Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Minggu, 21 Juli 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Jokowi Tinggal Menunggu Waktu Turun Sebagai Gubernur?

Posted: 21 Jul 2013 11:15 AM PDT

Makin benderang saja tingkah Jokowi. Terakhir adalah laporan gelontoran dana yang cukup besar akibat blusukan Jokowi yang dilansir oleh FITRA. Wow lumayan juga jumlahnya. Kalau topeng Jokowi kian terbongkar, alamat dah. Tinggal nunggu waktu geser dari posisi Gubernur.

Belum jika mulai muncul kegerahan dan protes beberapa kelompok warga pada Jokowi, Warga waduk Pluit, pedagang tanah Abang, hingga soal warga Fatmawati. Apakah akan ada tambahan lagi warga-warga yang bakal protes?

Saya kok amat yakin bakal bermunculan lagi warga-warga yang semakin berani menyatakan protesnya. Biasanya kan begitu. Sekali ada satu dua bersuara maka yang lain dan semula diam akan ikut-ikutan lantang bersuara.

Jokowi sendiri sudah mengeluarkan sahutan baliknya atas informasi baru oleh FITRA. Media-media pun menemukan makanan lahapnya. Memburu berita-berita paling mereka buru dan bisa menaikkan jumlah pembacanya.

Saya juga baca FITRA balik melawan. Jika saja Jokowi menantang dikeluarkan data-datanya maka pun akan mengeluarkan data-data tersebut. Wah wah. Media-media kembali menemukan makanan bergizinya. Bahkan media sosial macam Kompasiana pun, para penulis-penulisnya pun ikut gegap gempita menanggapi. Saling sahut-menyahut. Alias bersahutan.

Jika fenomena saling membuka hal tersembunyi ini berlanjut, tak dapat dielakkan lagi maka topeng muka Jokowi akan semakin kentara ke permukaan. Jika topeng sudah terbuka seluruhnya, bisa dipastikan Jokowi memiliki peluang besar bakal bergeser dari jabatan yang didudukinya.

Saya berharap topeng-topeng lain juga terbuka. Seperti topengnya Mahfudh MD, Dahlan Iskan, maupun tokoh-tokoh lain yang dianggap serupa dengan mereka. Pastilah akan menimbulkan perubahan paradigma pikir luar biasa dalam cara pikir rakyat tentang para pemimpin-pemimpin di tanah air.

Topeng kemurnian. Begitu maksud saya dengan istilah topeng di sini. Saya berharap semakin terang mata rakyat terbuka lebar-lebar, bagaimana memilah dan memilih pemimpin masa depan terbaik bagi bangsa ini. Biar terbiasa meneliti sebelum memilih. Siapa tahu di situ ada topengnya.

Lalu bagaimana dengan topeng Jokowi? Jika saja semakin dibuka topengnya Jokowi ternyata tetap asli, alias yang terlihat tetap saja wajahnya sendiri, ya kans dia menjadi presiden makin terbuka lebar. Kan jadi bergeser tuh kedudukannya sebagai Gubernur?

Masalahnya saya menjagokan Mahfudh MD…

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

just appreciate our amazing life..

Posted: 21 Jul 2013 11:15 AM PDT

Kisah Anak Yatim dari Wonogiri dalam Mengapai Pendidikan

Posted: 21 Jul 2013 11:15 AM PDT

Lesna Purnawan Pria kelahiran 9 Maret 1988 terlahir di daerah terpencil di selatan Wonogiri tepatnya di Kecamatan Giritontro, dari keluarga kalangan di bawah rata-rata (baca: miskin) dan ia hanya mampu menamatkan pendidikan sekolah dasar (SD) pada tahun 2001, setelah lulus SD ia belum bisa langsung melanjutkan ke SMP karena sejak kelas 1 SD sudah ditinggal ayahnya karena meninggal dunia, sejak itulah ia menjadi seorang yatim, dari sinilah yang melatarbelakangi dan keterbatasan biaya menjadikan ia tidak dapat melanjutkan pendidikan berkelanjutan.

Setelah lulus SD Tahun 2001 ia merantau ke Solo Baru, di sini  ia memulai perjuangan hidupnya dalam meraih cita-cita untuk melanjutkan sekolah.  Saat di Solo Baru ia memulai keberuntungannya menjadi penjual  koran di sekitaran Perumahan Solo Baru, aktivitas itu di jalaninya dari selesai sholat subuh sampai jam 9 pagi, di samping menjadi penjual koran ia memanfaatkan waktu luangnya menjadi tukang parkir di pelataran parkir "PICCO Baby Shop, dan Shiatsu Solo Baru" dan menjadi muadzin di masjid baitul makmur Solo baru "ndhelalah" jarak lokasi parkir dengan masjid tidak  terlalu jauh, aktivitas itu bisa ia jalani dengan baik, dan malam harinya ia kadang tidur di masjid, terkadang ia numpang di rumah saudaranya diwilayah Langenharjo, Solo Baru, aktivitas itu ia jalani semata-mata hanya memohon ridho Allah SWT dan harapan dapat melanjutkan Sekolah, namun sejak tahun 2001-2004 ia belum ia belum mampu menggapai cita-citanya untuk bisa sekolah.

Karena keinginan untuk sekolah sangat mengebu dalam jiwanya, pada tahun 2004 ia nekat mengadu nasib di Jakarta tepatnya hijrah ke Ciputat, dengan berbekal tekad dan niat untuk melanjutkan pendidikan SMP, SMA, dan pendidikan yang berkelanjutan, di ciputat ia menumpang  rumah saudara ibunya  di rumah pasangan (H. Sartono, S.sos dan Hj. Haryanti, S.sos, M.Si) di sana ia sambil bekerja serabutan dan tetap dengan tekadnya untuk sekolah, siang harinya ia bekerja dan malam harinya ia gunukan untuk sekolah. Pada tahun 2013 ia menamatkan  pendidikan Strata 1 (S1) di Sekolah Tinggi Ilmu Manejeman Budi Bakti (STIM BUDI BAKTI) Bekasi, sebuah kisah dan perjalanan panjang dalam meraih semua ini pertigaan, tikungan, perempatan,h bahkan jalan berlubang ia lalui untuk bisa melanjutkan sekolah SMP, SMA, hingga aS1 tanpa biaya dari orang tuanya namun ia tetap menjadi anak yang rendah hati dan apa yang di lakukan selalu di  niatkan karena memohon keridhoan dari Allah SWT. "Tanpa Ridho mamak (ibu) dan Ridho Allah SWT saya tidak bisa sekolah dan sampai di ciputat, apa yang saya lakukan ini niat karena Allah SWT dan saya dedikasan sepenuhnya untuk mamak saya mas, tuturnya kepada infowonogiri.com

Di ujung tahun 2009 ia bekenalan dengan seorang gadis  asal wonogiri melalui jejaring sosial Facebook (FB) dan pada Januari 2010 ia menikahi Anie Pujiyati, S.Pt Perempuan yang berdomisili di Jl. Klengkeng 2 No. 1, Kerdukepik, Giripurwo, Wonogiri Putri pasangan H. Sumarsono (Pegawai BRI Cab. Wonogiri) Hj. Ratmini (Pengusaha Rias Pengantin dan Dekorasi) "SEKAR JAGAD" pada saat itu ia masih berusia 21 Tahun dan masih kuliah semester 3, niat dan tekad karena Allah SWT ia memberanikan diri melamar dan menikahi Anie Pujiyati, S.Pt. Dan Januari 2011, pasangan ini di karunia seorang Putra bernama UMAR JAGAD RAZAQ ANIE LESNA. Percintaan Lesna Purnawan dan Anie pujiyati yang relatif singkat melalu jejaring sosial Facebook karena di anggap menarik dalam fenomena era teknologi kisahnya pernah di angkat  MAJALAH INTISARI Edisi 574 Maret 2011 "Menjemput Jodoh di Internet".

Lesna Purnawan juga aktif di kegiatan organisasi sosial seperti di Paguyuban keluarga Wonogiri (PAKARI), Paguyuban Jawa tengah  (se-jabodetabek) PJT, Kawedanan Baturetno (KABARET COMMUNITY) dll. Dari kegiatan itulah ia banyak menimba ilmu dan jaringan di antaranya dengan tokoh-tokoh Jawa-tengah, Wonogiri Serta banyak belajar serta menjalin persahabatan dengan para Akademisi, Mahasiswa, Seniman, birokrat, politikus, pengusaha asli  dari wonogiri yang berada di jabodetabek, dan di daerah, serta tokoh-tokoh nasional lainnya. Banyak rekan-rekan mengatakan kalo Lesna purnawan ini termasuk pribadi yang supel  dan bergaul  dengan siapapun dari kalangan bawah sampai kalangan atas, sebagia contoh dengan tokoh-tokoh dari wonogiri antara lain, Agus Heryawan Effendy, SE., MM. biasa di kenal "Agus Bering", Sugiyatno Adi Prayitno, SE., MM. Drs, H. Sudarmanto Leles, MM dll. Pekerjaan yang ia geluti saat ini di bidang Percetakan dan Penerbitan, dianataranya Lesna Printing, Lesna Publishing, Lesna Jagad Offset, serta menjadi Wartawan di media online dan cetak.

Saat ini Lesna Purnawan di beri amanah oleh Ketua DPC PPP WONOGIRI Anding Sukiman, S.Pd untuk  menempati posisi  sebagai CALEG DPRD WONOGIRI DAPIL 1 Nomor Urut 4 meliputi Kecamatan Wonogiri, Selogiri, Wuryantoro, Eromoko, Manyaran, dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dengan harapan dapat menjadi politisi muda yang berintegritas, amanah dan benar-benar memperjuangkan kesejahteraan masyarakat wonogiri, atas dasar pengalamam hidupnya yang bisa di katakan "pahit" dan dari keluarga kalangan dibawah rata-rata serta menjadi anak yatim sejak masih kelas 1 SD Insya Allah benar-benar menjadi wakil rakyat yang amanah.

Pembaca dapat berkomunikasi dengan Lesna Purnawan melalui:

PIN BB                 : 282398AB

Twitter                 : @lesnapurnawan

Facebook            : Lesna purnawan

Telepon/sms     : 0821 25 388 014 | 087 8080 53 879

Website               : www.lesnapurnawan.com

: www.kerdukepik.blogspot.com

Alamat                 : Jl. Klengkeng 2 No. 1, Kerdukepik, Giripurwo, Wonogiri

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Sisi Pembelajaran yang Lain dari Kompasiana

Posted: 21 Jul 2013 11:15 AM PDT

1374427814487983370
gambar :

http://ririsatria40.files.wordpress.com/2012/11/kom02.jpg

http://jessetalks.files.wordpress.com/2009/12/david_henrie.png

www.kompasiana.com

(diolah dengan photoshop dan fotosketcher)

Sebagai sebuah wadah masyarakat untuk menyebarluaskan berita dan ilmu lewat dunia maya, Kompasiana tentu juga memikul tanggung jawab moral untuk memberikan pembelajaran kepada pembacanya

Secara umum, pembelajaran oleh Kompasiana itu sudah otomatis didapat pembaca dari artikel-artikel yang diunggah oleh Kompasianer. Ada banyak sekali tulisan yang bermanfaat dan mencerdaskan di sini. Tak kurang juga tulisan yang menarik dan menghibur.

Tulisan-tulisan itu bisa saja memang dihantarkan oleh orang yang punya kompetensi dibidangnya, semisal mantan wapres, mantan menteri, dokter, dosen, ahli hukum, insinyur, ustadz, pendeta, seniman, sastrawan, guru, dan lain-lain.

Namun pembelajaran itu bisa juga berasal dari orang biasa yang memang berkecimpung dalam belantara kehidupan nyata. Kita lihat ada TKI, tukang becak, bakul jamu, mantan preman, pedagang kaki lima, supir, dan lain-lain latar belakang profesi juga tingkat pendidikan, yang menjadi kontributor setia Kompasiana.

Kompasianer itu semuanya ihklas untuk berbagi dan terhubung, lewat tulisan. Terkadang sebuah artikel mendapat tanggapan minor dari pembacanya, atau bahkan dari sesama kompasianer.

Adapun komentar negatif yang mungkin muncul itu, janganlah sampai membuat kita patah arang. Karena pada hakikatnya, semua komentar itu, baik positif maupun negatif, adalah pemicu kita, para kompasianer, untuk lebih baik dalam menulis dan berkarya. Janganlah kita lantas menjadi berang atau malah balik menyerang sang komentator pembawa bubuk merica itu.

Sebenarnyalah, kita semua ihklas untuk berbagi dan terhubung di sini, sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Berbagi apa yang kita lihat, kita dengar dan rasakan. Tidak hanya berbagi berita dan ilmu, di sini kita juga berbagi derita dan harapan. Karena bukan tidak mungkin, sharing derita dan pengharapan kita itu justru memberi manfaat bagi kita dan para pembaca; paling tidak dapatlah diambil hikmahnya.

Selain pembelajaran dari artikel kiriman kompasianer, masih ada pembelajaran lain di Kompasiana, yakni dari admin dan moderator. Di luar beberapa tutorial cara menulis yang pernah diturunkan oleh admin, kita masih bisa memetik ilmu dari cara admin memperlakukan tulisan.

Marilah kita simak lebih mendalam tulisan-tulisan yang ada di Index Headline. Galibnya, tulisan yang bertengger di sini adalah tulisan bagus yang sudah diperbaiki oleh admin Kompasiana, untuk diterbitkan ulang dalam bentuk yang sudah 'layak tayang'. Cobalah tulisan-tulisan itu kita perhatikan cara pengetikannya, kita cermati gaya bahasanya, pilihan kata dan frasanya, atau kita pahami format literasinya.

Setelah pengamatan dan pendalaman itu, dapatlah ia kita jadikan sebagai salah satu referensi ketika akan mencoba menulis. Referensi ini tentunya di samping berbagai referensi lain, yang apabila makin banyak maka akan makin memperkaya khazanah dan wawasan kita tentang kiat-kiat menulis.

Selain dari artikel yang ada di Index Headline, kita masih bisa belajar menulis dan mengambil ilmu dari tulisan yang ada di Trending Artikel. Namun patut dicatat, sebahagian besar tulisan di sini adalah tulisan populer, yang dipilih moderator dan admin dari tulisan yang ada di Highlight. Tulisan-tulisan di Trending Artikel ini, menurut pengamatan dan pengalaman kami, tidak melalui proses editing ulang oleh admin. Jadi ia tampil apa adanya, sehingga tidak bisa dijadikan referensi mutlak dalam hal belajar dasar-dasar kepenulisan. Tetapi setidaknya, keberhasilan tulisan itu masuk ke jajaran TA, niscaya karena ada nilai lebih yang dikandungnya.

***

Siapakah pembaca Kompasiana?

Pembaca Kompasiana adalah para kompasianer itu sendiri, ditambah para pembaca lain yang merupakan silent rider atau bahkan ghost rider. Para pembaca luar ini, umumnya adalah orang yang mendapat alamat dari hasil mencari di Google atau mesin pencari lain. Patut dicatat, ada banyak sekali judul artikel di Kompasiana yang bersikukuh muncul di halaman-halaman awal mesin pencari Google.

Mengapa? Karena asas kerja pencarian mesin pencari otomatis itu adalah asas persesuaian dan asas popularitas. Makin sering suatu tulisan dibaca orang, maka makin besarlah kemungkinan ia menjadi jawara di halaman depan mesin pencari otomatis itu. Karena itu saya tak heran ada beberapa tulisan saya yang sering ada di halaman-halaman

awal mesin pencari Google. Tentunya dengan kata kunci yang bersesuaian.

***

Mari belajar, mari (tetap) menulis.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Just Human Being

Posted: 21 Jul 2013 11:15 AM PDT

Banyak Acara TV Bulan Ramadhan tidak Mendidik

Posted: 21 Jul 2013 11:15 AM PDT

REP | 22 July 2013 | 00:33 Dibaca: 27   Komentar: 0   0

Prihatin melihat tayangan TV pada bulan ramadhan ini, banyak tayangan yang tidak bermutu, malah sebaliknya, isinya hanya melulu melecehkan,merendahkan martabat manusia dan semua itu menjadi bahan lawakan yang seakan di bawakan dengan tanpa dosa… Saking khawatirnya ..anak sy selalu sy dampingi dalam menyaksikan tayangan -tayangan TV tersebut. Sy khawatir anak saya malah jd terbiasa dengan sikap melecehkan atau merendahkan martabat manusia…ah…itukah mendidik bangsa ini..yang notabene dibulan ramadhan ini seharusnya penuh dengan kasih sayang dan menjunjung tinggi kemanusiaan…. hanya beberapa tayangan TV yang termasuk bermutu: seperti AKSI - nya di Indosiar , itu bermanfaat sekali , Ceria Ramadhan - dengan dai'-dai ciliknya itu juga bermanfaat..buat anak2… tapi mana dengan TV lain ????KPI tolong tegur dan beri sanksi kepada Tayangan 2 TV yang keluar dari Norma2 dan pelcehan harkat martabata manusia…

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar