Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Senin, 15 Juli 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Kehormatan - Bagian Pertama 10 Tugas Yang Paling Utama Pemimpin

Posted: 15 Jul 2013 11:32 AM PDT


Leadershipstreet Indonesia.  Kehormatan - Bagian Pertama 10 Tugas Yang Paling Utama Pemimpin Ada yang mengatakan IQ adalah segalanya, namun sesungguhnya Sikap diri (attitude) mengambil 80% bagian terbentuknya pemimpin yang cerdas, dalam kepimimpinan IQ adalah sesuatu yang wajib dan itu bisa dilatih sepanjang waktu, namun sikap diri sangat berkaitan dengan prinsip,Kehormatan dalam pengertian Leadershipstreet Indonesia adalah suatu pernyataan hormat untuk nama baik, harga diri dan kejujuran. Bagian Utama ini sangat besar artinya dan merupakan hak setiap orang pemimpin baik didunia kerja atau organisasi lainnya dan termasuk dirinya sendiri dam keluarga. Dalam dunia kerja, praktis kehormatan bagi setiap orang adalah pilar utama terbentuknya suatu mentalitas kepemimpinan yang dapat diandalkan.

Kehormatan bagi seorang pemimpin terbentuk diantaranya dari sikap diri antara lain sebagai berikut :

1. Melaksanakan amanat jabatannya dengan kejujuran ; bisa membedakan apa yang baik dan buruk, membuat pekerjaannya adalah sesuatu yang spesial, pemimpin adalah menopang, bukan saling menguasai.

2. Nama baik, dibalik setiap langkahnya dalam menjalankan pekerjaannya ada nama baik yang dipertahankannya, nama baiknya sendiri, nama baik keluarganya dan nama baik perusahaan dan / atau perusahaan yang dipegang amanatnya.

3. Harga diri, sebenarnya kehormatan seorang pemimpin bukan terletak seberapa tinggi jabatannya, namun seberapa besar harga dirinya tetap terjaga, dunia kerja / organisasi adalah dunia profesional yang tidak mengukur tingkat usia, senior / junior, namun hanya tentang pekerjaan. kehormatan yang dimiliki seorang pemimpin diartikan agar hidupnya tidak diatur oleh orang yang memerintah diatasnya. Harga diri dapat dipersamakan dengan bertindak dengan kemerdekaan, karena seseorang pemimpin yang memiliki kemerdekaan adalah orang yang menjalani apapun dengan bahagia.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Makan Sahur itu Psychiatric

Posted: 15 Jul 2013 11:32 AM PDT

REP | 16 July 2013 | 01:09 Dibaca: 4   Komentar: 1   0

Tadi saya diundang buka puasa bersama di rumah seorang kawan karib. Begitu mengelilingi meja makan, terucap, "Sorry, bolehkah saya ber-three in one?" tanya saya tanpa pikir panjang begitu terdengar sirene tanda berbuka.

"Yach! Boleh. Kenapa tidak? Silahkan! Silahkan!" jawab sang kawan di antara wajah isteri dan anak-anaknya yang kelihatan penasaran pada maksud pertanyaan tamu ayah mereka.

Lalu saya yang sudah seharian berpuasa tanpa sahur—gara-gara telat bangun—segera menghabiskan sepiring mie yang semula direncanakan akan dibagi untuk tiga orang. Isteri dan anak-anak tuan rumah diam-diam memalingkan wajah sembari menyelesaikan senyum mereka yang tersembunyi ke arah dinding ruang makan.

Usai berbuka, saya pun sadar. Rupanya berpuasa tanpa makan sahur dapat membuat kita sedikit kehilangan rasa malu saat berbuka.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Terputuslah Segala AMALANnya

Posted: 15 Jul 2013 11:32 AM PDT

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah -yaitu Ibnu Sa'id- dan Ibnu Hujr mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il -yaitu Ibnu Ja'far- dari Al 'Ala' dari Ayahnya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa'at baginya dan anak sholeh yang selalu mendoakannya." (HR Muslim 3084)

Sebagian ulama "mempergunakan" hadits di atas untuk menolak sampainya pahala kepada orang yang sudah mati.

Hadits itu hanya mengatakan "inqatha'a 'amaluhu , terputus amalnya maknanya adalah setiap manusia setelah meninggal dunia maka kesempatan beramalnya sudah terputus atau apapun yang mereka perbuat tidak akan diperhitungkan lagi amalnya kecuali amal yang masih diperhitungkan terus adalah apa yang dihasilkan dari amal yang mereka perbuat ketika masih hidup seperti,

1. Sedekah jariyah
2. Ilmu yang bermanfaat bagi dirinya dan yang disampaikan kepada orang lain
3. Mendidik anak sehingga menjadi anak sholeh yang selalu mendoakannya

Hadits tersebut tidak dikatakan, "inqata'a intifa'uhu", "terputus keadaannya untuk memperoleh manfaat".

Adapun amal orang lain, maka itu adalah milik (haq) dari amil yakni orang yang mengamalkan itu kepada si mayyit maka akan sampailah pahala orang yang mengamalkan itu kepada si mayyit.

Para ulama menyatakan bahwa do'a dalam shalat jenazah bermanfaat bagi si mayyit. Begitupula sedekah atau amal kebaikan orang lain bermafaat bagi si mayyit seperti bebasnya utang mayyit yang ditanggung oleh orang lain sekalipun bukan keluarga. Ini berdasarkan hadits Abu Qotadah dimana ia telah menjamin untuk membayar hutang seorang mayyit sebanyak dua dinar. Ketika ia telah membayarnya Nabi bersabda: "Sekarang engkau telah mendinginkan kulitnya" (HR Ahmad).

Jadi si mayyit masih mendapatkan manfaat (intifa') dari amal orang lain yang membayarkan utangnya termasuk sedekah lainnya yang dilakukan oleh orang llain atas nama si mayyit. Sedekah bisa dalam bentuk bacaan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menyampaikan bahwa sedekah tidak selalu dalam bentuk harta

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَسْمَاءَ الضُّبَعِيُّ حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا وَاصِلٌ مَوْلَى أَبِي عُيَيْنَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ عُقَيْلٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ عَنْ أَبِي الْأَسْوَدِ الدِّيلِيِّ عَنْ أَبِي ذَرٍّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالْأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin Asma` Adl Dluba'i Telah menceritakan kepada kami Mahdi bin Maimun Telah menceritakan kepada kami Washil maula Abu Uyainah, dari Yahya bin Uqail dari Yahya bin Ya'mar dari Abul Aswad Ad Dili dari Abu Dzar bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada beliau, Wahai Rosulullah, orang-orang kaya dapat memperoleh pahala yang lebih banyak. Mereka shalat seperti kami shalat, puasa seperti kami puasa dan bersedekah dengan sisa harta mereka. Maka beliau pun bersabda: Bukankah Allah telah menjadikan berbagai macam cara kepada kalian untuk bersedekah? Setiap kalimat tasbih adalah sedekah, setiap kalimat takbir adalah sedekah, setiap kalimat tahmid adalah sedekah, setiap kalimat tahlil adalah sedekah, amar ma'ruf nahi munkar adalah sedekah (HR Muslim 1674)

Firman Allah ta'ala, wa-an laysa lil-insaani illaa maa sa'aa, "dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya" (QS An Najm [53]:39

Ayat Al-Qur'an itu tidak menafikan adanya kemanfaatan untuk seseorang dengan sebab usaha orang lain. Ayat Al Qur'an itu hanya menafikan "kepemilikan seseorang terhadap usaha orang lain". Allah Subhanahu wa ta'ala hanya mengabarkan bahwa "laa yamliku illa sa'yah (orang itu tidak akan memiliki kecuali apa yang diusahakan sendiri). Adapun usaha orang lain, maka itu adalah milik bagi siapa yang mengusahakannya. Jika dia mau, maka dia boleh memberikannya kepada orang lain dan pula jika ia mau, dia boleh menetapkannya untuk dirinya sendiri. (jadi huruf "lam" pada lafadz "lil insane" itu adalah "lil istihqaq" yakni menunjukan arti "milik").

Masuknya seorang muslim bersama golongan kaum muslimin yang lain didalam ikatan Islam adalah merupakan sebab paling besar dalam hal sampainya kemanfaatan dari masing-masing kaum muslimin kepada yang lainnya baik di dalam kehidupan ini maupun sesudah mati nanti dan doa kaum muslimin yang lain.

Dalam satu penjelasan disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan iman sebagai sebab untuk memperoleh kemanfaatan dengan doa serta usaha dari kaum mukminin yang lain. Maka jika seseorang sudah berada dalam iman, maka dia sudah berusaha mencari sebab yang akan menyampaikannya kepada yang demikian itu.

Dengan demikian pahala ketaatan yang dihadiahkan kepadanya dan kaum mukminin sebenarnya bagian dari usahanya sendiri. Oleh karenanya setiap manusia yang telah bersyahadat maka setelah mereka mati akan mendapatkan manfaat dari doa kaum muslimin lainnya yang masih hidup dari doa seperti
"Astaghfirullahalazim li wali waa lidaiya wali jami il muslimina wal muslimat wal mukminina wal mukminat al ahya immin hum wal amwat"
"Ampunilah aku ya Allah yang Maha Besar, kedua ibu bapaku, semua muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat yang masih hidup dan yang telah mati."

Terlebih lagi bagi kaum muslim yang telah mencapai muslim yang ihsan , minimal muslim yang sholeh maka mereka akan mendapatkan manfaat dari sholawat bagi hamba yang sholeh yang diucapkan oleh kaum muslimin yang masih hidup ketika mereka menjalankan sholat dalam doa tasyahhud, "Assalaamu'alaina wa'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin"

Rasulullah menyampaikan bahwa ketika kita membaca doa tasyahhud mengucapkan "Assalaamu'alaina wa'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin", maka hal itu sudah mencakup seluruh hamba-hamba yang sholeh baik di langit maupun di bumi". Hamba yang sholeh di langit maknanya penduduk langit, para malaikat dan kaum muslim disisiNya termasuk hamba sholeh yang sudah wafat , dan hamba yang sholeh di bumi adalah hamba yang sholeh yang masih hidup

Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dia berkata; telah menceritakan kepadaku Syaqiq dari Abdullah dia berkata; Ketika kami membaca shalawat di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka kami mengucapkan: ASSALAAMU 'ALALLAHI QABLA 'IBAADIHI, ASSALAAMU 'ALAA JIBRIIL, ASSSALAAMU 'ALAA MIKAA`IIL, ASSALAAMU 'ALAA FULAAN WA FULAAN (Semoga keselamatan terlimpahkan kepada Allah, semoga keselamatan terlimpah kepada Jibril, Mika'il, kepada fulan dan fulan). Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam selesai melaksanakan shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda: Sesungguhnya Allah adalah As salam, apabila salah seorang dari kalian duduk dalam shalat (tahiyyat), hendaknya mengucapkan; AT-TAHIYYATUT LILLAHI WASH-SHALAWAATU WATH-THAYYIBAATU, ASSALAAMU 'ALAIKA AYYUHAN-NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH, ASSALAAMU 'ALAINAA WA 'ALA 'IBAADILLAAHISH SHAALIHIIN, (penghormatan, rahmat dan kebaikan hanya milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat, dan keberkahan tetap ada pada engkau wahai Nabi. Keselamatan juga semoga ada pada hamba-hamba Allah yang sholeh. Sesungguhnya jika ia mengucapkannya, maka hal itu sudah mencakup seluruh hamba-hamba yang sholeh baik di langit maupun di bumi, lalu melanjutkan; ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN 'ABDUHU WA RASUULUH (Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Setelah itu ia boleh memilih do'a yang ia kehendaki. (HR Bukhari 5762)

Hal yang harus kita ingat bahwa manusia yang meninggal dunia pada hakikatnya hanya berpindah alam saja dan mereka masih melakukan perbuatan namun sudah tidak diperhitungkan lagi apa yang mereka lakukan sebagai amal perbuatan.

Rasulullah bersabda, "sebagaimana engkau tidur begitupulah engkau mati, dan sebagaimana engkau bangun (dari tidur) begitupulah engkau dibangkitkan (dari alam kubur)"

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah membukakan kepada kita salah satu sisi tabir kematian. Bahwasanya tidur dan mati memiliki kesamaan, ia adalah saudara yang sulit dibedakan kecuali dalam hal yang khusus, bahwa tidur adalah mati kecil dan mati adalah tidur besar.

Ibnu Zaid berkata, "Mati adalah wafat dan tidur juga adalah wafat".

Al-Qurtubi dalam at-Tadzkirah mengenai hadis kematian dari syeikhnya mengatakan: "Kematian bukanlah ketiadaan yang murni, namun kematian merupakan perpindahan dari satu keadaan kepada keadaan lain."

Rasulullah bersabda,

حياتي خير لكم ومماتي خير لكم تحدثون ويحدث لكم , تعرض أعمالكم عليّ فإن وجدت خيرا حمدت الله و إن وجدت شرا استغفرت الله لكم.

"Hidupku lebih baik buat kalian dan matiku lebih baik buat kalian. Kalian bercakap-cakap dan mendengarkan percakapan. Amal perbuatan kalian disampaikan kepadaku. Jika aku menemukan kebaikan maka aku memuji Allah. Namun jika menemukan keburukan aku memohonkan ampunan kepada Allah buat kalian." (Hadits ini diriwayatkan oelh Al Hafidh Isma'il al Qaadli pada Juz'u al Shalaati 'ala al Nabiyi Shallalahu alaihi wasallam. Al Haitsami menyebutkannya dalam Majma'u al Zawaaid dan mengkategorikannya sebagai hadits shahih dengan komentarnya : hadits diriwayatkan oleh Al Bazzaar dan para perawinya sesuai dengan kriteria hadits shahih)

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(ما من رجل يزور قبر أخيه ويجلس عليه إلا استأنس ورد عليه حتي يقوم)

"Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu." (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(ما من أحد يمربقبر أخيه المؤمن كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا عَرَفَهُ ورد عليه السلام)

"Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu." (Hadis Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid).

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من الأموات فإن كان خيرا استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى تهديهم كما هديتنا)

"Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata: "Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami." (HR. Ahmad dalam musnadnya).13739115971617052918

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Anomi

Posted: 15 Jul 2013 11:32 AM PDT

Solusi Hebat Menanggulangi Masalah Timnas

Posted: 15 Jul 2013 11:32 AM PDT

OPINI | 16 July 2013 | 01:05 Dibaca: 18   Komentar: 0   0

Akibat kisruh yang berkepanjangan di tubuh PSSI Tim Nasional Indonesia pun sempat terbawa arus, Timnas Indonesia pernah dilanda dualisme antara Tim bentukan PSSI dan KPSI (TRG). Kedua tim ini saling mengklaim bahwa merekalah yang paling berhak mewakili Indonesia di AFF 2012 lalu, PSSI sebagai federasi sepakbola resmi di Indonesia dan KPSI melalui pemilik suara yang sah di PSSI.

Akibat dualisme ini, Lanyalla selaku penanggung jawab TRG pernah mewacanakan agar kedua tim ini diadu dan yang menang berhak mewakili Indonesia. Namun PSSI menolak dengan alasan Tim yang diasuh Nil merupakan tim bentukan federasi yang sah, jadi sudah seharusnya timnya-lah yang berhak mewakili Indonesia (ndak tau takut kalah atau apa), dan AFF selaku penyelenggara pun mengamini PSSI dan menyatakan Tim asuhan Nil Maizar-lah yang berhak mewakili Indonesia di AFF 2012, dan hasilnya????
Nah, dengan perdebatan yang masih saja bergulir bak bola salju ini (walaupun sesungguhnya PSSI sudah berdamai), saran dari Lanyalla untuk mengadu TRG dan Emprit ane rasa sesuatu hal masuk akal untuk menentukan siapa-siapa pemain yang berhak untuk memperkuat Timnas saat ini. Bukan dengan cara memilah-milah lawan yang dihadapi untuk sekedar menimbulkan persefsi Tim mana yang terbaik. Jika dibuat perbandingan, lawan tanding Timnas pasca rekonsiliasi memang lebih berbobot daripada Timnas pra rekonsiliasi. Jadi, tidak fair jika membandingkan keduanya dari pertandingan-pertandingan yang dilakoni selama 2 tahun ini.

Mungkin saran ini akan sedikit meredakan Kanal Bola. Tak etis jika hanya berkoar-koar tanpa ada tindakan nyata.
So kalau takut kalah seperti dulu nikmati aja yang sudah ada, tidak mungkin PSSI tak melakukan perbaikan dengan sorotan yang begitu besar dari rakyat sepakbola Indonesia.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Goresan harapan

Posted: 15 Jul 2013 11:32 AM PDT

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar