Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Rabu, 10 April 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Pluralisme Agama dalam Tafsir As-Sya’rowi

Posted: 10 Apr 2013 11:20 AM PDT

A. Pendahuluan

Kemajemukan makhluk Tuhan dalam segala fersinya merupakan sebuah keniscayaan yang mutlak harus ada. Pasalnya, keragaman yang terjadi di dunia ini merupakan desain Tuhan yang tak tertandingi. Serta jika kita sejenak berfikir bahwa manusia sebagai makhluk sosial, tidak dapat hidup dengan sendirinya tanpa bantuan orang lain. Hal ini sejalan dengan kondisi kehidupan bangsa yang heterogen dengan berbagai pernak-perniknya. Maka, barang siapa yang mengabaikanya berarti sama halnya dengan mengabaikan kemanusiaanya sendiri. Karena manusia sebagai makhluk sosial tidak akan bisa hidup sendiri tanpa dukungan dari pihak lain. Artinya, perbedaan tersebut harus dimaknai sebagai alat untuk saling melengkapi dan saling membutuhkan, bukan untuk saling memusuhi. Atau bahkan menjadikanya sebagai alat untuk melakukan penindasan terhadap orang lain. Namun pada kenyataanya, perbedaan yang ada sering dipahami sebagai bentuk perbedaan dalam arti sebenarnya. Sehingga yang muncul kemudian adalah konflik horizontal yang menjadikan isu-isu etnis ras dan agama sebagai pemicunya. Oleh karenanya keserasian yang diharapkan tidak pernah tercapai dan bahkan malah menimbulkan perpecahan.

Dari sini, munculah pluralisme sebagai reaksi dari tumbuhnya klaim kebenaran oleh masing-masing golongan terhadap pemikiranya sendiri. Setidaknya menurut para pendukung pluralisme, konflik horisontal akan selesai jika masing-masing agama tidak menganggap bahwa agamanya yang paling benar. Akan tetapi, masalah yang kita hadapi ketika membicarakan topik ini adalah seputar bagimana pluralisme dipandang oleh para mufassir? Yang dalam hal ini kami mengambil sampel dari penaafsiran As-Sya'rowi. Karena pada kenyataanya, banyak kalangan yang menerima pluralisme sebagai sesuatu yang boleh, akan tetapi disisi lain ada juga yang menganggap bahwa pluralisme itu tidak boleh dan bahkan menyesatkan. Oleh karenanya, melalui tulisan ini, penulis akan mencoba mengeksplor beberapa ayat al-Qur'an yang sering dijadikan argumentasi berkaitan dengan bahasan ini dalam tafsir As-Sya'rowi.

B. Pengertian Pluralisme

Plural dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai "jamak" atau lebih dari satu. Sedangkan pluralisme diartikan sebagai keadaan masyarakat yang majemuk berkaitan dengan sistem sosial dan polittiknya. Adapun jika pluralisme disandarkan dengan agama, setidaknya akan berarti suatu realitas tunggal tertinggi yang dipahami dan diyakini secara berbeda-beda dalam tradisi-tradisi agama-agama, dimana agama-agama tersebut menawarkan jalan yang berbeda-beda menuju tujuan tertinggi yang sama.

Secara sederhana pluralisme dapat diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama dan budaya. Bahkan, bukan hanya menoleransi adanya keragaman pemahaman tersebut, tetapi bahkan mengakui kebenaraan masing-masing pemahaman, setidaknya menurut logika para pengikutnya.

C. Biografi Syaikh Sya'rawi

Nama Assya'rowi adalah Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya'rawi, Beliau adalah seorang Syaikh Imam ad-Da'iyat al-Islam (penyeru agama Islam. Beliau lahir pada tanggal 16 April 1911 M di kampung Daqadus desa Mid Ghamr provinsi Daqahliyyah. Beliau wafat pada tanggal 17 juni 1998. Sejak kecil Sya'rawi sudah mendapat gelar dari ayahnya sebagai al-amin dan gelar ini juga dikenal masyarakat di daerahnya. Beliau berasal dari keluarga yang sederhana namun memiliki keturunan terhormat. Ayahnya adalah seorang pedagang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan.

Pendidikan Sya'rawi dimulai dari menghafal al-Qur'an kepada seorang syaikh di daerahnya yaitu Syekh Abdul Majid Pasha.  Beliau tamat menghafal al-Qur'an pada usia 11 tahun, kemudian Ia disekolahkan di sekolah dasar al-Azhar di Zaqaziq tahun 1926. Lalu, dia melanjutkan sekolah menengah pertama di al-Azhar, tamat Tsanawiyyah pada tahun 1932. Syaikh Muhammad Mutawalli Sya'rawi masuk kuliah di fakultas Bahasa Arab pada tahun 1937, beliau tamat pada tahun 1941. Kemudian ia juga menamatkan pendidikan A'lamiyyah dan mendapatkan lisensi mengajar pada tahun 1943.

Karirnya diawali sebagai tenaga pengajar di ma'had al-Azhar Thantha, ma'had Alexandria, ma'had Zaqaziq, kemudian mengajar di ma'had Thantha lagi. Beliau juga menjadi dosen jurusan tafsir hadis di fakultas Syari'ah Universitas Malik Abdul Aziz di Makkah, ia mengajar selama sembilan tahun. Ia juga diangkat menjadi wakil kepala sekolah di Al-Azhar, pernah memangku jabatan sebagai direktur dalam pengembangan dakwah Islam pada departemen wakaf tahun 1961 M. beliau mulai terkenal ketika menjadi seorang da'i pada tahun 1973. Sya'rawi ditawari mengisi acara Nur 'ala Nur di stasiun televisi Mesir, mulailah namanya mencuat dan terkenal sebagai da'i yang kondang. Begitu banyak karir beliau dalam bidang pembelajaran, dalam bidang pemerintahan maupun bidang Da'i, sehingga tidak bisa disebutkan satu persatu.

Perlu diketahui bersama, bahwasannya Sya'rawi tidak menulis buku-bukunya karena beliau berpendapat bahwa kalimat yang disampaikan secara langsung dan diperdengarkan akan lebih mengena daripada kalimat yang disebarluaskan dengan perantara tulisan, sebab semua manusia akan mendengar dari narasumber yang asli. Jika dalam bentuk tulisan maka tidak semua orang dapat membacanya. Kitab ini merupakan hasil kolaborasi kreasi yang di buat oleh murid al-Syarawi yakni Muhammad al-Sinrawi, „Abd al-Waris al-Dasuqi dari kumpulan pidato-pidatoatau ceramah-ceramah yang dilakukan al-Syarawi. Sementara itu, hadis-hadis yangterdapat didalam kitab Tafsir al-Syarawi di takrij oleh Ahmad „Umar Hasyim. Kitab ini diterbitkan oleh Ahbar al-Yaum Idarah al-Kutub wa al-Maktabah pada tahun 1991(yaitu tujuh tahun sebelum al-Syarawi meninggal dunia). Dengan demikian, Tafsir al-Syarawi ini merupakan kumpulan hasil-hasil pidato atau ceramah al-Syarawi yang kemudian di edit dalam bentuk tulisan buku oleh murid-muridnya. Tafsir ini merupakan golongan tafsir bi al-lisan atau tafsir sauti (hasil pidato atau ceramah yang kemudian di bukukan).

Diantara karya-karyanya itu adalah sebagai berikut: Al-Syaithan wa al-Insan, Al-Du'a Al-Mustajabah, Al-Mar'ah Fi al-Qur'an, Al-Mukhtar min Tafsir Al-Qur'an al-'Adzim, Syekh Mutawalli Sya'rawi Qadhaya Ashr,  Al-Fatawa al-Kubro, Majmu'at Muhadharah Sya'rawi,  Al-Mausu'ah al-Islamiyah li al-Athfal.

Adapun mengnai nama tafsir al-Syarawi di ambil dari nama asli pemiliknya yakni al-Syarawi.Menurut Muhammad „Ali Iyazi, judul yang terkenal dari karya ini adalah Tafsir al-Syarawi Khawatir al-Syarawi Haula al-Quran al-Karim. Pada mulanya tafsir inihanya di beri nama Khawatir al-Syarawi yang dimaksudkan sebagai sebuah perenungan (Khawatir) dari diri al-Syarawi terhadap ayat-ayat al-Quran yang tentunya bisa saja salah dan benar terhadap orang yang menafsirkannya.

D. Pluralisme dalam Tafsir As-Sya'rowi

Ketika berbicara tentang pluralisme orang-orang pluralis biasanya menggunakan ayat-ayat al-Qur'an sebagi berikut:

Ayat pertama

لا إِكْرَاهَ فِي الدِّين

"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)" (QS. Al Baqarah [2]: 256)

Dalam menafsirkan ayat tersebut As-sya'rowi menjelaskan bahwa yang dinamakan "ikroh" adalah seperti kita membawa perubahan atas suatu pekerjaan yang tidak diketahui secara pasti apakah ia baik jika dikerjakan

Makna dari ayat diatas adalah bahwa sesungguhnya Allah tidak memaksa makhlukNya dalam beragama meskipun pada hakikatnya Allah pun bisa memaksa makhlukNya pada satu pilihan agama sebagaimana Allah juga memaksa langit, bumi,hewan, tumbuhan serta yang lainya. Dan sesungguhnya tidak ada seorangpun yang dapat mencegah terhadap apa yang telah dikehendakiNya. Berkaitan dengan kehendak Allah adalah Sebagaimana Allah SWT. Berfirman dalam surat Ar-Ra'du:31

Begitu pula ketika para utusan Allah ditugasiNya. Mereka tidak melakukan paksaan akan tetapi dengan ajakan yang baik untuk menyembah kepada Allah semata. Oleh karenanya, Allah menjadikan makhluk yang mengikuti perintah para rasulNya sebagai makhluk pilihan. Allah juga berfirman dalam surat Yunus:99

وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَن فِي الأرض كُلُّهُمْ جَمِيعاً أَفَأَنتَ تُكْرِهُ الناس حتى يَكُونُواْ مُؤْمِنِينَ

Sesungguhnya yang terpenting dikerjakan oleh para utusan adalah menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah. Jika seperti itu, maka ada perbedaan antara "Paksaan atas agama" dan juga "Paksaan untuk mencari agama"

Sebagai contoh apabila kita bertanya kepada seseorang mengapa engkau tidak sholat? Lalu dia menjawab "لاَ إِكْرَاهَ فِي الدين " maka hal ini tidak bisa dipakai untuk dalil yang demikian, karena ayat ini hanya berhubungan dengan akidah dan keimanan. Maka, apabila seseorang telah beriman, berarti dia telah menjadi muslim. Maka, segala konsekuensi yang berhubungan dengan iktikad itu harus ditanggungnya.

Ayat kedua

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ

"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al Baqarah [2]: 62

Menurut As-Sya'rowi yang dimaksud dengn ayat diatas adalah orang-orang yang beriman atau kesucian yang diturunkan bersama nabi Adam ke bumi. Kemudian datang pula agama-agama baru akan tetapi banyak yang mengingkarinya seperti halnya kaum nabi Nuh, nabi Lut, firaun dan sebagainya. Kemudian datang pula agama baru yang banyak diikuti sampai sekarang seperti Yahudi, Kristen dan Shobaniyah. Akan tetapi Allah SWT berkehendak ingin mengumpulkan semua agama-agama terdahulu pada risalahnya nabi Muhammad SAW.

Jadi, mereka yang mengimani nabi Adam ataupun utusan yang lainya, orang-orang Yahudi, Kristen serta Shobiun, maka Allah memberitahukan bahwa ajaran yang mereka gunakan itu telah selesai. Dan barangsiapa yang beriman kepada nabi Muhammad SAW maka tidak ada keraguan serta tidak pula bersedih hati.

Semua manusia juga dituntut untuk beriman kepada nabi Muhammad SAW. Dan sesungguhnya nabi juga telah mengajak kepada semuanya untuk beriman kepada risalahnya. Meskipun ada orang yang dahulu pernah hidup di zaman nabi Adam, nabi Idris, serta yang lainya, mereka juga dituntut untuk mengimani dan membenarkan satu agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW yaitu islam. Kerena sesungguhnya agama islam telah menghapus kepercayaan-kepercayaan yang dulu di bumi. Adapun apabila mereka telah beriman, maka tidak ada ketakutan dan kesusahan baginya.

Kedatangan islam sendiri merupakan suatu upaya untuk menghilangkan anggapan bahwa agama yang mereka anut adalah benar. Sebagaimana pada ayat yang lainya Allah telah berfirman juga dalam surat Ali Imron:19

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإسلام دِيناً فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ } [ آل عمران : 85 ]

"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Ali Imran [3]: 85)

Berkitan dengan ayat diatas, As-Sya'rowi juga menjelaskan bahwa barang siapa mencari agama selain islam, maka ia tertolak. Adapun yang dimaksudkan dari ayat itu adalah Allah menghendaki pada orang-orang yang mengikuti agama setelah islam dan beranggapan bahwa agama yang mereka anut adalah benar dan bermanfat baginya. Maka, dengan ayat diatas, Allah memberikan jawaban bahwa orang yang mencari agama selain islam maka agamanya tertolak.

Rasulullah juga menegaskan dalam sabdanya:

(( وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يِسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ َيمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ ))

"Demi Yang jiwaku di Tangan-Nya, tidak seorangpun dari umat manusia yang mendengarku; Yahudi maupun Nasrani, kemudian mati dan tidak beriman dengan ajaran yang aku bawa melainkan dia adalah penghuni neraka." (HR Muslim)

Adapun yang dinamakan kaum Shobaniyah ulama berbeda pendapat sebagian ada yang mengatakan bahwa mereka adalah umat nabi Nuh akan tetapi mereka berubah setelah nabi Nuh tiada kemudian mereka menyembah selain Allah seperti halnya matahari, bulan dan bintang. Pendapat lain mengatakan bahwa yang dinamakan kaum Shobaniyah adalah orang-orang yang berpindah agamayang ada dizamanya kepada agama yang baru. Serta ada pula yang berpendapat bahwa yang dinamakan kaum Shobaniyah adalah sekelompokorang-orang yang berakal. Mereka berkata "bagaima mungkin kami menyembah berhala,sedangkan kami sendiri yang membuatnya?

Ayat ketiga

شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ

"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)." (QS. Asy Syura [42]: 13)

Ayat ini juga di antara ayat yang dikatakan mendukung pluralisme agama karena dalam ayat ini disebutkan tentang syariat nabi-nabi sebelum nabi Muhammad shallallah 'alaihi wa sallam. Mereka mengatakan bahwa seluruh ajaran para nabi adalah sama, maka dengan demikian agama-agama yang ada sekarang pun adalah sama. Padahal, ayat ini juga tidak menunjukkan kebenaran faham pluralisme agama sama sekali. Benar, bahwa pokok ajaran para nabi seluruhnya adalah sama, seperti yang disebutkan dalam ayat ini. Semua para nabi dan rasul yang diutus oleh Allah membawa ajaran yang satu.

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ وَمَا ٱخْتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْعِلْمُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Dalam menafsirkan ayat tersebut As-Sya'rowi secara tegas mengatakan tidak ada agama yang diterima disisi Allah kecuali islam. Sebagaimana kita ketahui bahwa disetiap agama lain juga memerintahkan unutk berbuat kebajikan dan kepatuhan, akan tetapi semua itu tidaklah berarti bagi Allah. Karena sebagaimana ayat diatas menjelaskan bahwa agama yang diridhoi disisi Allah adalah islam. Maka, lebih lanjut As-Sya'rowi juga mengutip ayat lain yaitu :لكم دينكم ولي دين "Bagimu agamamu dan bagiku agamaku."

Setelah kita melihat berbagai penafsiran As-Sya'rowi diatas, maka ada yang perlu disiasati bila akan kita praktikan dimana agama yang berkembang dimasyarakat sangat beragam. Diantaranya adalah mengembangkan sikap toleransi kepada umat-umat lain. Sebagaimana Allah sendiiri menjelaskan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama.

Oleh karenanya, demi terwujudnya kehidupan yang harmonisdan taanpa harus menggadaikan agama, maka alangkah etisnya apabila pluralisme yang kitayakini adalah pluralisme yang "Toleran tertutup" yaitu dengan menggarisbesarka pluralisme sebagai berikut: Pertama: pluralisme tidak semata menunjuk pada kenyataan tentang adanya kemajemukan. Namun yang dimaksud adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. Seseorang baru dapat dikatakan sebagai penyandang sifat tersebut bila ia dapat berinteraksi dalam lingkungan tersebut secara baik. dengan kata lain, pengertian pluralisme agama adalah bahwa tiap pemeluk agama ditutut bukan saja mengakui keberadaan dan hak agama lain, akan tetapi terlibat dalam usaha memahami perbedaandan persamaan guna tercapainya kerukunan dalam kebhinekaan. Kedua:Pluralisme harus dibedakan dengan kosmopolitanisme. Dimana bahwa kosmopolitanisme menunjuk kepada suatu relita dimana aneka ragam agama, ras danbangsa hidup berdampingan disuatu lokasi. Ketiga: konseppluralisme tidak dapat disamakan dengan relativisme yang menitikberatkan suatu kebenaran dengan cara berpikir sesorang atau kelompok. Karena, sebagai konsekuensinya adalah doktrin agama apapun harus dinyatakan "Benar" atau dalam bahasa lain, semua agama sama. Oleh karenanya banyak orang yang enggan menggunakan kata pluralisme agama, karena hawatir terperangkap dalam pusaran relativisme agama. Keempat: Pluralisme agama bukanlah sinkretisisme yaitu mencipatakan suatu agamaatau kepercayaan baru dengan memadukan unsur tertentu atau sebagian koponen agama untuk dijadikan satu.

E. Analisis penulis

Setelah membaca penafsiran As-Sya'rowi tentang aya-ayat yang sering digunakan oleh kaum pluralis, maka, tampak jelas sekali bahwa dalam menafsirkan ayat-ayat terssebut beliau tidak memberikan peluang kepada kaum pluralis untuk menguatkan pendapatnya. Akan tetapi, As-Sya'rowi lebih memilih menafsirkan ayat-ayat tersebut berdasarkan kenyataan bahwa agama yang dikehendaki serta diridhoi dalam ayat-ayat yang disebutkan adalah agama islam. Sedangkan agama yang lainya itu ditolak. Oleh karenanya, bila sedikit disimpulkan, As-Sya'rowi sama sekali tidak menerima kebenaran diluar agama islam.

Dengan demikian, maka berarti pula bahwa penafsiranya tidak bisa dijadikan argumentasi bagi kaum pluralis untuk menguatkan pendapatnya.

F. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Allah sama sekali tidak memaksa hambanya untuk condong pada satu agama saju (baca: islam). Hal ini menunjukan pula arti bahwa secara fungsional, islam mengakui adanya agama diluar islam. Meskipun secara tegas dibantah oleh As-Sya'rowi bahwa keberadaan agama lain diluar islam berarti diperbolehkan kepada kita untuk mengikutinya. Karena pada dasarnya meskipun banyak beragam agama, hanya islam saja yang yang diterima.

Adapun bila kita melihat kondisi masyarakat yang heterogen, maka demi terciptanya kerukunan bersama pengakuan pada agama lain itu sangat diperlukan. Hanya saja tidak sampai pada level pengakuan bahwa semua agama itu benar dan sama.

G. Daftar Pustaka

Kalahkan Vendenheim, Tim Wanita Lyon Juara Liga Perancis

Posted: 10 Apr 2013 11:20 AM PDT

Lyon memastikan diri juara liga perancis musim ini setelah mengalahkan Vendenheim dengan skor telak 7-0, Laetitia Tonazzi mencetak hat trick pada laga yang digelar di Stade Municipal Waldeck, Vendenheim Rabu malam (10/4) ini, Eugenie Le Sommer juga mencetak 2 gol pada laga ini, sisanya dicetak oleh Elodie Thomis dan Elise Bussaglia.

Bagi Lyon Feminin sendiri ini adalah gelar liga perancis yang ke 7 bagi mereka sekaligus menjadi koleksi gelar terbanyak di liga perancis melampaui Juvisy yang telah mengoleksi 6 gelar juara liga perancis, musim ini adalah pencapaian fantastis bagi Lyon, di sepanjang musim kompetisi D1 Feminin ini Lyon tidak pernah mengalami hasil seri maupun tidak pernah kalah sekalipun. Selanjutnya Lyon akan menjamu rival mereka di D1 Feminin, Juvisy dalam partai semifinal Liga Champions Wanita leg 1 yang akan digelar pada hari Sabtu (13/4) akhir pekan ini di Stade De Gerland dan kabarnya sekitar 20 ribu penonton akan memadati stadion untuk derby Perancis di semifinal Liga Champions Wanita leg 1.

Yunis, Gerimis di Bulan Juni

Posted: 10 Apr 2013 11:20 AM PDT

JOGJA (BARU)

Posted: 10 Apr 2013 11:20 AM PDT

Menggugat ‘Suara Golkar Suara Rakyat’.

Posted: 10 Apr 2013 11:20 AM PDT

OPINI | 11 April 2013 | 00:51 Dibaca: 38   Komentar: 0   1 inspiratif

Ada sebuah baleho besar di pinggir jalan depan rumah saya. Berwarna kuning bergambarkan seorang laki-laki tua kurus berwajah tirus. Lalu ada tulisan dengan tanda petik berbunyi 'Suara Golkar Suara Rakyat'.

Sejak awal membaca kalimat yang menjadi motto di baleho itu, saya merasa ada sesuatu yang salah di sana. Karena, menurut ilmu tata bahasa yang saya pelajari sejak tiga puluh empat tahun yang telah lalu, motto itu akan berarti bahwa : apapun yang disuarakan Golkar, maka itulah suara rakyat. Jelas itu sebuah ungkapan yang arogan. Karena Golkar telah mengaku sebagai perwakilan tunggal rakyat. Juga karena motto itu bermakna : rakyat telah diwakili Golkar sepenuhnya.

Padahal, kalau ditanya : Golkar itu apanya rakyat?

Atau, orang kurus berwajah tirus itu apanya rakyat?

Lha, apa jawabannya?

Optimis boleh-boleh saja, bombastis juga memang ciri partai politik, tetapi jangan arogan.

Sebaiknya, agar berkesan rendah hati dan merakyat, Golkar merubah mottonya menjadi :

Suara Rakyat, Suara Golkar.

Nah, kalimat yang ini baru berarti bahwa Golkar menuruti keinginan rakyat. Bukan sebaliknya.

Siapa yang menilai tulisan ini?

1

Inspiratif

Tiada maap untuk luka

Posted: 10 Apr 2013 11:20 AM PDT

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar