Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Jumat, 05 April 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Surat Untuk Cinta

Posted: 05 Apr 2013 11:26 AM PDT

13651862751317512883

Dalam keheningan malam, kuterpuruk pada tetesan air yang mengalir penuh arti dalam sebuah hati yang kian separuh, tertatih akan malam yang semakin larut, bintang yang berbinar-binar menghiasi akan cantiknya pekatnya malam, sang rembulan nan elok memancarkan aura keindahan, kehangatan, keharmonisan. Dengan terangnya ia melempar keindahan nan jernih pada diri nan kotor. Terdiam termenung dengan ditemani secangkir minuman yang hangat, kumenunggu akan berputarnya malam menjelma fajar yang tepat akan esok hari tanggal 6 April 2013, hari dimana bertemunya dua insan yang saling menjalin kasih tuk memenuhi atas hasrat kaum Adam pada Hawa.

Cinta memang tak bisa lepas dari air mata, ia merelakan air mata itu mengalir demi cinta. Manusia yang sehat dan berakal sajalah yang dapat merasakan apa itu cinta, karena cinta tak akan menghampiri kegilaan (dalam arti sebenarnya) baik gila akan harta, tahta, maupun nafsu. Cinta tak akan pernah memihak atas semua itu, cinta ada pada manusia yang bukan juga pada binatang. Cintapun bukan hawa nafsu dengan bahasa lain seks, tapi hanya manusia yang mengibaratkan dirinya sebagai binatanglah yang menganggap cinta itu sebagai berintim maupun seks. Mencintai cinta sama akan mencintai diri yang ternanti tuk menjalin masa depan.

Jeritan malam yang terdengar hati kian menjadi, ruang hampa dengan atap langit mejadikan penghubung dalam sanubari yang tak sampai olehnya. Tuhan Sang Penguasa hati, hanya satu pintaku tuk dirinya yang tengah terdampar atas masa depannya. Tolong sampaikan rindu nan pilu ini padanya tuk ingin bertemu dalam keluh kesah yang menerpa diri ini. Ku ingin menyandarkan kerinduan ini pada dirinya bak menyandarkan kepala di pundak kiri. Sungguh kerinduan yang tak terbendung atas semua yang menghampiri hati ini tuk bertemu walau sekejap.

Sebuah keindahan bagi diri ini tatkala melihat sebuah gambar mati yang menyimbolkan atas anniversary yang teralami selama dua tahun ini. Sungguh hati tak bisa membohongi atas ingatan tatkala itu, hanya rasa harulah yang menamuiku dengan harapan yang begitu tinggi. Yang berharap tak hanya sekedar harapan yang keluar dari mulut, akan tetapi yang kuingin dari harapan hati yang kan terus mengalir sampai Tuhan mengambil milik-Nya yang ada pada diri ini.

Wahai angin malam yang mengalirkan udara sampai penjuru, sampaikanlah kerinduan pada hati ini untuknya. Ku merindukan atas canda riang yang mampu menghiasi makna kehidupan, senyum terindah yang terlukis di benak yang mampu mengembalikan semangat, menghidupkan atas segala yang belum kumiliki.

I'm missing you, my dear. I'm nothing without you.

Yogyakarta, Jum'at 05 April 2013; 23.59

Kecanduan Kompasiana

Posted: 05 Apr 2013 11:26 AM PDT

Rasanya memang capek. Capek sekali jika harus memikirkan kondisi bangsa ini. Tapi, siapa yang nyuruh capek-capek mikirin? Akunya aja yang terlalu lebay. Akunya aja yang terlalu ngebet buat menyampaikan apa yang aku pikirin. Padahal dirumah kerjaan juga banyak. Dari pada nulis, mending keluar cari kesenangan. Kalau nggak, siapin diri aja buat belajar lebih banyak supaya aku diterima di kampus pindahanku nanti. Duh, malangnya diriku. Kenapa sih harus ikut-ikutan orang ngomongin politik? Sadar woy! Baru kemaren juga bisa ikut nyoblos calon bupati. Mana nyoblos gak ikhlas sambil merem. Sekarang udah sok-sok an ikut ngomongin politisi yang tingkatnya lebih tinggi dari atap rumah sendiri.

Buat apa sih aku capek-capek kayak gini? Oh, biar dibilang pinter gitu? Atau dibilang sok peduli gitu? Masa bodoh. Hidupku rasanya udah nggak karuan kalau sehari aja nggak baca atau nggak nulis kata-kata. Soalnya, daripada ngomong nulis itu lebih ekspresif. Kalau nulis, orang lain pasti memperhatikan kata-kata dengan cermat. Kalau ngomong. Boro-boro dirumah mau ngomong. Kalau salah dikit tuh pasti dipukul sama sapu lidi.

"Ngapain sih repot-repot nulis? Emangnya kamu dibayar berapa sih buat nulis? Cari cowok deh! Umurmu uda mau 19 tahun juga." Kata temen deketku dengan gayanya yang sinis.

"Cowok? Bah. Kagak bakalan mikirin itu lagi. Kalau mau ya udah ngajakin nikah. Pacaran bikin kepala tambah ruwet. Ngajakin keluar mulu lah. Nemenin maen futsal lah. Diajakin nonton. Tiap minggu musti bersihin sampah bunga-bunga yang udah layu. Atau paling jauh gini, "Sayang… cium dong." Idih ogah. Amit-amit kalau mau nyium cowok yang ujung-ujungnya belum tentu jodoh. Jijik juga tuh udah joinan mulut sana sini."

"Hahaha. Sok perfeksionis lu Nin!"

"Kagak… ane bukannya sok perfeksionis. Ane belum bisa ngelola cowok. Udah berapa kali ane gagal menjalin hubungan?"

"Ane… ane… bahasa mane tuh? Bahasa planet mars ye… hehehe. Emangnya cowok tu sampah apa pake dikelola segala? Hahaha."

"Ye kagak lah. Bahasanya amburadul. Kadang Indonesia, kadang betawian, kadang sunda, tapi kliru kabeh cuk! Hahaha. Lha iki Suroboyoane metu."

Ada benernya juga sih. Sampai kapan aku bakal gak mikirin soal cowok? Sebenernya ada sih yang deketin. Nggak sombong lho. Tapi kok aku lebih suka pantengin kompasiana daripada cowok? Hm… Trus lo curhat gitu? Hehehe.

Jujur saja semenjak Januari 2013, waktu itu lagi googling, aku nemuin tulisan puisi di kompasiana. Puisinya aduh rek, apik tenan. Bahasanya tidak membosankan. Memacu adrenalin. Dan sampai-sampai aku kagum sama semua tulisannya. Hahaha. Jangan-jangan aku naksir nih sama kompasianernya? Just kidding mas, mbak, paklek, bulek, mas bro, mbak bro. Mana mungkin kita bisa naksir orang lewat tulisan? Ah, bisa jadi kan ya? Tapi konyol. Perbuatan paling konyol adalah kalau aku sampai naksir salah satu kompasianer! Karena kompasiana bukanlah ajang perjodohan. Hihihi. Namun, gara-gara satu kompasianer inilah aku jadi semangat nulis, apalagi masalah politik. Ada yang bilang,

"Anindya goblok, nggak tau tapi asal ngomong, tidak punya nilai, kemampuan, atau apalah."

Hehehe. Ketahuan kalau aku memang bodoh dan tidak waras. Tak apa. Namanya juga orang bodoh. Ada orang cerdas goblok-goblokin mah biasa. Wong cilik! Hehehe. Tapi yang jelas, hidupku penuh kebahagiaan. Ah… sok bersahaja lu Nin! Lebih baik sok bersahaja dari pada sok pinter tapi kenyataannya? Gak pernah mewujudkan tindakan nyata. Semoga dibukakan hatinya. Amin.

Tapi ada juga yang kasih semangat ke aku. Yang namanya dunia blog itu pasti ada dinamikanya. Dan ada lagi aku kenal kompasianer yang saat ini kupanggil "Bunda", sekarang ada di Florida. Makasih bunda :D Bunda kasih semangat ke aku buat berkarya. Ada juga mas Gatot. Makasih banget sudah bantu-bantu aku buat beropini lewat pesan. Pokoknya banyak deh. Suatu saat rasanya kepengen ketemu sama mereka semua. Tapi kapan? Yah menunggu aku mengejar kesuksesan dulu. Mumpung masih muda, harus banyak belajar. Belajar tak hanya ilmu tulis, tapi ilmu kemanusiaan dan nurani. Jangan sok idealis. Tapi harus tetep eksis.

Berhubung sepertinya kecanduanku akan kompasiana mendekati level atas, alangkah baiknya dikurangi dulu. (suka-suka elu lah) hehe. Harus aktifin dulu aktifitas sosial di luar. Udah lama nggak nyambangin anak-anak yang biasanya ngamen di deket lampu merah. Dan sekarang anak-anak itu udah nggak ada lagi. Atau paling nggak cuap-cuap sama tukang becak. Sok nawar-nawar harga. Hihihi. Tapi aku ada janji juga nulis soal Ande-Ande lumut sama salah satu kompasianer. Ah banyakan janji kayak mau pilkada aja ye. Hehehe. By the way terima kasih juga buat para cerpenis hebat di kompasiana. Cerpen-cerpen kalian mengalahkan cerpen temenku yang udah dibukuin sendiri. Dan orangnya mengakui itu. Memang cerpenis kompasianer ini tiada duanya. Terima kasih ya atas segala ilmunya. Ane pasti rindu sama kalian semua. (Walah kayak mau pisah aja, padahal gak kemana-mana).

Mungkin hanya ini yang bisa aku sampaikan di catatan kecanduan kompasianaku ini. Maaf ya kalau aku tulis pake bahasa non-formal. Pegel juga ni tangan nulis formal terus. Keriting deh ni jari bisa-bisa. Hihihi. NetBook juga perlu istirahat. Males buka dari tablet soalnya ga ada keyboardnya. (wih, sok-sok an pake tablet). Iyalah. Mana ada ye tablet obat yang punya keyboard? Hahaha. Ketawa sendiri. Nah, udah ye kompasianer semuanye. (sok bahasa betawi). Oke, wis yo cuk! Sesuk dilanjutke maneh.

I Love Kompasiana. :D

SEONGGOK DAGING DALAM TONG SAMPAH

Posted: 05 Apr 2013 11:26 AM PDT

belajar dari teman

Posted: 05 Apr 2013 11:26 AM PDT

Komentar-komentar Itu Memojokkan NTT

Posted: 05 Apr 2013 11:26 AM PDT

13651846361418582258

Kota Kupang, Ibukota Provinsi NTT dilihat dari udara.

Kasus penyerangan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan Sleman begitu menggemparkan publik negeri ini. Penyerangan terhadap fasilitas Negara itu berlangsung sangat dramatis. Dari pemberitaan luas berbagai media massa, kisahnya seperti film-film laga a la Hollywood. Terorganisir rapi, penyelesaian cepat, dan sangat tepat sasaran! Hanya orang-orang sangat terlatih yang mampu melakukannya di dunia nyata.

Kini terungkap sudah bahwa kelompok yang menyerang LP Cebongan adalah oknum yang berasal dari pasukan elite TNI (Kopassus). Hal ini diungkapkan oleh Kapuspen TNI Laksamana Madya Iskandar Sitompul dan disebarluaskan oleh berbagai media massa.

Saya membaca hampir semua pemberitaan media massa online dan beberapa media cetak lokal dan nasional terkait kasus tersebut.  Demikian pula berbagai analisis ahli (maupun yang tak ahli) tak luput dari perhatian.

Sangat menarik ketika membaca berita terkait di situs-situs berita online, lantaran pembaca bisa memberikan komentarnya.  Banyak pro dan kontra.  Ada yang mendukung para oknum yang menyerang dan menghabisi empat tahanan LP Cebongan.  Apalagi mereka ditahan karena telah menghabisi seorang anggota Kopassus. Masyarakat yang pro berharap penyerangan itu menimbulkan efek jera terhadap kelompok-kelompok premanisme di Indonesia.

Sebaliknya ada pula yang kontra lantaran penyerangan tersebut melanggar hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kendati pun empat korban yang dihabisi diduga terlibat premanisme. Alasannya, empat tersangka sudah berada di tangan penegak hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Pro dan kontra menjadi hal lumrah di Indonesia, satu di antara negara demokrasi terbesar di dunia. Yang tidak lumrah adalah ada begitu banyak komentar justru memojokkan daerah asal empat terdakwa yang tewas di Cebongan.

Ya, mereka berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Akibatnya, banyak komentar yang menjelek-jelekkan masyarakat NTT. Bahkan ada komentator berita yang "mempersilakan" NTT keluar dari NKRI!
Saya kutip beberapa komentar dari sebuah situs berita populer. Misalnya: "klo ribut trs NTT kluar dr NKRI aj sana.." Ada pula komentar sinis: "dari NTT, ya?" Dan masih banyak lagi komentar yang memojokkan NTT secara keseluruhan.

Jika hanya hal "sepele" seperti ini sebuah daerah boleh memisahkan diri dari NKRI, maka mungkin hari ini tinggal Pulau Jawa yang disebut Indonesia. Tengok, Timor Leste harus melalui perjuangan panjang dan pertumpahan darah baru bisa lepas dari NKRI. Aceh pun pernah memperjuangkan hal serupa, dan Papua belum berhenti bergolak lantaran sejumlah pihak ingin lepas  dari Indonesia.

Sungguh menyedihkan menjadi orang NTT. Saya sendiri juga berasal dari NTT. Bukanlah provinsi yang makmur dibandingkan sebagian besar  provinsi lain di republik ini. Sehingga orang NTT sendiri seringkali menertawakan daerahnya sendiri lantaran ketertinggalan itu. Misalnya membuat akronim-akronim "lucu" seperti NTT: Nasib Tidak Tentu, Nanti Tuhan Tolong, Negeri Tandus dan Terbuang, dan masih banyak lagi.

Iklim NTT yang kering dan tandus tak cukup mampu untuk mendukung rakyatnya menjadi lebih sejahtera seperti saudara-saudaranya di wilayah Indonesia sebelah barat. Toh perhatian pemerintah pusat terhadap daerah ini sangat minim. Tak ada pembangunan infrastruktur memadai guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Tanya, kenapa?

Tapi ada satu hal yang membanggakan dari masyarakat NTT secara umum. Silakan Anda berkeliling daerah-daerah di NTT: pernahkah Anda bertemu dengan pengemis jalanan? Kalau pun ada, dia pasti orang gila (orang sakit jiwa). Dan lantaran kerasnya kehidupan di daerahnya membuat orang NTT umumnya berkarakter keras dan lebih bernyali. Inilah yang membuat anak-anak muda asal NTT lebih disukai oleh para pengusaha sebagai petugas keamanan.  Bahkan dibayar oleh para pengusaha sebagai penagih utang (debt collector).

Setitik nila merusak susu sebelanga. Kebetulan yang terlibat bentrok dan menewaskan seorang anggota Kopassus adalah anak-anak asal NTT, maka seluruh masyarakat NTT terkena stigma negatif. Pertanyaannya, apakah selama ini semua pelaku premanisme di Indonesia hanya berasal dari NTT? Sebaliknya, apakah tak ada orang NTT yang ikut berjasa membangun negeri ini? (*)

Ada Hutan Ada Kehidupan

Posted: 05 Apr 2013 11:26 AM PDT

REP | 06 April 2013 | 00:55 Dibaca: 47   Komentar: 0   Nihil

Hutan. Sebagian orang menganggap hutan bukan suatu hal yang penting dalam kehidupan. Mungkin bukan menganggap tidak penting, namun belum tahu arti sesungguhnya fungsi hutan itu sendiri. Sebelumnya apa sih hutan itu? Dan apa fungsi dari hutan itu sendiri? Sekilas saya bahas. Hutan adalah bentuk terbesar kehidupan di dunia. Hutan merupakan suatu tempat atau daerah dimana sekumpulan tumbuhan, terutama pepohonan yang besar dan berkayu itu tumbuh. Lalu fungsi utama hutan yaitu, penampung karbon dioksida, tempat penyimpanan air hujan (hidrologis), melindungi tanah dari erosi serta habitat hewan. Selain itu ada fungsi lainnya yaitu sebagai pengatur iklim.

Menurut referensi yang saya baca dari www.hutanindonesia.com, Indonesia merupakan Negara dengan wilayah hutan terbesar ke 3 di dunia. Dengan kata lain hutan Indonesia berperan penting dalam kehidupan di bumi ini. Namun daerah untuk hutan terancam oleh ekploitasi manusia. Rata-rata 3-5 hektar per menit daerah hutan Indonesia digunduli, dan saat ini wilayah hutan Indonesia tinggal 64 juta hektar yang masih bagus. 64 juta hektar tidak begitu luas apabila dalam 1 menit wilayah hutan berkurang 3-5 hektar. Faktor utama berkurangnya lahan hutan adalah pembukaan lahan hutan untuk dialih fungsikan untuk perkebunan sawit.

Dalam konteks ini peran masyarakat sangat diperlukan untuk mengendalikan angka eksploitasi serta merehabilitasi hutan. Pemerintah pusat dan daerah harus memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk andil dalam pelestarian hutan dan memberikan sosialisai tentang arti pentingnya hutan dalam kehidupan di masa yang akan datang. Upaya yang dapat dilakukan yaitu:

· melakukan reboisasi

Reboisasi merupakan upaya menanami kembali hutan yang telah rusak, diharapakan agar keberadaan hutan tetap ada.

· Melakukan penebangan secara konservatif

Penebangan ini dilakukan untuk pohon-pohon yang sudah tua atau tidak produktif lagi, jangan menebang yang masih muda.

· Melakukan tebang tanam

Dengan sistem ini penanaman pohon dilakukan sebelum penebangan, diharapkan setelah pohon yag besar-besar ditebang maka tanaman yang baru sudah tumbuh.

Mungkin ada upaya lain selain yang saya tulis itu. Semoga dalam perkembanganya masyarakat akan lebih peduli lagi tentang pentingnya hutan. Ucapan terimakasih kepada www.kompasiana.com yang telah mengadakan kompetisi ini. Semata-mata tidak untuk memenangkan kompetisi tetapi untuk turut serta dalam edukasi dan sosialisasi mengenai Kelestarian Hutan Indonesia.

Siapa yang menilai tulisan ini?
Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar