Menerima diri apa adanya merupakan tantangan untuk orang-orang yang berbeda dari orang kebanyakan. Ketakutan akan disakiti oleh reaksi orang lain membuat mereka menutupi kekurangan tersebut dengan berbagai cara. Tapi keberanian yang dimiliki oleh Joanna Rowsell, bisa menjadi cerminan bagi diri kita.

Terlahir sebagai Joanna Katie Rowsell, di Sutton pada tanggal 5 desember 1988. Joanna merupakan atlit balap sepeda dari Inggris. Debut pertamanya dimulai pada saat ia memenangkan kompetisi junior nasional di Inggris pada tahun 2005/2006.  Sejak saat itu terus mengukir prestasi hingga pada tahun 2012 keluar sebagai pemenang World Champions dan Olimpiade London

Joanna adalah seorang penderita alopecia areata, yaitu kondisi dimana terjadi kerontokan rambut di area tertentu. Ia menderita penyakit ini di usia 10 tahun. " Kunjungan kedokter dan spesialis yang tak terhitung jumlahnya, hanya membawa satu kesimpulan bahwa "penyakit" itu tidak bisa disembuhkan. Saat saya SD nyaris botak. Hanya ada beberapa helai rambut dikepala. Saya merasa sangat tidak percaya diri. Saya selalu memakai topi agar orang-orang tak menatap diri saya. Saya tak marah. Saya sadar terlihat berbeda. Akan tetapi, sungguh ini tak mudah."

Untuk melupakan penyakit tersebut, ia mulai membenamkan diri dengan belaja dan bersepeda yang menjadi hobinya. "Meski harus banyak latihan, tetapi senang rasanya menemukan sesuatu yang bisa mencurahkan perhatian. Jadi, saya mulai mencurahkan energi saya untuk itu (bersepeda)"

Setelah berkali-kali kecewa karena terus-menerus kehilangan rambut. Akhirnya Joanna menemukan kekuatan baru dengan menggunakan rambut palsu. "Saya tak bisa menjelaskan. Mungkin saya merasa, mengenakan rambut palsu berarti terang-terangan berhadapan dengan kenyataan bahwa saya kehilangan rambut. Ada sebagian kecil dalam diri saya yang masih dalam proses menerima."

Saat menerima medali olimpiade 2012, ia melakukan langkah mengejutkan dengan melepaskan helmnya dan berjalan ke atas podium dengan sedikit rambut di kepalanya. Tindakan Rowsell mendapat banyak pujian dari masyarakat. Bahkan penderita Alopecia ereata yang lain pun mendukungnya. "Putriku menderita Alopecia dan khawatir begitu banyak tentang itu, tapi sekarang setelah melihat Rowsell, saya merasa lebih percaya diri tentang masa depan putri saya", ungkap seorang ibu, yang memuji tindakan berani Rowsell.

Rowsell berkata bahwa ini hanyalah satu cara untuk menunjukkan dirinya secara utuh. Namun karena begitu besarnya reaksi yang mucul membuat Rowsell berkeyakinan, bahwa siapa saja mampu mempunyai kepercayaan diri seperti dirinya. "Jika mereka dapat melihat saya dan berpikir ini bukan akhir dunia sehingga mereka bisa menjadi apa yang mereka inginkan, tentu ini sangat bagus."

Sumber : http://republikbelajar.org/?page_id=375, http://en.wikipedia.org/wiki/Joanna_Rowsell, http://pasbanget.co/read/2012/08/13/2908/346/63/Hampir-Botak-Joana-Rowsell-Terima-Medali-Tanpa-Wig-

Salam neraka…

Baru-baru ini kabar mengejutkan datang dari Istana Negara. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dikabarkan telah membuka sebuah akun twitter resmi. Akun yang diberi nama @Istanarakyat tersebut adalah akun resmi kepunyaan Presiden SBY dan akan memuat "cuit-cuit" yang berkenaan dengan tugas kenegaraan dan sisi lain Presiden SBY. (Detiknews.com, Kamis, 11/4/2013).

Keberadaan akun twitter Presiden SBY jelas menambah panjang daftar deretan pemimpin suatu negara yang mempunyai akun twitter di dunia. Menurut Digital Policy Council (DPC) yang baru-baru ini melakukan riset tentang penggunaan media sosial oleh penduduk, ditemukan fakta bahwa tiga per empat Kepala Negara di dunia ternyata telah memiliki akun twitter. (Lihat Jagatreviews.com).

Dalam analisis yang dilakukan pada Desember 2012, terungkap bahwa sekitar 75 % Kepala Negara di dunia atau tiga per empatnya telah menunjukkan keterlibatannya di media sosial, dalam hal ini adalah twitter. Total dari 123 pemimpin dari 164 negara di dunia memiliki akun twitter, baik yang dibuat dengan nama mereka sendiri atau melalui kantor resmi pemerintah.

Dari 123 pemimpin di dunia yang memiliki akun twitter, nama Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, memimpin di posisi teratas dengan 24 juta "follower". Jumlah "follower" Barrack Obama kemudian diikuti oleh mendiang Presiden Venezuela, Hugo Chavez, dengan sekitar 20 juta "follower". Demikian data dari DPC sebagaimana dikutip penulis dari Jagadreviews.com.

Membaca banyaknya pemimpin negara yang memiliki akun twitter, maka keberadaan akun twitter milik Presiden SBY bukan lah sesuatu yang mengejutkan. Apa kira-kira tujuan dari seorang Kepala Negara sehingga merasa perlu memiliki sebuah akun twitter, dalam hal ini ialah Presiden SBY?.

Pertama, patut diduga SBY tengah berupaya untuk menyeimbangkan opini publik terhadapnya. Melalui "cuit-cuit"-nya, diharapkan terjadi keseimbangan opini terhadap kinerja pemerintah, khususnya Presiden SBY.

Meskipun SBY tak akan menjabat kembali sebagai Presiden untuk periode berikutnya, namun jangan dilupakan bahwa kini SBY merangkap jabatan sebagai Ketua Umum Demokrat, yang elektabilitasnya tengah berada di titik nadir. Dari sisi ini kita meraba bahwa Presiden SBY tengah berupaya menyeimbangkan opini publik terhadap kinerjanya, yang secara tak langsung berimbas terhadap kepercayaan publik terhadap partainya.

Kedua, Presiden SBY tengah berupaya merangkul kelompok kritis yang mayoritasnya berasal dari kalangan menengah dan anak muda. Dengan "rangkulan" SBY melalui "cuit-cuit"-nya, diharapkan kelompok kritis lebih mengenal dirinya dan kinerja pemerintahan di bawah kendalinya. Sehingga nada-nada sumbang terhadap pemerintahan "rezim" SBY -setidaknya- dapat diminimalisir.

Sayangnya, "rangkulan" Presiden SBY ini justru melewatkan kelompok mayoritas di negaranya. Meski kurang kritis, namun kelompok masyarakat lapisan bawah, yang nota bene tak begitu mengenal media sosial laiknya twitter, adalah kelompok masyarakat yang secara langsung banyak memilih partai yang dipimpinnya dan dirinya sebagai Presiden RI Periode 2010-2014.

Pada titik inilah kita wajib mempertanyakan sejauh mana ke-efektifan akun twitter dari Sang Presiden. Jika bertujuan agar dirinya lebih akrab dengan rakyat, maka keberadaan akun twitter SBY hanya akan melahirkan ke-mubaziran ketimbang ke-efektifan serta ke-efesienan.

Belum lagi "rangkulan" Presiden SBY terhadap kelompok kritis sejatinya bergantung terhadap peran aktif SBY sendiri dalam menanggapi ragam komentar dari para "follower"-nya. Jika SBY tak berperan aktif membangun komunikasi dua arah dengan para "follower"-nya, sekali lagi, keberadaan akun @Istanarakyat hanya akan menuai sederetan kegagalan, yang makin menjauhkannya dari rakyat, ketimbang kesuksesan.

Sehingga, patut ditunggu "cuit" pertama dari Bapak Presiden, dan apakah sensasi dari akun twitter Bapak Presiden?. Silahkan dinanti dan disimak bersama, sampai sejauh mana ke-efektifan akun twitter Presiden SBY dan seberapa banyak "follower" Sang Kepala Negara Republik Indonesia?.

Gitu aja koq repot!

Ditulis sebagai tanggapan atas keberadaan akun twitter @istanarakyat kepunyaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.