Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 26 April 2014 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Akankah ‘Romantisme’ Koalisi KIB terulang ?

Posted: 26 Apr 2014 11:38 AM PDT

Mengamati manuver koalisi akhir akhir ini sepertinya sudah bisa ditebak arahnya. PDIP semakin mantap dengan Nasdem, sedangkan Golkar dan Gerindra masih bingung mencari format koalisi ideal. Disisi yang lain, Partai Demokrat diprediksi akan menjadi pioner membentuk poros tengah yang merangkul partai partai tengah.

Jika koalisi poros tengah terwujud maka akan mengulang romantisme koalisi KIB selama 10 tahun terakhir. Peluang untuk mewujudkan koalisi KIB sangat terbuka lebar pada pilpres 2014 dan dapat 'menanduk' koalisi Jokowi yang didukung PDIP dan Nasdem.

Selama hampir 10 tahun terakhir, partai Demokrat relatif stabil bisa menjaga dinamika koalisinya dengan partai partai tengah seperti dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).  SBY selaku ketua umum Partai Demokrat berhasil menjaga ritme koalisinya dalam keadaan kondusif, riak riak PKS saat itu ada, tetapi tidak sampai membubarkan konsensus koalisi.

Sekedar flascback, koalisi yang dibentuk oleh SBY melalui koalisi KIB II pada hakekatnya sama dengan sebelumnya di KIB I, semua partai politik dalam koalisi 2004-2009 turut bergabung dalam koalisi 2009-2014. Perbedaannya,  Partai Demokrat yang menjadi partai terbesar dengan meraih 149 dari 560 kursi DPR hasil pemilu 2009 naik 3 x lipat dari tahun 2004 yang hanya 55 kursi.

Saya yakin atas dasar pengalaman 2004 - 2014, koalisi KIB akan terwujud dalam koalisi poros tengah. Walaupun Partai Demokrat bukan pemenang dalam pemilu legislatif tetapi ketua umumnya, SBY bukanlah tokoh politik yang mudah dipengaruhi pemikiran politiknya. Karena sampai saat ini, Mandat politik dan legitimasi SBY  masih sebagai Presiden RI.

Koalisi akan rapuh jika karakter parpol masih sangat pragmatis, tidak disiplin dan berorientasi bagi bagi anggaran. Ada catatan jika ingin mengulang romantisme koalisi KIB dalam poros tengah, yakni harus ada konsensus yang bersifat institusional sehingga cenderung kuat dan mengikat secara publik. Publik harus tahu cakupan kontrak politik koalisi dna kode etik yang tak boleh dilanggar dalam berkoalisi. Termasuk didalmnya adalah mekanisme punishment terhadap parpol yang melanggar.

10 tahun koalisi KIB adalah waktu yang lumayan panjang, tinggal bagaimana memperkuat komunike bersama. Jangan lagi ada koalisi yang bersifat longgar dan elitis sehingga terkesan terfragmentasi. Dengan memperkuat koalisi yang berbasis kesamaan ideologi dan haluan (platform) partai akan menghindarkan munculnya gugatan parpol dibelakang hari.  Koalisi harus dibangun bukan atas dasar kepentingan partai tetapi lebih berorientasi pada kepentingan kolektif bangsa dan negara.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Food Porn : People Taking Food Picture Before Eat

Posted: 26 Apr 2014 11:38 AM PDT

Saya memiliki beberapa teman dekat yang memiliki kebiasaan mengunggah foto makanan yang akan dimakan, semacam perilaku narsisme atau dalam bahasa anak muda sekarang disebut dengan selfie. Tidak tanggung-tanggung, foto yang diambil pun langsung diunggah ke beberapa sosial media yang dimilikinya. Beberapa kali saya mengamati, hal ini lama-lama menjadi kebiasaan yang lumrah dilakukan teman-teman saya tersebut ketika kami hendak makan bersama, yang paling klimaks yang saya temui adalah mereka tidak  mau menyentuh makanan sebelum mengambil gambar dari makanan yang tersaji. Lalu saya tertarik untuk melakukan analisis sederhana tentang perilaku tersebut.

Umumnya setiap orang memiliki lebih dari dua akun medsos yang intens digunakan sebagai alat komunikasi lewat dunia maya. Kemudian media sosial ini menjadi situs "pribadi" yang sering digunakan seseorang orang untuk mengekspresikan apa saja yang ingin dibagikannya kepada orang lain sebagai bentuk sosialisasi. Namun seiring perkembangan teknologi, banyak ditemukan fenomena-fenomena yang "melenceng" dari fungsi utama teknologi yakni sebagai upaya mempermudah kehidupan manusia melalui alat bantu mutakhir yang dikenal dengan teknologi. Salah satunya adalah Food Porn, fenomena yang kerap muncul pada remaja yang sedang digandrungi kecanduan gadget dan fitur-fitur media sosialnya. Di Indonesia fenomena ini menjamur seiring dengan perkembangan gadget yang semakin berkembang, khususnya bagi remaja di daerah perkotaan.

Studi pada 2012 yang dilakukan oleh tim dari University of Southern California mengungkap jika terlalu sering melihat foto makanan di internet akan merangsang otak untuk makan secara berlebihan. Beberepa restoran disana kemudian berinisiatif ada yang menerapkan peraturan tentang larangan mengambil foto makanan dan mengunggah di medsos. Seperti yang terjadi pada sebuah restoran di New York. Pemilik retoran Chef Michelin, David Bouley bmelarang pelanggannya untuk mengambil foto makanan dan minuman yang disajikan. Menurutnya aktivitas pengambilan foto tersebut dapat mengganggu pelanggan lain dan baginya makanan yang telah disajikan sebaiknya langsung diminati.

Kecenderungan lainnya juga diungkapkan oleh Dr. Valerie Taylor, seorang psikiater dari Women College Hospital, University of Toronto, Kanada yang mengungkapkan bahwa sebelum makanan atau minuman dinikmati, banyak orang yang mengambil gambar  terlebih dahulu dan kemudian mengambil waktu untuk diunggah di medsos mereka. Dalam penelitiannya pun disebutkan bahwa dewasa ini beberapa orang keluar rumah untuk makan, bukan karena memang membutuhkan makan. Justru hanya demi interaksi di media sosial mereka. Apa yang dimakan, kapan mengunjunginya dan kapan kembali ke tempat tersebut menjadi hal penting untuk di unggah di media sosial mereka, dan perilaku ini merupakan bagian dari ganguan jiwa. Sebagai refleksi, coba kita ingat-ingat kembali sudah berapa banyak jumlah foto makanan dan minuman yang kita unggah di akun medsos pribadi?. Mulanya kita menganggap tindakan ini sebagai bentuk keisengan semata, namun kemudian pengaruh kecanduan gadget membuat aktivitas iseng ini bermetamorfosis menjadi sebuah "kebiasaan" dan menyebabkan kita semakin rutin mengunggah foto tersebut di media sosial.

Psikolog Ida Ruwaida dari Universitas Indonesia menngungkapkan bahwa secara Sosiologis, anak muda yang cenderung mengikuti trend Food Porn bukan merupakan tindakan yang salah. Proses makan bukan hanya merupakan pemenuhan kebutuhan biologis, tetapi juga bagian dari perilaku sosial. Kecenderungan anak muda adalah selalu ingin bersosialisasi dan gemar berbagi mengenai aktivitas yang mereka lakukan. Trend Food Porn menjadi hal menarik bagi mereka lalu kemudian mereka mempostingnya di media sosial. Beliau juga menambahkan bahwa banyaknya fitur media sosial yang ada menyebabkan trend Food Porn semakin menjamur di kalangan anak muda. Perilaku ini menjadi negatif adalah ketika menjamurnya trend Food Porn ini menjadi pemicu munculnya pembagian-pembagian kelas sosial berdasarkan jenis makanan yang diunggah. Misalnya seorang remaja dari strata ekonomi kelas atas mengunggah foto kuliner dengan jenis makanan dengan harga tinggi dan berasal dari restoran yang eksklusif, tentu saja ini turut merepresentasikan status ekonomi dan menaikkan gengsinya sebagai kelompok borju, sementara ketika di lain sisi ada seorang remaja dengan kemampuan ekonomi biasa-biasa saja kemudian mengunggah jenis makanan yang "kelas rakyat" atau makanan tradisional yang umumnya kita temui, terkesan tidak "eksklusif" dan akan menyebabkan pembedaan-pembedaan yang dikhawatirkan menjadi sumber pemicu konflik. Hal semacam itu perlu dihindari dan diminimalisir, caranya adalah dengan berusaha tidak hanya sekedar ikut-ikutan atau mengurangi jumlah postingan foto makanan di akun media sosial pribadi.

Kita mungkin sudah paham bahwa setiap kerja yang kita kerjakan didasarkan dari niat. Pun ketika sedang melakukan tindakan seperti kebiasaan mengambil foto makanan sebelum makan dan lalu mengunggahnya merupakan kondisi pergeseran nilai sosial dalam budaya masyarakat metropolis sekarang. Manusia "modern" diharapkan mampu berlaku bijak dalam menghadapi "potongan kue" globalisasi yang semakin manis untuk dirasakan. Tapi kue tersebut sepantasnya jangan sampai membuat kita menjadi "anti-sosial" karena keserakahan kita dalam mengkonsumsinya. Bijak dalam mengkonsumsi dan menggunakan teknologi tentu saja akan menyelaraskan kehidupan. Einstein pernah memprediksi bahwa "Suatu hari teknologi akan mengganggu hidup manusia di dunia nyata. Jika ini terjadi, maka dunia akan dihuni oleh orang idiot". Dan kemudian prediksi ini benar-benar terjadi di zaman sekarang. Kondisi dimana media sosial menjadi gaya hidup baru bagi siapa saja. Kehidupan maya dalam sosial media menjadi "semakin hidup" dibarengi dengan perkembangan teknologi gadget-gadget bertaraf smartphone. Penyebutan "idiot" dalam petuah yang dimaksudkan oleh Einstein barangkali merujuk kepada orang-orang yang hidupnya "diserahkan" pada gadget. Bukankah pada masa sekarang banyak sekali kita temui orang-orang yang gemar menunduk dan jika diamati lebih jelas, nyatanya tidak lain mereka sedang asyik berinteraksi dengan gadgetnya. Sungguh pemandangan yang miris, ketika seseorang menjadi "anti sosial" dan tidak peka pada kehidupan di sekitarnya namun aktif menjadi penggiat di dunia maya. Semoga kita semua selalu bijak dalam menggunakan teknologi. Salam!

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Breaking News: Prabowo, Fadli Zon, dan Semua Partai Sepakat Koalisi Usung Capres

Posted: 26 Apr 2014 11:38 AM PDT

Prabowo, Fadli Zon dan para partai sepakat berkoalisi mengusung capres. Ketika Prabowo bertemu banyak partai, tak selalu ditemani oleh Fadli Zon. Ini rupanya kesempatan bagi Fadli Zon untuk menulis puisi. Apa hasilnya? Banyak sekali. Pertemuan telah digalang dengan banyak tokoh partai dan mendapatkan kesepakatan tentang perlunya koalisi untuk mengusung capres.

Prabowo telah mendapatkan kesepahaman soal koalisi dengan banyak partai. Fadli Zon-lah sebagai kunci keberhasilan mendapatkan kesepahaman itu. Setelah terlena hampir tak mendapatkan mitra koalisi, Fadli Zon lebih dikenal sebagai penulis puisi nyinyir dan lebih terkenal dari tuan Prabowo, Fadli Zon menggebrak dengan kesempatan mendapatkan koalisi. Kemarin malam dua partai telah didekati dan setuju berdiskusi untuk berkoalisi.

Dini hari tadi, semua partai termasuk tujuh partai yang didekati dan setuju untuk berkoalisi dalam mengusung capres. Partai yang setuju adanya koalisi adalah PKB, Golkar, PPP, Demokrat, PKS, NasDem, Hanura, Gerindra, PDIP, PAN, dan PKPI serta PBB. Semua partai sepakat berkoalisi untuk mengusung capres dan cawapres.

Itulah berita tentang kesepahaman semua partai termasuk Prabowo, Fadli Zon dan semua pentolan partai yang memiliki kesepahaman dan setuju tentang perlunya koalisi untuk mengusung capres dan cawapres.

Untuk sementara yang sudah berkoalisi mengusung capres baru PDIP-NasDem dengan mengusung Jokowi sebagai capres. Sementara partai lain PKB, Golkar, PPP, Demokrat, PKS, Hanura, Gerindra, PAN, PKPI, dan PBB baru sebatas sepaham soal koalisi antar mereka. Prabowo dan Fadli Zon belum mendapatkan mitra partai koalisi - bahkan koalisi dengan PPP dibatalkan oleh Romi Sekjen PPP - namun semua partai sepakat dan sepaham tentang perlunya koalisi mengusung capres dan cawapres.

Sekali lagi, Prabowo, Fadli Zon dan semua partai sepakat tentang perlunya koalisi untuk mengusung capres dan cawapres. He he he.

Salam bahagia ala saya.

30 Hari Backpackeran dari Malaysia Hingga Vietnam – Bagian VII - Tamat

Posted: 26 Apr 2014 11:38 AM PDT

Sleeper bus berangkat dari Hue pukul 17:30, baru kali ini di dalam bis penumpangnya tidak mendapatkan sebotol air mineral untuk minum, padahal saya tidak membawa persediaan, karena biasanya selalu diberi meski pun jaraknya dekat saja.  Bis hanya berhenti sekali untuk makan malam dan sekali lagi di pom bensin.  Saya tidak berani ke toilet.  Saya perhatikan semakin ke utara semakin jorok toiletnya.

Suhu udara di Hanoi mencapai 15o Celcius ketika saya tiba.  Dalam keadaan setengah kedinginan saya menyusuri menyusuri lorong-lorong di daerah Hoan Kiem Lake menuju ke danaunya.  Jalan-jalannya sempit dan padat dengan motor dan mobil, trotoarnya juga sempit dan dipenuhi dengan bangku-bangku kecil dan meja untuk sekedar minum-minum kopi atau teh dan nyamil.  Daerah ini seperti pecinan di kota-kota Indonesia.

 photo DSC_0353.jpg

Perempuan di Ha Noi paling trendi dandanannya dibandingkan dengan semua tempat yang telah saya kunjungi.  Mereka bak peragawati yang menunggu berjalan di cat walk, mengenakan sepatu berhak tinggi atau boot, memakai stocking, gaun mini atau celana ketat dan jaket berbulu dengan make up.  Wajahnya mulus, cuantik oiiii … badannya langsing-langsing tetapi tidak tinggi, saya hampir tidak pernah bertemu dengan orang Vietnam yang gendut-gendut.  Laki-lakinya juga langsing, tapi nggak ada yang ganteng … hehehe.

Banyak kegiatan di Hoan Kiem Lake, danau yang tidak terlalu luas ini dikelilingi oleh taman dengan pohon-pohon yang tinggi sebagai peneduh, bangku-bangku banyak disediakan, ada kios penjual suvenir, ada juga pagoda yang untuk masuk kesitu dikenakan biaya.  Pagi hari tempat ini cukup ramai dengan orang-orang yang berolahraga, baik yang sudah uzur mau pun masih muda.  Di ujung danau ini juga tersedia mobil kecil (golf cart) yang dapat disewa hanya keliling kota Ha Noi.  Becak juga ada yang mangkal di ujung jalan ini.

 photo DSC_0360.jpg

Saya membaca di suatu situs internet agar berhati-hati dengan becak di Ha Noi, karena banyak penipuan.  Karena ingin pergi ke One Pillar Pagoda yang agak jauh dari Hoan Kiem Lake, saya iseng-iseng menawar becak.  Mintanya VND 200.000 "very expensive", jawab saya sambil ngeloyor tanpa menawar, tukang becaknya ngikuti, dia turunin harga 150,000.  "No, I will walk".  Jauh katanya, sambil tetap ngikuti saya.  "I know" gue cuek booooo.  "80.000, it's far", katanya lagi.  "50.000", tawar saya, dasar emak-emak cabe 2000 rupiah di tukang sayur aja masih ditawar apalagi becak yang ratusan ribu.  Deal 50.000 VND, dalam hati saya akan kasih dia tambahan 10.000 VND.  Sambil memandangi peta saya perhatikan arah becak, kalau harusnya belok kiri dia ke kanan saya komandoin.  "Nooo, cannot", katanya, bener juga itu jalan satu arah. "It's cheap, it's far" si tukang becak ngomel aja berkali-kali, gue juga tahu kalau far, tapi kan gue gak mau elu tipu.  Eh sampai ditempat dia minta VND 60.000.

Jauh-jauh ke One Pillar Pagoda ternyata ini pagoda seumprit ini cuma nangkring di atas pilar bulat di atas kolam buatan.  Di lokasi ini terdapat juga museum Ho Chi Minh dan musoleumnya, di mana jenasahnya diawetkan dan diletakkan di sini.  Wajah paman Ho terpampang dimana-mana dari Saigon hingga nanti di Sapa, kemana pun kita menoleh yang terlihat fotonya bikin penasaran aja.  Ternyata musoleum ini tutup pada hari Senin dan Jumat; saya datang hari jumat.

 photo DSC_0863.jpg

Malam itu juga saya berangkat ke Sapa dengan sleeper train.  Kereta tiba di Lao Cai terlambat 2 jam lebih dari jadwal.  Kereta api hanya sampai di Lao Cai saja, untuk sambung ke Sapa harus menggunakan mobil van yang menunggu penumpang penuh baru jalan.  Terminalnya tentu saja dekat dengan stasiun kereta api.

Hati saya bergetar ketika keluar dari stasiun, Sapa adalah highlight dari keseluruhan perjalanan ini.  Lao Cai dan Sapa adalah dua kota penting di propinsi Vietnam Utara yang berbatasan dengan propinsi Yunan di negara Cina.  Kalau Lao Cai adalah pusat perdagangan, maka Sapa adalah lokasi tujuan wisatawan.  Jarak Lao Cai – Sapa hanya 35 km yang ditempuh dalam waktu 1,5 jam karena jalanan berliku-liku dan berkabut tebal.

 photo DSC_0486.jpg

Di pinggir jalan terdapat billboard dengan tulisan bahwa Sapa mempunyai empat musim dalam sehari, "Cool spring in the morning, sunny summer in noon time, cloudy autumn in the afternoon and cold winter at night time".  Tetapi selama 3 hari di Sapa saya cuma mendapati cold winter in the morning, in the afternoon and at night.  Kabut juga seakan enggan menyingkir, kalau pun minggir tidak lebih dari lima menit.  Penutup telinga dan kaos tangan yang saya beli di Ha Noi tidak pernah lepas.  Malam hari benar-benar super dingin, jari-jari tangan sampai mati rasa.   Yang paling enak masuk selimut di ranjang yang menggunakan penghangat elektronik.

 photo DSC_0388.jpg

Pukul 11 saya trekking selama 1,5 jam ke desa Cat Cat, desa yang paling populer di Sapa dan dihuni oleh suku Black H'mong karena pakaiannya berwarna biru tua hampir hitam.   Cat Cat tak lebih dari lokasi untuk pembelian suvenir karena sepanjang perjalanan di desa ini saya hanya melihat toko-toko kecil, lebih mirip gubuk-gubuk yang menjual berbagai tas, kain, taplak meja, akar kayu yang diukir, gelang, dll.

 photo DSC_0397.jpg

Para perempuan Black H'mong jarang ada yang mau difoto.  Entah karena mereka jengah dengan banyaknya wisatawan yang ingin mengabadikan mereka atau malu.  Kalau pun ada yang mau difoto mereka akan meminta kita berjanji untuk membeli dagangannya.  Saya tidak mau membeli dagangan tapi saya memberikan sejumlah uang kepada yang saya foto.  Jangan ditiru ya karena ini tidak mendidik!

Keesokan harinya mengunjungi pasar Bac Ha dengan ikut tour yang ada di hotel.   Sebenarnya tujuan saya yang utama adalah pasar Can Cau, karena pasar ini terletak di lereng gunung dan lebih alami, tetapi karena kereta api datang terlambat maka Can Cau tidak dapat dikunjungi, pasar bubar pada pukul 10 pagi dan hanya ada hari Sabtu saja.

Pasar Bac Ha buka hari Minggu, dan mungkin karena untuk tujuan wisata maka pasar ini buka hingga pukul 3  sore.  Perjalanan cukup jauh, karena harus kembali ke Lao Cai yang 1,5 jam perjalanan dan ditambah lagi 1,5 jam untuk mencapai Bac Ha.  Dari pengalaman para turis lainnya, saya disarankan mengenakan sepatu boot plastik setinggi lutut.  Mereka membeli seharga US$7 bagi mereka itu murah sekali, bagi saya muahal sekali karena tidak akan saya bawa pulang kembali ke Indonesia.   Ternyata hotel menyewakan sepatu boot dengan harga 20.000 VND atau setara dengan Rp 14.000.

Benar saja pasarnya becek karena hujan dari semalam dan jorok, orang meludah dan buang ingus dimana-mana.  Tetapi pakaian perempuan warna-warni yang menyolok itu membuat mata dan kamera tak henti mengabadikan kegiatan penjual dan pembeli.  Mereka ini adalah dari suku Flower H'mong, seperti bunga yang mekar dengan warna-warna yang cerah di musim semi, begitu juga dengan warna pakaian para perempuannya.

 photo DSC_0506.jpg

Namanya juga pasar maka yang dijual tak hanya bumbu, sayur mayur, peralatan dapur dari plastik dan makanan saja, tetapi ada juga  kedai-kedai yang menjual sarung bantal, taplak meja, tas dll untuk suvenir.  Minuman arak beras dijual dalam jerigen-jerigen dan botol plastik menyengat hidung ketika melewatinya.  Minuman ini juga akhirnya membawa korban, seorang laki-laki mabuk dan menjadi tontonan para turis karena istri dan anaknya yang masih kecil (usia 5 tahunan) berusaha untuk menyadarkan dan membawanya pulang.  Sedangkan penduduk lokal tidak ada yang membantu, mungkin hal demikian sudah biasa.

Karena Lao Cai dekat dengan perbatasan negara Cina, maka kami diajak mampir ke sana, tetapi hanya diberi waktu 15 menit untuk foto-foto saja.  Lao Cai di Vietnam dengan Hekou di Cina hanya dibatasi oleh Red River .  Karena Lao Cai sebagai pusat perdagangan maka penduduk kedua negara ini sering wira wiri melalui jembatan yang bisa dilalui dengan jalan kaki saja.  Perbatasan dibuka pada pukul 7 – 10 pagi (waktu Vietnam) atau 8 – 10 waktu Cina.

 photo DSC_0653.jpg

Keesokan harinya ada tour trekking selama 4 jam ke desa Ta Van, di lembah Moung Hoa.  Pesertanya banyak kurang lebih 50an orang, saya ikutan lagi, kan seneng rame-rame, dapat kenalan baru dan saling tukar informasi serta pengalaman.  Tour leadernya para perempuan suku Black H'mong karena tour ini melewati desa mereka dan makan siang di sana.  Peserta dibagi dalam beberapa group dan tiap group mempunyai satu tour leader, tour leader group saya bernama Nu.

Pukul 10 para peserta digiring mengikuti tour leader, naik turun jalanan beraspal hingga akhirnya masuk ke jalan setapak di lembah-lembah.  Karena sambil motret kadang saya tertinggal jauh dari Nu.  Nu tidak perduli pesertanya lengkap atau tidak, yang penting dia jalan terus.  Peserta juga tidak mencari tour leadernya yang penting masih dalam rombongan 70an orang ini.  Saya merasa seperti sapi yang sedang digiring entah kemana.  Tidak terjadi interaksi antara peserta dan tour leader.  Nu juga tidak tahu apakah pesertanya sedang terseok-seok kesulitan naik dan turun bukit dalam tanah merah yang becek dan licin bahkan terpeleset hingga belepotan lumpur atau.  Nu tetap maju terus pantang noleh.

 photo DSC_0774.jpg

Kami hanya berhenti sekali di sebuah tanah lapang, trekking ini sungguh berat dengan kondisi tanah merah yang becek akibat hujan deras dari kemarin sore hingga pagi hari itu.  Dengan sepatu boot plastik yang saya sewa memang sangat membantu karena pakem tapi membuat kuku jari kaki saya membiru dan sakit.  Istirahat ini pun hanya dalam batas waktu sekitar 10 menit tidak lebih.

 photo DSC_0787.jpg

Jalan melulu dari tadi yang dilihat hanyalah sawah di lereng-lereng yang mengundang decak kagum para wisatawan dari berbagai mancanegara.  Teringat akan masa kecil, bermain-main di petak sawah yang kering, melihat para petani menanam padi atau sedang panen, atau balapan lari di pematang yang licin dan pulang belepotan tanah hingga pakaian serta siap dimarahi ibu.  Saya tersenyum sendiri membayangkan masa kecil yang penuh kenangan … senyum itu segera sirna karena saya yakin cucu saya tidak pernah melihat sawah yang kini sudah langka di kota-kota besar.  Seandainya sawah di negara kita ini sudah berubah menjadi beton apakah tiga atau empat generasi setelah saya harus tour ke luar negeri untuk melihat sawah?

Karena penasaran dengan gaya tour "giring sapi" ini saya berbincang-bincang dengan Nu yang cukup fasih berbahasa Inggris.  Ternyata kebanyakan penduduk H'mong tidak sekolah karena sekolah baru didirikan beberapa tahun yang lalu.  Sedangkan bahasa Inggris yang dipelajari Nu dan kawan-kawan perempuannya yaitu dari turis.  Bahasa Inggris para perempuan H'mong yang profesinya menjajakan tas kecil, dan gelang adalah "What's your name? How old are you?  Promise you buy from me later okay?" dengan suara yang halus dan kecil sesuai dengan postur tubuh mereka, disamping harga.  Tidak heran kalau tidak ada komunikasi antara peserta dan tour leadernya.  Lagian apa yang mau diceritakan karena cuma melihat sawah dan meniti jembatan.

Malam ini saya kembali ke Ha Noi dengan sleepers train lagi.  Mungkin karena lelah malam itu saya tidur nyenyak dan terbangun karena kaget, pintu compartment digedor-gedor, tanda 15 menit lagi akan tiba di Ha Noi.  Dari stasiun kereta api Ha Noi, saya berjalan kaki menuju ke daerah backpacker Hoan Kiem lake.  Untung ada hostel yang memperkenankan saya check in di pagi hari itu tanpa ada biaya tambahan.  Tapi baru sekali ini saya harus pasang seprei dan sarung bantal sendiri.

Perjalanan harus selesai sampai di sini.  Saya skype dengan cucu-cucu sore hari itu sambil menunjukkan oleh-oleh yang saya beli untuk mereka, besok pagi saya harus kembali dengan penerbangan pertama ke Jakarta.

Tamat

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

jokowi prabowo e-ktp pemilu kompasiana verifikasi

Posted: 26 Apr 2014 11:38 AM PDT

OPINI | 27 April 2014 | 01:15 Dibaca: 7   Komentar: 0   1

Kepada Yth redaksi kompasiana ( admin kompasiana)

mengingat bahwa :

1. E-ktp yang dimiliki oleh warga indonesia

2.Kompasiana telah memiliki teknik untuk memverifikasi account berdasar e-ktp

3.kompasiana telah miliki teknik dan cara untuk mencegah account ganda dg e-ktp

A. saya mengusulkan agar kompasiana menggelar polling pemilihan presiden dan wapres berdasarkan account yang telah terverifikasi. setiap account yang telah terverifikasi boleh melakukan vote satu kali. polling diadakan apabila kpu telah menetapkan calon resmi presiden /wapres

B. Polling diadakan berkala secara periodik setiap satu minggu

c. untuk setiap satu periode polling , setiap account hanya berhak vote satu kali

d. polling ini bisa terlaksana karena kredibititas kompas yang telah dipercaya

e. dengan polling ini, akan menumbuhkan cikal bakal vote secara elektronikas dikelak kemudian hari.

terimakasih jika kompas merespons usulan kami.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Dari Jadul Hingga Sekarang Printer Canon Tetap Terbaik

Posted: 26 Apr 2014 11:38 AM PDT

Ngomongin soal printer CANON dan keunggulannya, terpaksa saya bongkar gudang untuk mengambil printer CANON koleksi saya. Printer CANON tersebut tetap saya simpan walau tidak bisa digunakan, karena kekaguman saya pada printer CANON. Penyebab tidak dapat digunakan bukan karena kerusakan fatal tetapi karena slah satu bagian printer yang sudah waktunya diganti yaitu "Catridge" yang untuk jenis CANON tipe jadul sulit dijumpai dan dibeli, terpaksa saya masukkan gudang.

Printer pertama kali yang saya punya adalah CANON BJC-1000SP warna putih dan ukuran cukup kecil mudah dibawah kemana-mana, printer ini belum menggunakan kabel USB sebagai konektornya meskipun kecil, kemampuan dan kecepatan mencetaknya luar biasa.

1398535525789752754

Karena printer tersebut tidak support USB dan semakin meningkatnya kualitas PC serta maraknya penggunaan laptop saya menggunakan CANON Pixma IP 1000 yang Support USB sehingga bisa terhubung dengan laptop.

1398535607433162982

Kecepatan dan hasil cetak yang luar biasa dari printer CANON tersebut, sampai akhirnya dibutuhkan sebuah perangkat pendukung lain guna membuat dokumen atau menggandakan dokumen dan mencetaknya berupa alat scanner, saya menggunakan "CANONSCAN LIDE 110" untuk membuat dokumen PDF, COPY, e-mail dokumen dari file yang discan termasuk foto.

13985356651200075271

Sedang untuk mencetaknya saya menggunakan CANON PIXMA IP 2770 harga murah tapi tidak murahan, kualitas hasil cetakan gambar, foto yang tajam dan kecepatan yang luar biasa, serta didukung dengan pengaturan mode diam agar jika mencetak dimalam hari suara tidak berisik. Serta driver "Resetter" yang disediakan untuk merawat printer.

13985357391730427818

"CANONSCANLIDE" dan "CANON PIXMA IP 2770" yang saya gunakan sejak setahun lalu tetap normal digunakan hingga saat ini.

Dengan dikeluarkannya CANON PIXMA E400 tentulah sebuah inovasi yang lebih berkualitas dan praktis karena penggabungan scan dan printer yang tentu saja kualitas dan kecepatan lebih baik.

Itulah cerita apa adanya dari saya kenapa dari jadul hingga sekarang tetap pakai printer CANON karena kuat, kualitas gambar dan kecepatan cetak.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar