Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 13 Juli 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Aku Adalah Masa Lalumu

Posted: 13 Jul 2013 11:09 AM PDT

Rakyat yang tidak Punya Pilihan

Posted: 13 Jul 2013 11:09 AM PDT

SBY Marah, Pemerintah Perlu Diramadhankan

Posted: 13 Jul 2013 11:09 AM PDT

SBY kecewa. SBY marah. Harga sembako tidak kunjung turun. Pasalnya para menteri lamban menangani kebijakan. Harga daging sapi tetap melambung. Menurut SBY instruksi yang diberikan kepada para menteri tidak dijalankan. Apalagi isu meroketnya harga daging sapi sudah tidak seksi lagi. Citra kinerja SBY bisa terjun bebas akibat gagal menjaga harga daging sapi. Maka, para menteri layak kena "semprot."

Bahkan terkait persoalan Tanjung Gusta pemerintah kehilangan reaction time tanpa official statement yang jelas. Hanya oleh dua persoalan, tingginya harga daging sapi dan Tajung Gusta, pemerintah seperti bebek lumpuh. Dan di bulan yang suci SBY terpaksa marah di hadapan para menteri yang hadir di rapat terbatas.

Rakyat kecil mohon tidak diminta ikut membayangkan bagaimana pola kerja dan model koordinasi Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan dalam menjalankan kerjanya. Rakyat tidak ingin berpikir rumit. Rakyat hanya ingin tahu hasil. Harga kebutuhan pokok tidak usah melambung.

Ruwetnya birokrasi mestinya tidak menghalangi sense of crisis, sense of urgency, dan sense of responsibility. Di bulan Ramadhan pemerintah sedang melawan hawa nafsu kekuasaannya, mengalahkan nafsu birokrasinya, menaklukkan nafsu kepentingan bisnisnya. Kemarahan SBY mencerminkan hal itu. Kalau pembantu presiden tidak peka dan kehilangan sense melayani rakyat, semoga ini bukan indikasi gagalnya meramadhankan pemerintahan SBY.

Kita jadi mafhum. Semua ini bukan sekedar persoalan rusuhnya Tanjung Gusta, naiknya harga kebutuhan pokok, dan melambungnya daging sapi. Ini soal bagaimana para pembantu presiden bekerja melayani rakyat. Bulan Ramadhan seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah berwelas asih pada rakyatnya. Menciptakan ruang keamanan dan kenyamanan bagi rakyat menjalani ibadah.

Tetapi fakta berkata lain. Di bulan yang diyakini mayoritas kaum muslim sebagai bulan kasih sayang, para menteri dituding oleh presidennya kehilangan sense dan bekerja mbulet. Meski demikian percayalah rakyat akan terus melantunkan doa-doa kebaikan dan para malaikat mengamininya.

Sehingga selain menunjukkan sense of crisis, sense of urgency, dan sense of responsibility pemerintah juga perlu menjaga rasa malu. Sebelum kita dibikin malu oleh teguran malaikat: "Mosok menurunkan harga daging sapi saja tidak becus!" []

Pong Sahidy

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Pembagian Species Hukum Menurut Saya

Posted: 13 Jul 2013 11:09 AM PDT

OPINI | 14 July 2013 | 00:54 Dibaca: 9   Komentar: 1   1

Meski banyak jenis hukum sepanjang sejarah,
Tapi bagi saya pada intinya hanya ada 2 jenis hukum
Pertama hukum alam dan kedua hukum perasaan

Hukum alam, bahan dasarnya adalah kepastian
Baik hukum alam yang terlihat maupun hukum alam yang tak terlihat
Siapapun, tak kan bisa membantahnya

Sedang hukum perasaan,
Bahan dasarnya hanya angan-angan
Hanya permainan perasaan.
Kebenarannya, hanya sejauh dianggap dan dirasa benar
Dan hukum perasaan yang paling gemilang adalah hukum agama

Revo Sanjaya

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Pameran Seni Rupa River Scapes –IN FLUK : Sandal dan Simbol Aktifitas daerah Aliran Sungai

Posted: 13 Jul 2013 11:09 AM PDT

Acara ini merupakan sebuah pameran seni rupa internasional mengenai lingkungan hidup dan kebudayaan sungai di Asia Tenggara yang diadakan oleh Goethe Institute Indonesien dari Jerman

Di dalam pameran seni rupa ini, di pamerkan bebrapa karya seni fotografis, seni instalasi, patung dan karya bunyi dan karya yang melibatkan indra penciuman. Obyek-obyek yang dipamerkan adalah terispirasi dari pentingnya kedudukan posisi sungai untuk masyarakat Asia Tenggara. Seperti yang dicantumkan oleh salah satu Kurator acara tersebut yang bernama Iola Lenzi, bahwa sungai adalah pusat dalam sejarah seni mitologi, pusat peradaban, ritual dan ekonomi. Di sepanjang aliran sungai itulah muncul berbagai peradaban dengan serangkaian aktivitas kebudayaan. Sebagaimana kebudayaan yang senantiasa berubah, sungai pun juga mengalami banyak perubahan. Di dalam pameran tersebut di perlihatkan bagaimana sungai mengalami pasang surut, ketinggian air yang selalu berubah. Setiap kondisi perubahan yang terjadi disungai mnenuntut masyarakat di sekitarnya untuk beradaptasi.

Dalam pameran tersebut, satu yang begitu menarik perhatian saya adalah, sebuah karya instalasi yang  diletakkan persis di depan pintu ruang pameran di lantai dua. Posisinya mengarah pada tangga, sehingga sewaktu kita menyelesaian pendakian di lantai dua, pemandangan pertama yang akan kita lihat adalah rak kayu yang berisi sendal dan sepatu bekas. Rak sepatu dan sandal bekas tersebut menjulang hingga keatas hampir menyentuh langit-langit dan melebar. di dalam rak tersebut terisi penuh sandal dan sepatu bekas yang dibawa aliran sungai ketika banjir. Sang seniman ingin menekankan bahwa ketika sungai menunjukkan aktifitas air yang aktif sehingga menyebabkan debit air dan kuantitasnya meningkat, air tersebut menyeret apapun yang ada di sekitarnya. Sandal dan sepatu adalah salah saah satunya yang terbawa sungai yang sedang banjir tersebut.

Rak yang berisi penuh sandal dan sepatu yang kotor tersebut mengindikasikan sebuah kehilangan dan kesepian (Nguyen Thi Thanh Mai). Banyaknya sandal yang terkumpul adalah bukti bahwa sungai membawa segala simbol peradaban masyarakat disekitarnya. Sungai menjadi bagian yang sangat penting bagi masyarakat, ia adalah pusat perekonomian, jalur perdagangan, tepat dimana manusia bertemu dan berkomunikasi. Mungkin jika kita meminjam istilah yang klise, Sungai merupakan urat nadi masyarakat Asia Tenggara. Namun di saat musim berubah, sungai juga bisa menjadi ancaman mayor masyarakat di sekitar sungai. Sekarang ini perkembangan sungai sebagai jalur ekonomi, perdagangan dan peradaban sudah mulai bergeser, namun demikian koleksi sandal-sandal di rak yang begitu banyaknya tersebut, membuktikan bahwa ada sebuah adaptasi dan usaha keras untuk tetap bertahan seiring dengan fluktuasi sungai.

Karya-karya yang dipamerkan umumnya adalah upaya untuk menggugah kita supaya sadar terhadap perubahan lingkungan sekrang ini, terutama pada debit air. Sungai adalah bagian yang tidak asing ditemui di Asia Tenggara, sungai perupakan bagian kebudayaan kita, sudah selayaknya kita tanggap terhadap kehidupan sungai.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Ceracau tentang yang Katanya Negara hukum

Posted: 13 Jul 2013 11:09 AM PDT

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar