagai manusia luar biasa yang mampu mengatasi segala macam persoalan bangsa.

Ibarat orang yang kemampuan finansialnya biasa-biasa saja lalu diberitakan dan digembar-gemborkan bahwa orang tersebut kaya raya luar biasa dan sangat dermawan luar biasa, maka orang pun banyak menaruh harapan untuk mendapat bantuannya. Setelah mereka berbondong-bondong meminta uluran tangannya, ternyata mereka tidak mendapatkan apa-apa karena sebenarnya orang tersebut memang tidak seperti yang diberitakan dan digembar-gemborkan. Mereka pasti kecewa dan wajar saja kalau di antara mereka ada yang memaki dan menganggapnya kikir dan pelit, karena dalam benak mereka dia kaya-raya.

Jadi puja-puji yang berlebihan kepada Jokowi sebenarnya hanyalah memikulkan beban yang sangat berat kepadanya. Kalau misalnya manusia biasa rata-rata punya kemampuan memikul beban seberat 50kg. Lalu Jokowi yang kemampuannya sama dengan manusia biasa diberitakan dan digembar-gemborkan mempunyai kemampuan luar biasa dan mampu mengangkat beban seberat 500kg. Maka jangan disalahkan kalau orang mengharap dan menutut Jokowi memikul beban seberat itu.

Semakin tinggi pujian yang diberikan kepada Jokowi, semakin berat pula beban yang harus dipikulnya, dan semakin berat beban yang dipikulnya, maka semakin membuat dia tidak berdaya. Pujian yang berlebihan kepadanya telah membuatnya terpaksa berbuat di luar batas kemampuannya, pujian yang berlebihan telah membuat Jokowi pusing tujuh keliling memikirkan banjir, telah membuat jokowi memantau banjir sampai dini hari, telah membuat jokowi berbasah-basah sampai kehabisan baju putihnya, telah membuat jokowi dikritik, dituntut bahkan dihujat oleh orang-orang yang terlanjur berharap banyak kepadanya. maka puja-puji yang berlebihan ini sebenarnya adalah suatu kezaliman kepadanya.

Sadarlah bahwa Jokowi adalah manusia biasa sama seperti gubernur-gubernur lainnya di persada nusantara yang mempunyai keterbatasan-keterbatasan, kekurangan dan kelemahan sebagaimana manusia pada umumnya. Maka perlakukanlah dia sebagaimana mestinya dan sesuai dengan kapasitasnya, jangan memikulkan beban kepadanya di luar batas kemampuannya yang akhirnya akan membuat dia kehabisan tenaga lalu terkapar tak berdaya.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Manusia dan Non-human: Mencari Relasi?

Posted: 20 Jan 2014 11:09 AM PST

Jargon bahwa manusia adalah animal rasionale (Mahluk yang berakal) ternyata memiliki bias yang sangat besar terhadap binatang, tumbuhan dan benda lain. Defenisi ini dengan tegas memberikan pembedaan yang jelas antara manusia dan yang lain. Pembedaan berarti kita bukan mereka dan mereka bukan kita. Ketika ada yang seperti kita pun, itu bukan kita. Dengan kata lain, pembedaan ini membangun sebuah pemisahan. Binatang, tumbuhan dan benda lain tidak punya akal dan mereka (kalau boleh saya wakilkan dengan kata mereka) berada lebih rendah dari manusia. Singkatnya, inilah sebuah arogansi salah satu kelompok kecil dari penghuni bumi ini.

Pemberian predikat tersebut secara nyata membuat manusia secara sah untuk melakukan apa saja demi kelangsungan hidupnya. Manusia membangun segala bentuk argumen bahwa manusia punya hak kuasa atas mereka. Hal ini terbukti bagaimana bangunan filsafat modern yang menempatkan manusia ibarat dewa atas yang lain. Rene Descartes dengan kalimat masterpiecenya "Cogito Ergo Sum" (saya berpikir, maka saya ada) seakan-akan menjadi ayat suci bagi para filsuf dari zaman dia hingga sekarang. Kalimat ini bagaikan tempat yang sangat tinggi yang menjadikan manusia tidak bisa lagi dijangkau oleh yang lain itu. Karena, dengan ayat suci itu, yang ada hanyalah manusia. Yang lain itu tidak ada. Predikat baru yang secara langsung tertempel pada yang lain ini menjadikan derajat mereka semakin rendah di bumi ini. Bumi pun termasuk di dalamnya.

Persoalan ini secara sekilas tidak memberikan dampak yang besar. Munkin saja kita berpikir bahwa itu hanyalah otak-otik kata yang tidak berimbas. Atau, mungkin aja berimbas. Paling tidak muncul beberapa buku tentang itu. Akan tetapi, bila kita melihat lebih dalam, inilah yang membuat mengapa hutan di Kalimantan saat ini berada di ambang kemusnahan. Inilah yang membuat, mengapa gunung emas yang di Papua saat ini telah berobah menjadi lobang besar. Itulah yang membuat mengapa kita tidak lagi memiliki relasi afektif dengan alam seperti yang dimiliki oleh para leluhur kita. Manusia modern menjadi kan bumi sebagai benda yang harus memuaskan nafsu manusia.

——–

Pernahkah kita berpikir, mengapa nama-nama binatang sering menjadi kata-kata makian yang terasa sangat kasar? Sejauh yang saya tahu, hampir di dalam banyak bahasa, hal itu terjadi. Sebut saja beberapa seperti: asu, anjing, buaya darat, lintah darat, monyet dan binatang. Kalau dianalisa mengapa manusia meneriakkan itu kepada sesuatu yang dibencinya, itu berarti binatang itu memiliki nilai negatif. Dari analisis kecil ini, dapat dikatakan bahwa dalam keseharian pun manusia telah menjadikan binatang sebagai sesuatu yang rendah derajatnya.

Pemikiran sederhana di atas memberikan sedikit gambaran bagaimana manusia membangun relasi dengan yang lain itu. Dan bahkan, cara manusia berelasi yang demikian sudah dilakukan secara spontan. Seseorang ketika marah tidak lagi berpikir nama binatang apa yang lebih tepat untuk memaki orang. Munkin saja ini akan terlihat lucu ketika melihat orang marah tiba-tiba diam sejenak untuk memilih nama binatang. Dan itu tidak terjadi karena sudah secara spontan. Meminjam istilah psikologi, mungkin itu sudah tertanam dalam alam bawah sadarnya sehingga muncul begitu saja ketika marah. Dengan kata lain, relasi negatif yang dibangun manusia dengan yang lain itu sudah menjadi bagian dari manusia itu.

Selain kisah makian, ada juga kisah lain yang mungkin lebih buruk. Setiap kita pasti sepakat bahwa yang namanya tempat sampah itu selalu dekat dengan kata kotor, rendah dan bahkan jorok. Karena jorok, 'status'nya pun rendah. Berkaitan dengan sampah, banyak manusia saat ini masih melihat bahwa bumi adalah tempat sampah yang luas. Membuang sampah sesuka hati dimana saja belum menjadi persoalan. Secara tidak sadar, dia tidak sadar bahwa caranya membuang sampah adalah cara dia berelasi dengan bumi. Sekali lagi, manusia melalui sampa menunjukkan arogansinya (kesombongannya) yang sangat besar atas yang lain.

———

Hingga titik ini, manusia masih menganggap dan memahami alam seperti itu. Man is a Master. Manusia adalah tuan atas dunia. Lebih lagi ketika agama ikut-ikutan menegaskan yang sama. Kuasalailah bumi. Tidak ada lagi harapan bagi yang lain. Tidak ada lagi ruang bagi binatang karena hutan sudah ditebangi, karena gunung sudah dijadikan sebagai lembah yang dalam demi emas, karena laut, danau, sungai dan hujan sudah dicemari. Tak ada lagi kedamaian bagi semut ketika mereka tidak lagi bisa saling menyapa ketika mereka berpapasan ria. Tak ada lagi ruang bagi yang lain. Bahkan, dalih memelihara binatang dengan membangun kebun binatang menjadi alat untuk menyiksa binatang seperti yang terjadi di Kebun Binatang Surabaya.

Manusia, dengan predikat rasionale-nya, malah menjadi tidak berakal. Manusia tidak sadar bahwa alam (binatang, tumbuhan dan alam) ini adalah guru kebijaksanaan yang mengajari manusia soal persahabatan, cinta, damai dan pengorbanan. Manusia tidak lagi sadar bahwa bumi ini adalah ibu yang memberikan dia makan secukupnya. Manusia tidak lagi sadar bahwa tanpa dunia ini, manusia tidak ada. Manusia tidak sadar bahwa dia telah diatur oleh yang lain.

Memang alam tidak bisa berbicara, tetapi mereka memiliki bahasa mereka sendiri. Mereka dapat mengajari anaknya untuk bertahan hidup, bergaul dan berjuang. Bahkan, mereka kadang lebih manusiawi daripada manusia. Mereka tidak saling membunuh oleh karena emas, berlian, uang, minyak yang selama ini dijadikan manusia untuk saling membunuh. Induk ayam yang akan selalu berkotek mencari anaknya yang hilang, sementara banyak ibu yang telah membuang anaknya ke tempat sampah bahkan juga membunuh anaknya sebelum menatap dunia.

Bagaimanakah kiranya kita berelasi dengan yang lain? Masih adakah kesempatan untuk bertanya pada rumput yang bergoyang?

Subandri Simbolon

Sebuah permenungan ketika aku memandang semut di atas lantai.

Jumat, 11012014    02.03

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Malas dengan Jalan tetap Sibuk

Posted: 20 Jan 2014 11:09 AM PST

Didalam hidup ini seseorang haruslah fokus ke 3 hal didalam hidupnya, pertama apa yang menghasilkan kedua hal dimana ia bisa menjadi terbaik di dunia dan ketiga adalah hal yang menjadi hobi dan kesukaannya. Ketiga hal tersebut haruslah menjadi hal yang difokuskan didalam hidupnya dan tidak melakukan hal yang lain.

Ketiga hal ini tidaklah boleh dibalik, artinya, pertama tama kerjakanlah dahulu sesuatu yang menghasilkan, setelah itu pastikan hal tersebut kita bisa menjadi terbaik di dunia, dan yang ketiga adalah hal yang kita sukai. Inilah jalan menuju kelimpahan sebenarnya.

Kebanyakan dari kita berpikir sebaliknya, pertama tama kita mengerjakan yang kita sukai dahulu, lalu yang bisa terbaik didunia, dan yang ketiga adalah hal yang menghasilkan. Ini adalah salah dan merupakan suatu bentuk kemalasan. Tidak terhitung saya menemui ribuan orang yang berpotensi menjadi kaya tetapi hidup miskin dan mengharapkan belas kasihan orang lain. Kebanyakan mereka mempunyai masalah yang sama, perkerjaan yang mereka lakukan sekarang adalah pekerjaan yang mereka sukai tetapi tidak menghasilkan uang yang cukup untuk menunjang hidup mereka dan anak mereka.

Kebanyakan orang salah dengan melakukan hal yang disukai dahulu, baru menjadi terbaik didunia dan yang ketiga baru yang menghasilkan.Saya bertemu dengan ribuan orang yang mengharapkan belas kasihan dari orang lain, tetapi mereka sebenarnya adalah orang baik. Mereka memiliki karakter yang teliti dan terkenal ahli di bidangnya. Saat saya selidiki, mengapa mereka sampai berkekurangan, ternyata hasil penyelidikan saya mengejutkan, sewaktu mereka muda, mereka melepas pekerjaan yang menghasilkan karena mereka tidak suka pekerjaan tersebut. Seharusnya pekerjaan yang menghasilkan digali terus sampai bisa menjadi yang terbaik di dunia dan menghasilkan arus penghasilan yang tiada henti lalu didelegasikan orang lain dan barulah kemudian melakukan hal yang disukai. Kita memiliki banyak hal dengan waktu terbatas, terbalik menentukan langkah adalah berbahaya.

Banyak orang sebenarnya adalah orang yang malas, mereka melakukan banyak hal yang mereka senangi tetapi mereka mengabaikan hal yang menghasilkan. Seseorang rela memenuhi garasinya dengan mainan supaya anak anaknya tidak pernah merasakan miskin, dan bahkan berhutang kartu kredit untuk itu, tetapi ia tidak pernah memikirkan biaya kuliah dan pernikahan anaknya nantinya, Seseorang rela berjam jam memancing tetapi tidak menyisihkan waktu berdoa bersama keluarganya. Seseorang asik membaca berita, mengkomentari politik, menulis di kompasiana, membaca komik, menonton Film, dan membaca komik tetapi lupa untuk mengerjakan sesuatu yang menghasilkan. Mereka sebenarnya malas dengan jalan tetap sibuk. Mereka mabuk dengan hal hal yang mereka sukai tetapi tidak menghasilkan.

Obat untuk rasa malas adalah sedikit berpikir untuk diri sendiri dan masa depan. Saat kita melakukan hal yang kita sukai dan tidak menghasilkan dan kita tidak dapat menjadi yang terbaik di dunia, kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri, "apa untungnya hal ini untuk saya". Berpikirlah kedepan untuk diri kita dan masa depan orang orang yang dipercayakan kepada kita. Seseorang haruslah menemukan mata air penghasilan yang berbual bual untuk ia dan keluarganya kelak serta masa depan orang orang yang dipercayakan kepadanya. Tidaklah bijak untuk berhenti menggali penghasilan karena hal itu tidak menyenangkan dan beralih kepada hal yang ringan menyenangkan serta mudah saja dan tidak menghasilkan. Bekerja karena kesukaan baru kemudian karena hasil adalah tidak bijak. Berinternetan berjam jam untuk menulis kritik politik, membaca berita, menonton film, bola, komik, serta pornografi adalah tidak bijak jika tidak memberikan hasil apapun selain kesenangan.

Mabuk kesenangan adalah berbahaya seperti mabuk alkohol. Siapa mengaduh? Siapa mengeluh? Siapa bertengkar? Siapa berkeluh kesah? Siapa mendapat cidera tanpa sebab? Siapa merah matanya? Yakni mereka yang duduk dengan kesenangan mereka sampai jauh malam, mereka yang datang mengecap kesenangan mereka. Jangan melihat kepada kesenangan, kalau indah menarik warnanya, dan mengilau dalam kegiatan, yang mengalir masuk dengan nikmat, tetapi kemudian memagut seperti ular, dan menyemburkan bisa seperti beludak. Lalu mata kita akan melihat hal-hal yang aneh, dan hati kita mengucapkan kata-kata yang kacau karena berlimpah dengan kesukaan. Kita seperti orang di tengah ombak laut, seperti orang di atas tiang kapal. Kita akan berkata: "Orang memukul aku, tetapi aku tidak merasa sakit. Orang memalu aku, tetapi tidak kurasa. Bilakah aku siuman? Aku akan mencari kesenangan lagi"

Berikut adalah saduran lirik lagu yang bagus untuk menyadarkan kita dari kemalasan kita melakukan hal hal yang penting dan menghasilkan didalam hidup dan hanya berkutat dan terlihat sibuk dengan mabuk dalam kesenangan serta hobi kita.

————————————————————————————————————————————- Saduran Lirik Lagu Oplosan ————————————————————————————————————————————-

Opo ora eman duit nyawane

Apa tidak sayang dengan uang dan nyawa

gawe ngerjake sing ora hasil

Untuk mengerjakan hal yang tidak menghasilkan

opo ora mikir yen mendem senengan

Apa tidak berpikir kalau kesenangan yang berlebihan

iku biso ngrusak pikiran

Itu dapat merusak pikiran

Ojo diteruske mendem senenge

Jangan diteruskan kesenangan yang berlebihan itu

mergo ora ono untunge

Karena tidak ada keuntungannya

yo cepet marenono mendemmu

Ya cepatlah sadarlah dari kesenangan yang berlebihan itu

ben dowo umur dan akeh duitmu

Supaya waktu dan uang yang dimiliki banyak

Ugo sawangen kae konco kancamu

Lihatlah teman teman anda

akeh sing podo gelempangan

Banyak yang berguguran

ugo akeh sing kelesetan dinyatake bangkrut

Juga banyak yang frustasi dinyatakan bangkrut

Yo wes cukupno anggonmu mendem kesenengan

Cukup sajalah kesenangan berlebihan itu

yo wes cukup anggonmu gendeng

Ya cukup sajalah "gila" karena hobi dan kesenangan itu

yo mari mari o yo leren leren no

Ya sembuhlah, ya berhentilah

ojo diterus terusno

Jangan diterus teruskan

Tutupen lakumu tutupen tingkahmu

Berhentilah dari tindakan yang tidak menghasilkan dan dari kesenangan berlebihan

emanen nyawamu ojo mbok terus teruske

Sayanglah nyawa anda, jangan diterus teruskan

mergane ora ono gunane

Karena tidak ada hasilnya.

————————————————————————————————————————————- Sekian dari saya, semoga bermanfaat ————————————————————————————————————————————-

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Jatuh itu Sexy

Posted: 20 Jan 2014 11:09 AM PST

Setiap orang pasti sepakat bahwa pengalaman jatuh adalah sesuatu yang harus dihindari. Tidak seorang pun manusia yang memimpikan untuk jatuh dalam hidupnya. Atau, merencanakan pun, tidak pernah. Seorang pelajar yang sangat tekun belajar akan berusaha sungguh-sungguh agar prestasinya tidak jatuh. Bahkan, seorang pebisnis pun akan melakukan hal yang sama agar perusahaannya tidak jatuh. Inilah, kalau kita sepakat, penyebab utama mengapa setiap orang sesalu berusaha memberikan yang terbaik dan tetap menjaga agar tidak mengalami pengalaman jatuh itu.

Mengapa pengalaman manusiawi, jatuh, dijadikan seperti itu seakan-akan tidak ada setitik nilai kebaikan dalam dirinya? Dari peristiwa hidup sehari-hari, ketika melihat orang mengalami jatuh, kita merasa sulit untuk melihat setitik nilai di  dalamnya. Itu karena jatuh dipikirkan sebagai musibah, bencana dan juga berarti satu langkah menuju kehancuran. Jatuh berarti gagal dan bukan merupakan sebuah kesempatan untuk mencapai keberhasilan. Jatuh berarti bangkrut dan tidak bisa lagi menjalankan roda perusahaan, jatuh berarti luka yang tidak bisa diobati lagi, dan jatuh berarti pintu menuju kematian.

Paradigma akan kejatuhan ini tentunya dibangun dan memiliki hubungan dengan paradigma manusia tentang kesuksesan, kebahagiaan dan kemenangan. Segala suatu yang baik, benar dan harus selalu diperjuangkan adalah kesuksesan, kebahagiaan dan kemenangan. Manusia tidak lagi memberi ruang bagi pengalaman manusiawi lainnya. Tidak ada lagi ruang bagi kelemahan, ketidakberdayaan dan kejatuhan. Dengan kata lain, paradigma manusia tentang jatuh adalah juga hasil dari bangunan megah paradigma kita tentang kesuksesan. "Tidak ada kata gagal dalam kamus seorang sukses", kata seorang motivator.

Akan tetapi, manusia tetaplah manusia. Sebesar apa manusia berusaha untuk menjadi seorang dewa, atau setengah dewa atau bahkan seperempat dewa (kalau ada), dia tetap adalah seorang manusia. Dia tidak mungkin mengubah kemanusiaannya. Dia tetap mahluk yang dapat mengalami jatuh di tengah perjuangan hidupnya. Manusia tetap mahluk yang lemah, kata Sentinel Prime dalam Transformer II. Memang, Sentinel benar bahwa manusia itu adalah mahluk benar, tetapi yang lebih benar adalah Optimus Prime yang selalu melihat dan memperjuangkan sisi kebebasan manusia. Ini bukan soal perdebatan kedua tokoh itu. Paradigma manusia tentang manusia itu sendiri sering melupakan kehendak bebas itu.

Ketika para penikmat acara sensasional seorang motivator tidak mengedipkan mata karena percaya bahwa setiap kata dari motivator adalah emas, saat itu juga dia mengekang kehendak bebasnya sendiri. Kebebasan dia untuk menggunakan kehendak untuk menentukan paradigma yang lebih bijak atas kesuksesan dan kejatuhan dipenjara dalam kata-kata emas sang motivator. Apalagi ketika sang motivator tidak memberi sedikit ruang dan waktu bagi kebebasan itu untuk berfikir. Dia tidak henti-henti menggunakan kelihaiannya untuk men-doktrin-asi para penikmat sensasi dengan defenisi sukses menurut dia. Akhirnya, ketika pemirsa beranjak pulang dari kursi, dia hanya bisa diam dan bingung dengan dirinya sendiri yang telah melupakan sisi lemah manusia itu.

Demikianlah, manusia saat ini dibangun atas dasar paradigma sukses dan sukses. Manusia tidak sadar bahwa itu semua adalah hasil kinerja para kapitalis yang sedang memproduksi manusia-manusia yang siap pakai. Manusia yang benar adalah manusia yang dalam pikirannya hanya ada satu kata, sukses. Dan kata itu dengan sendirinya meniadakan kesadaran akan adanya satu kata gagal dalam hidupnya. Akibatnya, bukan soal kosongnya rupiah atau dolar dalam saku, tetapi manusia tidak bisa lagi berdiri tegak ketika dia jatuh.

Jatuh sekali lagi dijadikan sebagai neraka yang harus dihindari.

Optimus Prime tidak tanpa alasan untuk sesalu memperjuangkan dan melihat setitik kehendak bebas dalam diri manusia. Si Autobot itu merelakan dirinya untuk tidak lagi tinggal di Cybertone dengan menghancurkan dunia karena alasan itu. Tetapi sayang, sudah begitu banyak manusia tidak lagi menyadarinya.

Pengalam jatuh bukanlah neraka atau virus AIDS yang harus dihindari. Jatuh adalah pengalaman manusia yang membimbing manusia untuk semakin menjadi dirinya sendiri. Jatuh adalah saat dimana manusia diberikan kesempatan secara khusus untuk menyadari siapa dirinya yang sebenarnya. Dan saat itu adalah saat emas yang membuat manusia dapat semakin gemilang dalam perjalanan hidupnya. Dalam pengalaman itu, manusia disadarkan akan adalah kehendak bebas manusia untuk menentukan apa yang terbaik dalam dirinya.

Kata-kata ini bukanlah sebuah penghiburan. Berangkat dari realita kehidupan, ketika kita jatuh, kita dapat melihat dengan jelas betapa indahnya persahabatan, cinta dan kehidupan. Lihatlah, ketika kita jatuh banyak orang yang akan meninggalkan kita dan hanya mereka yang tetap berada di sisi kitalah yang sungguh-sungguh sahabat kita. Hanya dalam pengalaman jatuhlah kita dapat merasakan itu. Paling tidak, ketika kita jatuh dan tidak ada orang yang lain yang mau menolong, masih ada diri kita yang mau bersahabat. Hanya disaat itulah kita bisa mengenali diri kita.

Dengan demikian, jatuh itu sexy. Dia memberikan gairah kehidupan yang sangat besar. Dia bergairah dan selalu memberikan ruang bagi kita untuk bangkit lagi menghadapi masa depan. Dia tidak pernah mematahkan semangat kita karena dia selalu ada dengan kehendak bebas kita sebagai manusia. Dia tidak pernah mematikan potensi kita tetapi justru saat-saat seperti itulah kita bisa membangkitkan ke-impoten-an kita. Karena dia sexy, itu tentu pasti.

Karena, hanya dalam gelapnya malam kita dapat melihat dengan jelas indahnya bintang-bintang di langit sana.

Subandri Simbolon, 070114, 17.20

Sebuah refleksi ketika aku terjatuh

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Rapat Bersejarah Para Pimpinan Daerah JABODEBEK Untuk Mengatasi Banjir

Posted: 20 Jan 2014 11:09 AM PST

Senang rasanya melihat para pemimpin daerah yang biasanya suka "ribut" di media massa, minimal para pendukungnya lah yang ribut, saling mengkomentari satu sama lain, bisa jadi akur bersama-sama mencoba mengatasi bencana banjir yang sering melanda Jakarta.

Coba lihat yang hari ini berkumpul di Bendung Katulampa hari ini. Ada Gubenur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher), Bupati Bogor Rachmat Yasin, Wakil Walikota Bogor Diani Budiarto, Wakil Walikota Depok Idris Abdul Shomad, Wakil Bupati Bekasi Darip Mulyana, Wakil Walikota Bekasi Ahmad Syaikhu. Selain itu ada juga dari unsur teknis yaitu Kementerian PU diwakili Dirjen SDA, Muhammad Hasan dan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) T Iskandar.

Sayangnya Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail, yang sempat "panas-panasan" dengan Jokowi masalah pembelian tanah di Depok oleh DKI Jakarta untuk keperluan bendungan, tidak ikut hadir, yang tentu bisa menambah greget pertemuan tersebut. Namun beliau tentunya sudah cukup diwakili oleh wakil walikota Depok.

Dari Tangerang dan Tangerang Selatan juga sayangnya tidak ikut hadir, namun tetap tidak mengurangi pentingnya acara ini.

Maksud kumpul-kumpul tersebut tentu tidak sembarangan, tujuannya adalah untuk mencari terobosan antar daerah dalam menangani banjir yang melanda ibukota negara. Memang sudah nasib kota Jakarta harus menerima luapan air dari wilayah-wilayah tetangganya ini, yaitu Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi, terkait posisinya sebagai muara beberapa sungai-sungai besar yang mengalir dari daerah tetangganya tersebut, sehingga kerap disebut sebagai "banjir kiriman".

Dari dahulu penyatuan koordinasi antar daerah ini hanya sekedar wacana saja, karena aktualnya sungguh sulit diwujudkan. Sampai-sampai pernah ada usulan jabatan setingkat menteri khusus untuk mengkoordinasikan para pejabat gubernur di DKI Jakarta, Jabar, dan Banten. Oleh para pengamat, kesulitan tersebut dinyatakan disebabkan oleh adanya egoisme kedaerahan.

Dan akhirnya pertemuan yang bisa disebut bersejarah di Bendung Katulampa ini menghasilkan menghasilkan 3 poin pokok dari total 9 poin yang disepakati, seperti dilansir Detiknews;

"Tiga poin tersebut adalah pembangunan Waduk Ciawi dan Sukamahi, sodetan Ciliwung-Cisadane serta pembenahan situ," ujar Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) di pos pemantauan Katulampa, Bogor, Jawa Barat, Senin (20/1/2014).

Diharapkan dengan dilaksanakannya 3 hal pokok tersebut sekitar bisa mengurangi sekitar 40%  aliran air yang masuk ke Jakarta.

Sementara 6 poin lainnya antara lain normalisasi Ciliwung, sodetan Ciliwung ke banjir kanal timur melalui Jalan Otista, revitalisasi situ-situ, pembangunan sumur resapan biopori, normalisasi Cisadane dan penghijauan.

Jadi sekarang tinggal penerapannya saja, tidak hanya di tingkat wacana, seperti kata Pak Jokowi:

"Semoga ini adalah rapat pertama dan terakhir. Jangan ropat-rapat terus. Yang penting adalah actionnya," tegas Pak Jokowi.

Semoga hasil rapat tersebut cepat direalisasikan di lapangan, dan di tahun-tahun mendatang warga Jakarta bisa lebih berkurang penderitaannya, walau tidak semua.

Jangan lupa, tidak hanya penyelesaian masalah infrastruktur saja yang diperlukan untuk mengatasi banjir, tetapi juga perilaku warga yang harus ditertibkan seperti terbiasa membuang sampah di sungai dan saluran air, menempati sempadan sungai, menduduki daerah waduk, menebangi pohon, merubah daerah resapan seperti situ dan danau menjadi daerah hunian, dan lain-lainnya, yang ikut memberi sumbangan tidak sedikit terhadap bencana banjir tahunan di kota Jakarta ini.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

HUJAN DIAKHIR DESEMBER

Posted: 20 Jan 2014 11:09 AM PST