Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Rabu, 17 Juli 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Buku SD Porno: salah siapa?

Posted: 17 Jul 2013 11:21 AM PDT

belakangan kita selalu disibukan dengan pemberitaan yang buruk tentang pendidikan dari semua levelnya. Berita ini menutupi berbagai prestasi yang dilakoni oleh beberapa pihak yang konsisten memperjuangkan nilai-nilai luhur pendidikan. salah satu yang mencuat ialah mengenai peredaran buku aja untuk SD yang memuat konten pornografi. Ini bukanlah yang pertama kali, sejak beberapa tahun lalu berita ini selalu terdengar dan tidak pernah ada titik cerah penyelesaiannya.

Pendidikan Anggaran Besar Tanpa kejelasan Arah

Tidak elok jika hanya menyelahkan penerbit dan guru yang memasarkan buku tersebut dalam kasus ini. Fenomena beredarnya buku porno dikalangan pelajar SD merupakan potret dari kesemrawutan pengelolaan pendidikan kita. dengan anggaran yang diberikan oleh negara berkisar 20% dari APBN, dan juga APBD menyisakan pertanyaan yang miris, apakah masalah penerbitan buku ajar tidak dijadikan program utama?

Pertanyaan ini wajib dijawab oleh pihak kementrian pendidikan. Karena pola kurikulum era reformasi ternyata dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk terus memproduksi buku ajar yang setiap tahunnya selalu berganti. Jika diidentifikasi, jelas sekali program produksi buku ajar ini merupakan proyek tahunan yang selalu dinikmati oleh berbagai pihak, seperti guru, pejabat struktural di kecamatan, kabupaten, hingga nasional serta tentunya oleh pihak penerbit itu sendiri.

Diketahui di dalam struktur organisasi Kementrian pendidikan dan kebudayaan tentunya ada bidang kurikulum, yang berkewajiban memberikan arahan dalam setiap proses belajar mengajar di kelas, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi. Belum lagi, sejak dulu sudah ada balai pustaka, yang memiliki program kerja untuk menerbitkan setiap lembaran buku ajar, buku edukatif dan informatif yang layak dibaca oleh setiap siswa di perpustakaan. Jelas sekali bahwa tidak ada kemauan dari pemerintah pusat, dalam hal ini kemdikbud dalam upaya memenuhi kewajibanya untuk menyediakan bahan ajar yang gratis dan berkualitas.

Belakangan, bahkan kementian pendidikan sudah melalukan upaya pembuatan buku ajar elektronik yang dapat diunduh secara gratis untuk memudahkan proses belajar mengajar di kelas. Tapi buktinya, sampai saat ini berbagai program, struktur, dan sumber daya yang cukup melimpah tersebut tidak dioptimalkan untuk kemajuan pendidikan kita.

Alhasil, lewat penerbitan yang dilakukan oleh pihak swasta, selain konten yang dimuat tidak melalui saringan yang baik. kondisi ini malah memberatkan ekonomi orang tua siswa. Setiap semesternya, orang tua harus memikirkan kocek pendidikan yang cukup besar untuk pembelian buku ajar lengkap dengan lembar kerja siswa yang wajib dibeli setiap tahunnya. Apakah itu wajib? tidak wajib memang, namun dalam suasana keseragaman sekolah yang ditampilkan dengan kesamaan seragamnya setiap hari tentunya menjadi masalah bagi si siswa yang akan minder, malu, dan tidak pede jika dirinya tidak memiliki apa yang dimiliki oleh teman-temannya di dalam bersekolah.

"Proyek" Pendidikan

menggelitik jika membahas masalah proyek. secara detail Bremen dan Wiradi (2004) mendefinisikan proyek sebagai sumber pendapatan lain diluar gaji resmi. Mentalitas pendidik dan para pejabat yang terkait, tidak pernah menyiakan ritual smesteran ataupun tahunan untuk mendapatkan uang tambahan. Jika ditilik lebih lanjut begitu banyak, upaya pendidik dan pejabat terkait untuk mendapatkan 'proyek'. Salah satu bisnis besar dibidang pendidikan selain pengadaan bahan ajar ialah bimbingan belajar. Bimbingan belajar kerap bekerja sama dengan sekolah untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan perusahaan yang mengambil momen dari ketakutan berlebih para siswa untuk dapat lulus dari tingkatan tertentu. Bisnis ini sangat menjanjikan, terbukti dengan semakin menjamurnya bimbel di kota-kota besar. Terdengar juga dibeberapa sekolah mengambil peluang itu dengan nama study tour, umroh bersama, dan juga meninjau kampus di luar negeri serta masih banyak lagi.

Jelas sekali, bahwa arah pendidikan formal kita ialah memeras siswa dan orang tuanya tentunya untuk mendapatkan penghasilan tambahan. padahal, konstitusi negara kita sudah menjamin penyelengaraan pendidikan dengan dana yang cukup besar. Dengan kondisi seperti ini, tentunya akan menciptakan kelas sosial baru di masyarakat. sekolah-sekolah sudah memiliki tingkatan tertentu, bukan didasarkan pada kualitas pengajar dan proses belajarnya, namun berbagai 'proyek' yang diadakan di sekolahnya. Sekolah yang tidak menjanjikan, yang sulit bagi pendidiknya mendapatkan 'proyek' akan diselenggarakan apa adanya, seadanya. tanpa bobot kualitas pemikiran dari pada pendidik yang mumpuni. Bahkan, di beberapa sekolah negeri sudah dibedakan antara kelas reguler (bayaran biasa), dengan kelas eksutif (banyak proyek) dengan istilah bilingual, akselerasi dan berbagai istilah lainnya.

Lalu mau apa?

membincangkan masalah pendidikan memang tidak akan ada habisnya. proyek abadi mencerdaskan kehidupan bangsa akan terus digulirkan oleh negara, walaupun nyata-nyata hanya prosedural semata. buku Porno ialah salah satu titik kecil noda yang ada di kain bendera 'tut wuri handayani'. masih banyak noda-noda yang lain yang besar dan membandel. Watak bangsa akan sangat ditentukan oleh pendidikan formal yang diselenggarakan oleh negara, melalui sekolah-sekolah yang ada.

Sertifikasi guru, Kurikulum 2013 dan lain-lain  yang memakan anggaran sangat besar nyata-nyata belum menunjukan dampak yang signifikan untuk perbaikan pendidikan kita, bahkan di tingkat proses belajar mengajar. Negara harus tegas, untuk memberangus oknum-oknum yang bermain 'proyek' di dalam dunia pendidikan. Kembalikan pendidikan kepada nilai-nilai luhur yaitu membentuk generasi bangsa yang melek IPTEK dan IMTAK. Jangan sampai proses pendidikan hanya dimanfaatkan oleh oknum tertentu dan korporasi, yang menjadikan siswa hanya sebagai sapi perahan. semoga.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Terima kasih Kompasiana.

Posted: 17 Jul 2013 11:21 AM PDT

Sebelum saya mengenal Kompasiana, hidup dan dunia saya begitu simple; Saya selalu melihat kebaikan dari setiap orang, pandangan saya begitu naif, seperti Shahruk Khan di film "My name is Khan", bahwa di dunia ini, hanya ada dua macam orang, orang baik yang berbuat kebaikan, dan orang jahat yg berbuat jahat.

Setelah mengenal Kompasiana, level stress saya langsung naik drastis. Saya baru sadar bahwa tidak semua hal di dunia ini yang hitam putih. Dari banyak tulisan yang pernah saya baca di kolom "Politik" dan "Humaniora", saya bisa menyimpulkan, ternyata banyak orang yang hanya berlaku baik di depan kita dalam kehidupan sehari-hari, tapi terdoktrin oleh kepercayaan mereka untuk mengkavling surga hanya untuk kaum mereka masing-masing, dan mengutuk yang berbeda pandangan maupun kepercayaan dengan mereka untuk menjadi penghuni neraka (kecuali kalau mengikuti kepercayaan mereka). Theis agresif dan Atheis agresif adalah fenomena yang baru bagi saya.

Saya ingin kembali seperti dulu lagi, tapi sepertinya sudah terlalu terlambat. Saya sudah berubah menjadi pribadi yang paranoid (beralasan atau tidak, itu untuk di bahas di artikel yang lain). Sudah tiga bulan belakangan ini, paling tidak satu jam dalam sehari saya menghabiskan waktu membaca artikel-artikel di Kompasiana. Dan celakanya lagi kegatalan saya untuk menulis, semakin bertambah, dari hari ke hari, semakin tak tertahankan. Sampai akhirnya, lahirlah tulisan sederhana ini; Dan seperti iklan Klinik Tong Fang yang sempat nge trend beberapa bulan yang lalu, ijinkanlah saya mengatakan:

Terima kasih, Kompasiana.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Tegaskan Alasan Menulis Anda

Posted: 17 Jul 2013 11:21 AM PDT

Oleh MUCH. KHOIRI

Pada suatu hari di musim gugur tahun 1993, 32 penulis dari seluruh penjuru dunia yang ikut Internasional Writing Program (IWP) diminta untuk membuat esei yang bertema, "Why, What, How I Write?" (Mengapa, Apa, Bagaimana Saya Menulis?). Esei mereka akan dijadikan bahan diskusi testimonial di berbagai acara, dan bahkan berlanjut untuk rekaman dan dokumentasi.

Ketika hasil tulisan mereka dibawa ke forum, perbincangan yang paling hangat dan menggugah diskusi seru terletak pada "mengapa"-nya, yakni alasan menulis. Dengan  kalimat lain, apakah alasan atau kausa (penyebab) yang mendorong mereka menulis bidang tulis masing-masing: drama, novel, puisi, dan sebagainya.

Betapa tidak, ternyata alasan (penyebab) menulis tidak mudah dirumuskan secara jelas oleh setiap penulis. Memang ada yang blak-blakan dan jelas, tetapi kebanyakan masih samar-samar—entah karena  mereka malu, atau karena mereka ingin mengungkapnya kelak saat menerima hadiah Pulitzer Prize atau Nobel Prize misalnya.

Dalam  diskusi itu saya berada dalam satu forum dengan penulis-penulis dari China (Dong Jiping), Ivory Coast (Assamala Amoi), dan Arab Saudi (Abdullah Bakhit). Satu-persatu kami harus berbicara di depan audiens di sebuah aula di English Philosophy Building (EPB), University of Iowa (USA). Respons audiens, yang kebanyakan penulis Amerika, tidak kalah serunya.

Tentu saja, alasan menulis yang mengedepan sangat beragam,  baik jenis maupun tingkatnya. Ada yang enteng, ada yang rumit. Keragaman alasan itu terjadi karena perbedaan pendapat yang mengemuka, baik dari panelis (nara sumber) maupun dari audiens. Untungnya, bukan saling meniadakan, melainkan saling melengkapi.

Meski demikian, secara garis besar, alasan-alasan itu bisa dikategorikan menjadi dua: alasan ideal dan alasan praktis. Alasan pertama lebih abstrak, ideal, dan filosofis; alasan kedua lebih personal, kentara dan terukur.

Alasan praktis itu, misalnya, ingin berjuang lewat tulisan, ingin mendidik masyarakat,  ingin kaya, ingin terkenal, mencari penghidupan (nafkah), atau memenuhi kewajiban kredit poin. Masih ada sederetan alasan sejenis yang bisa dipasang di sini.

Adapun alasan ideal lazimnya bersifat abstrak dan filosofis, bersumber dari idealitas penulis.  Dalam catatan saya, novelis F. Scott Fitzgerald mengatakan, "The reason one writes isn't the fact he wants to say something. He writes because he has something to say." (Alasan mengapa orang menulis bukannya fakta bahwa dia ingin mengatakan sesuatu. Dia menulis karena memiliki sesuatu untuk dikatakan. )

Lebih kuat dari itu, Somerset Maugham menegaskan, "We do not write because we want to; we write because we have to." (Kita tidak menulis karena kita ingin menulis; kita menulis kerena kita harus menulis!).  Tersimpan kewajiban tertentu yang membuatnya harus menulis.

Sementara itu, John Fowles menyimpulkan, "There are many reasons why novelists write – but they all have one thing in common: a need to create an alternative world." (Ada banyak alasan mengapa para novelis menulis—namun mereka punya satu kesamaan: suatu kebutuhan untuk menciptakan sebuah dunia alternatif.)

Apapun alasan yang dikemukakan, itu sah-sah saja. Pendapat Fitzgerald, Maugham, dan Fowles pantas disimak; sama pantasnya dengan pendapat para penulis dari China, Ivory Coast, Mesir, dan Arab Saudi—atau pendapat penulis mana pun, termasuk Anda, tentunya.

Yang penting, alasan itu harus menjadi daya dorong yang kuat untuk senantiasa menumbuhkan dan memelihara semangat menulis. Alasan itu harus bisa menguatkan seseorang untuk tetap menulis guna meraih apa yang diinginkan.

Lebih dari itu, alasan menulis itu juga harus bisa digunakan untuk menguatkan diri ketika berbagai godaan dan serangan mengancam untuk melemahkan dan mematikan.  Contohnya, alasan itu harus lebih kuat melawan hasrat menonton televisi, malas, atau mengobrol tanpa arah.

Oleh karena itu, alasan menulis seyogianya dirumuskan dengan jelas dan tegas. (Andaikata masih ideal, harus ada turunan yang praktis.) Dengan kejelasan ini, penulis bisa membuat visualisasi di dalam dirinya dan membuat action plan rinci dan bertahap untuk mewujudkan target (misalnya: 3 bulan 1 buku!)—sekaligus menguatkan mental selama menulis.

Sekarang, angaplah Anda diundang suatu Panitia Lomba Menulis Nasional untuk menulis esei empat halaman tentang alasan menulis. Nah, tentukan alasan Anda sekarang. Alasan itulah yang menentukan apakah Anda akan tetap bertahan di depan laptop untuk menulis serius atau untuk sekadar menggugurkan kewajiban undangan.***

KBD Gresik, 17 Juli 2013

Salam kompasiana,

Emcho – Much. Khoiri

Cara Penulisan Daftar Pustaka :

Khoiri, Much. Tahun upload. Judul artikel.  Alamat URL lengkap artikel ini. Diakses pada tanggal……..

Contoh:

Khoiri, Much. 2013. Jurus Mengatasi Kemacetan Menulis. http://media.kompasiana.com/buku/2013/07/02/jurus-mengatasi-kemacetan-menulis-573794.html.Diakses pada tanggal 20 Juli 2013.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

ARSENAL BIKIN GERAM LMN

Posted: 17 Jul 2013 11:21 AM PDT

Singkat saja, semua sudah tahu apa janji LMN jika menguasai sepak bola indonesia yaitu meningkatkan ranking Indonesia yang terpuruk menjadi minimal ke………

Bahwa dengan masuknya LMN cs berarti sepak bola kita sekarang dikendaliakan oleh mafia, jadi kalau masalah skor pertandingan sudah menjadi rahasia umum

Saat melawan Belanda Indonesia kalah 3-0 dan saat melawan arsenal kalah 7-0 aneh bukan ? mungkin ini mada sedikit cerita singkat juga pertengkaran antara  AW  MLN JFT

JFT ; Bangsat looo LMN, anda sudah merusak reputasi gue di dunia sepak bola sebagai seorang pelatih, lo sudah rusak citra n martabat  gue di indonesia dan dunia, kemarin loo… bilang kalau gue… bakal jadiin  gue pelatih hebat dan terkenal tapi makan tetep ikut PERSIPURA tapi malah lo hancurin … kalau begini caranya gue mundur jadi melatih ( sambil ngemut permen suduk dimainin di mulutnya)

LMN; tenang bro bisa diatur, AW ini orang memang bajingan gak kayak LVG sesuai orderan jangan masukin bola banyak banyak ni mau naikin ranking doang jadi gak usah ganas ganas berapaun ongkosnya ikut, yang pasti muke lo yang item tetep gue selamati liat aja entar, dah gitu aja AW mau gue telpun dulu    sgr (sambil menelus jidatnya yang lebar memeras otak) oke jek……….

LMN dan AW

LMN; Heuui…AW  lo moyet ga tau diri udah udah dibilangi jangan buat gol banyak banyak kenepa lo langgar, kemarin udah gue bilang ni aye  mau naikin citra bahwa di era kepemimpin aku biar terlihat lebih  baik .   yeee lu langgar kenapa ? inikan cuma tur pra musim kenapa ngotot ? lo gue undang cuma untuk menghibur aje ? malu neh timnas bntukan gue lo bantai……..

AW; ane sebenarnya tidak ingin melakukan hal seperti ini, ane udah marahin to pemain gue…. segera di kamar ganti, karena tidak mengidahkan intruksi dan saya sangat menyesal dengan hal ini….

LMN  ; intruksi apa yang AW maksud ?   tolong PLease jelaskan, kaseih tahu sejujurnya yang ter jadi……

AW; saya tanyakan ke asst saya saat jeda babak pertama di ruang ganti, tolong cek apa rekeningnya sudah gemuk… jwbnya belum, pemain sudah pada gelisah ya…. akhirnya kujawab terserah dah……. pusing pikirin orang indonesia main bola ada sogokan………

LMN : trus ……….

AW; saat menit 50 dapat sms udah masuk,  saya kode Chuba Akpom karena dia yang menoleh pertama kesaja dengan lambaian jari  tangan saya dengan kode metal, bukanya menurukan tempo tapi malah trenginas……. ya terjadilah gol ke 2, selanjutnya Olivier Girou juga salah pengertian , saat Lukas Podolski mencetak gol menit 83 kepingir lapangan untuk minum……… saya sudah tidak bisa berbuat lagi….. masak saya harus membuat gol bunuh diri……. karena permainan IDT memang sagat amat jelek jadi tidak bisa pura pura kewalahan menerima serangan balik…….dan apa lagi…………………… maaf…………

LMN; ya…. gue maaf in… ceritakan saja

AW: Lukas bilang……(sudah terlambat pak…….kode tadi yang dimaksud oleh rekan rekan yang berpenapilan ciamik di pra musim akan dijadikan pemain reguler….. apalagi sudah terbiasa bermain Kick 'n' Rush disuruh menurunkan tempo medadak tidak bisa pak apalagi sudah tinggal 8 menit…… ini ARSENAL bukan tim abal abal AREMA atau PERSIPURA  yang bisa atur pertandingan….. udah pak dikembaliakan saja……) jadi ini saya kembalikan saja………

LMN; oooooo enak bener ente….. udah ancuri muke gue……. jadi tidak dipercaya ama roy sukro………. pokoknya gue minta pertanggung jawaban atau gue bocorin…….. ne berita……. biar sama sama manpus…… jika klub Inggris mau terima sogokan…………

AW; ape yang harus saya lakukan bang……….

LMN: Cukur habis vietnam……… skor telak dan lebih buruk dari 7-0……. dah berapapun gue tambah 3x lipat dan uang tadi jadi DPnya dan ini langsung saya tranfer gak bakalan telat lewat UN bank di london jadi 3 m3nit langsung masuk

AW; kalau gitu saya terima tawaran anda, pemain akan saya intruksikan all out mulai meneit pertama

Setelah vietnam terjungkal………

AW; maaf pak LMN   saya sudah maksimal, dan saya intruksikan kepada anak buah saya sejak menit pertama tetapi hasilnya 7-1 …. memang lebih baik permainanaya….. tidak kayak melawan IDT mulai menit 50 dapat membobol   6 gol

MLN; ya sudah…. yang penting sama sam kebobolan 7 gol…… coba kemari aku tau nomer hp XL mu saat di indonesia, pasti saat skor 6 -0 saya ingin pemain mu melakukan gol bunuk diri atau menghalang halangi pemainku untuk mencetak gol balasan

AW; Ya sudah pak tahun depan di undang lagi…… kukasih skor baik 2 -0, kalau disuruh kalah tidak mungkin……. dan kumaikan pemain cadangan semua…

MLN : awas kalau ingkar……. gak an ku udang lagi selama aku masih makan dI PSSI

setelah itu

LMN; Gimana jek……. besok mau lagi melatih lawan liverpol…….

JFT;  Maaf pak,  sebenarnya seneng seneng saja tapi saya masih trauma dengan kekal;ahan telah kenarin, kesehatan saya langsung down…… sampai sekarang gak doyan makan…… sudah ke dokter belum membaik

LMN; tenang saja….. sudah gue koling si Brendan Rodger….. mainya untuk hiburan saja….. jangan seperti arsenal….. kalah skorm tipis syaratnya ikut saja……. toh klasnya dibawah arsenal

JFT; pak klub Inggris itu terkenal profesionalnya … gak kayak di endonesia…… lagian…….

LMN; lagian kenapa…………..

JFT; pelatih di indonesia bukan saya saja……. banyak yang lain……. dan materi pemainya skill kurang dan jauh tertinggal baget……. apalagi……. harus kouta 95 ISL……. ini yang agak sulit

LMN; usul mu….. gimana….. beri masukakan…. aku juga sudah buntu….. ketua BTN ne….. pake pelatih asing kemarin terlanjur di tendang…… AR menurut kabar sudah pikun……… kalao ga pikun sekarang di telp……… besok sudah sampai indonesia…… visa turisnya masih aktif…….

JFT; sebenarnya pak lawan liverpole cukup Semen Padang FC plus ISL pak….. sudah ter uji pak…… tapi klau kita lakukan itu kita malu….. dari pada memoles IDT yang masih mentah…….

LMN: udah….. gak usah panjang lebar…… bagaimana ini mau tidak menukangi lavan liverpol besok……. udah ngantuk……..

JFT: coba pak….. saya pikir pikir dulu………. besok saya telpun balik……… RD kayaknya siap pak….. dia juga rakus seperti bapak………. mau rangkap jabatan……. AREMA oke….. U 23 oke TIMNAS oke  …… dia emang ga punya malu….. gitu dulu  pak….. salam buat rekan rekan

tut……..tut…….tut………………

kemungkinan kesalah ketik inisial salak ketik…. krn sambil ngantuk

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

doa dan darah

Posted: 17 Jul 2013 11:21 AM PDT

Bromo Navia

Posted: 17 Jul 2013 11:21 AM PDT

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar